Ki Legawa membentuk jari-jarinya seperti cakar. Gerakan jurusnya bagaikan harimau yang mengandalkan cakarnya. Serangannya begitu ganas dan cepat. Mengincar bagian-bagian tubuh yang beresiko tinggi bila terkena cakarannya.
Sementara Ki Rangkas mengimbangi dengan jurus seperti burung. Telapak tangan terbuka. Kadang bergerak seperti pedang menebas, di waktu lain bergerak seperti sayap yang membuka atau mengembang. Gerakannya lincah dan gesit sama seperti lawannya.Jika mereka sama-sama murid Mahaguru Manguntara, maka setidaknya mereka memiliki tingkatan ilmu yang setara. Pastinya butuh waktu lama untuk melihat siapa yang akan unggul."Kalau ingin memenangkan pertandingan ini, harus cepat dan tepat!" ujar Nini Padma menikmati sajian adu tanding makhluk manusia."Aku baru tahu, mahluk guriang suka nonton manusia 'gelut'!" ujar Bayu."Jurus-jurus bangsa manusia itu indah, bukankah Aden merasa sedang menari ketika melumpuhkan orang sekampung?" sKi Legawa buka mata lagi karena merasakan desiran angin. Dia tidak melihat pedang yang hendak menghabisi nyawanya lagi. Dia selamat, masih bisa menarik napas lega.Hampir saja, batinnya.Rupanya dua orang bertopeng tidak mengurungkan niatnya membunuh Ki Legawa. Mereka menyerang si penolong yang tidak lain adalah Bayu.Serangan pedang langsung bertubi-tubi mengurung Bayu. Kelebatannya tam terlihat karena gelapnya malan. Sepertinya mereka ingin segera menuntaskan tugasnya. Maka mereka langsung mengeluarkan jurus terbaiknya.Awalnya Bayu dengan mudah lolos dari setiap serangan. Namun, sambaran pedang makin rapat bagai mengunci ruang geraknya. Dua orang bertopeng ini juga meningkatkan kecepatan dengan serangan kombinasi mengurung Bayu dari segala arah.Walaupun cuma dua buah pedang, tapi jadi terlihat banyak dan menutup celah Bayu untuk membalas serangan. Beberapa waktu lalu dia mampu melawan puluhan orang dengan gaya seperti ini, tapi dua or
Tanpa bicara apa-apa lagi murid-murid Ki Rangkas segera berlalu.Sebenarnya Ki Rangkas sedang menyelidiki siapa yang menyebar isu tentang Ki Ganjar yang ingin menjadi pimpinan. Dan juga Ki Legawa yang cenderung ke aliran hitam.Padepokan Karang Getas yang sudah puluhan tahun selalu dalam keadaan tentram, kini terusik dengan isu-isu yang entah siapa yang menyebarkan. Yang jelas mereka ingin menghancurkan padepokan terbesar di ujung timur dan sekitarnya itu.Namun, Rupanya Ki Legawa tak bisa menahan diri. Dia langsung melabrak Ki Ganjar, bahkan membunuhnya. Kalau bukan karena Dewan Kehormatan yang mencap Ki Legawa sebagai pemberontak, tentunya dia tidak akan mengejar saudara seperguruannya.Dewan Kehormatan adalah semacam pasukan Bhayangkara di kerajaan. Anggotanya terdiri dari murid-murid yang berbakat khusus. Mereka bertugas menegakkan aturan padepokan. Siapapun yang melanggar akan mendapat hukuman tanpa pandang bulu.Sekarang setelah dit
"Baiklah, aku akan pergi ke suatu tempat untuk bersembunyi sementara waktu. Aku percayakan masalah ini kepadamu, anak muda!"Malam semakin larut, tapi Bayu tidak merasa ngantuk lagi. Dia meninggalkan Ki Legawa sendirian di kamar untuk memulihkan kesehatannya.Suasana tampak sunyi. Tamu yang menyewa kamar di penginapan ini semuanya telah terlelap dalam mimpi. Bayu duduk sendirian di ruangan luas yang sering dipakai untuk pertemuan.Menurutnya kemelut yang mendera padepokan Karang Getas cukup rumit. Serupa perebutan kekuasaan dalam kerajaan. Entah siapa yang benar dan yang salah. Semuanya tidak bisa begitu saja langsung dipercaya.Hal yang mencolok baginya adalah Ki Bontang yang terlihat pendiam selama pertarungan Ki Legawa melawan Ki Rangkas. Kenapa dia ingin membunuh Ki Legawa?Pertama, salah satu sesepuh pesangrahan bernama Ki Ganjar telah tewas dibunuh oleh Ki Legawa. Kedua, jika Ki Legawa juga mati, maka murid utama Mahaguru Manguntara
Ki Rangkas terus tertawa hingga berubah menjadi isakan tangis. Sementara Ki Bontang tersenyum penuh kemenangan."Apa kau sudah mengeluarkan unek-unekmu, kalau sudah aku tidak akan segan lagi mengantarmu menemani Legawa!"Suara isakan Ki Rangkas sudah tak terdengar lagi. Ki Bontang memberikan isyarat mata kepada anggota Dewan Kehormatan. Lalu salah seorang dari mereka menarik pedang dan hendak menusukkannya ke punggung Ki Rangkas.Trang!Tiba-tiba pedang terpental lepas. Semua orang merasakan hawa sakti yang begitu kuat. Mereka melihat ke sumber hawa. Bayu telah berdiri dua tombak dari tempat mereka.Ki Bontang memandang tak senang. Sejak melihat Bayu yang disangka bisa Ngaraga Sukma, hatinya sudah menduga-duga. Pemuda ini pasti terlibat."Sudah kuduga, tapi sebaiknya kau jangan ikut campur kalau tidak ingin hal buruk menimpamu!" ancam Ki Bontang."Oh, beginikah sifat pendekar aliran putih?" ejek Bayu tersenyum tipis.
"Murid Mahaguru tinggal kita bedua, aku berencana menjadikanmu wakil pimpinan," ungkap Ki Legawa. Senyumnya selalu mengembang.Dari balik pepohonan muncul beberapa orang dengan posisi mengepung. Diperkirakan jumlahnya sampai tiga puluh orang. Ki Rangkas sangat hapal dengam seragam yang mereka kenakan."Parang Geni!"Walaupun pelan, Bayu bisa mendengar ucapan Ki Rangkas. Sebelumnya dalam penuturan Ki Legawa menuduh antara Ki Rangkas dan Ki Bontang telah menjadi kaki tangan padepokan Parang Geni.Nyatanya pagi ini Bayu melihat kenyataan yang lain. Kenapa urusan murid-murid Mahaguru Manguntara begitu rumit? Siapa yang benar, siapa yang salah?Bayu mengira Ki Bontang yang paling berambisi menduduki posisi pemimpin. Rupanya Ki Legawa penuh siasat. Seandainya dia tidak menolong Ki Legawa mungkin masalahnaya akan berakhir di Ki Bontang.Diam-diam Bayu merasa bersalah. Atau memang dia yang masih bodoh dalam membaca kasus ini. Jangan-jang
Sekarang mereka dipisahkan oleh sungai. Keduanya ambil kesempatan ini untuk menarik napas panjang lalu mengumpulkan semua tenaga dalam terutama ke kedua tangannya. Tidak lupa hawa sakti dikerahkan sebagai pelindung diri."Apa kau masih bernafsu jadi pemimpin, tidakkah kau sadar musuh tertawa melihat kita?" teriak Ki Rangkas."Kau tidak bisa mengatur jalan hidupku!" balas Ki Legawa."Ternyata sifatmu sudah seperti pendekar aliran hitam. Mementingkan diri sendiri!""Simpan ucapanmu, bawa bersama ajalmu!"Ki Legawa berteriak kencang agar kekuatan yang dihasilkan juga besar. Begitupun Ki Rangkas. Mereka sama-sama melesat, bertemu di atas sungai. Dua kekuatan kembali saling membentur.Degh!Duarrr!Ledakan yang lebih dahsyat terjadi. Air sungai muncrat sampai setinggi empat tombak dari dasarnya. Gelombang angin yang terhempas mampu menghancurkan semak-semak hingga tanahnya terdongkal sedalam satu jengkal.L
Wanita guriang ini menatap anaknya Panji itu beberapa saat. Dia memang mengetahui sesuatu di pulau yang menjadi tujuan Bayu sekarang.Sebenarnya Nini Padma ingin Panji yang membereskan masalah ini, tapi Pendekar Angin Petir itu selalu ingin memberikan kesempatan kepada anaknya "Ada kekuatan yang sangat besar yang tidak bisa dilawan dengan semua ilmu yang Aden miliki, tapi masih bisa diatasi dengan cara lain." Nini Padma menjelaskan.Bayu tampak berpikir membayangkan kekuatan seperti apa yang tidak bisa dilawan kesaktian Angin Petir, Tenaga Bintang, kekuatan Kitab Aksara Sakti dan Buana Sampurna?"Terus bagaimana caranya?""Aden harus ikut dulu ke alam kami untuk mengambil sebuah benda!"Nini Padma langsung meraih tangan Bayu. Dalam waktu sekejap mereka sudah berpindah alam. Yaitu di alam tempat tinggalnya Nini Padma dan makhluk sejenisnya.Bayu bisa merasakan perbedaannya. Salah satunya seperti tidak ada udara, tapi mas
Sekali gerak, tinjunya menusuk ke lima tempat. Buta Merah hanya sekali mengibas saja membuat serangan Bayu tak mendapatkan hasil.Semua tinju mengandung tenaga petir dibantu Tenaga Bintang.Setiap serangan yang dilancarkan adalah gerakan baru. Diciptakan berdasarkan kalimat-kalimat yang tertulis dalam kitab Buana Sampurna. Bayu menggunakan cara ini bermaksud agar lawan tidak bisa membaca gerakannya.Memang benar, Buta Merah baru kali ini melihat jurus yang diperagakan lawannya. Dia bisa menghindar, memapak atau menangkis juga berdasarkan naluri yang muncul sepersekian kejap.Seandainya makhluk berwajah burung gagak ini gerakannya lambat, tidak menutup kemungkinan dirinya sudah menjadi bulan-bulanan lawan. Diam-diam dia mengagumi manusia yang menjadi lawannya ini.Selama pertarungan berlangsung, energi yang memenuhi sekitar tempat terasa semakin tebal. Seperti merasakan tekanan udara. Otak Bayu langsung terpikirkan sesuatu.Berdas
Bayu keluarkan semua ilmu yang dimiliki satu persatu dilepaskan menghajar Buta Koneng. Terutama dari kesaktian Dewa Petir dan Dewa Angin. Sett! Derr! Dimulai dari Ilmu Tinju Bayu. Pukulan yang terbentuk dari angin yang dipadatkan. Tinju ini bisa merobohkan bukit. Namun, sosok Buta Koneng tak sedikit pun goyah. Yang terjadi malah tercipta serangan balik serupa mengancam si pemiliknya. Bayu bukannya tidak tahu hal tersebut. Dia memang sengaja dan tentunya sudah punya antisipasi agar serangan balik itu tidak mengenai dirinya seperti yang dialami empat pemimpin kelompok. Di saat yang tepat, Rompi Halimunan langsung aktif. Sosok Bayu tiba-tiba lenyap sehingga serangan balik tersebut hanya menemui sasaran kosong. "Hah!" Buta Koneng terkejut bukan main. Padahal dia memperkirakan lawannya akan hancur oleh ilmunya sendiri, tapi mengapa bisa begitu? Bayu sudah muncul lagi. Dia melepasliark
Hawa sakti sangat kuat menebar di seantero tempat. Ki Sela Waru bersama pengikutnya beringsut mundur hingga cukup jauh.Begitu pula empat pemimpin kelompok walaupun dalam keadaan terluka berat, mereka berusaha menjauh dari arena pertarungan.Termasuk Panji Saksana, tapi tidak jauh seperti yang lainnya. Sedangkan di tempat lain, para pendekar golongan putih menantikan pertarungan yang pasti akan sengit.Hawa sakti tersebut berasal dari Bayu yang mengerahkan seluruh kesaktian yang dimiliki. Tenaga Angin, Petir, Bintang, kesaktian Kitab Aksara Sakti dan Kitab Buana Sampurna."Keluarkan semua kekuatan yang kau punya, Bocah!" teriak Buta Koneng masih percaya diri dengan Ilmu Raga Waja yang belum terkalahkan.Namun, setelah memamerkan kekuatannya, Bayu masih tampak berdiri tenang, sepertinya tidak akan melakukan serangan."Apa maksud anak ini?" batin Panji Saksana.Sebelum ke pertarungan antara Bayu dengan Buta Koneng. Tampak
Pertarungan empat pemimpin kelompok melawan Buta Koneng terus berlangsung. Tokoh masa lalu yang bangkit lagi ini tampak sangat percaya diri dengan ilmunya.Buta Koneng membiarkan dirinya diserang sedemikian rupa. Ilmu Raga Waja membuat badannya kebal seperti baja.Ilmu ini memang mirip dengan ilmu yang dimiliki Soca Srenggi dulu setelah memakan telur badak siluman. Ilmu ini juga membuat pemiliknya hidup abadi sampai dunia kiamat.Yang pertama Ki Mandu Reksa melepaskan pukulan dengan tenaga dalam besar, menggunakan ilmu yang baru saja di dapat dari janin milik Nindya Saroya.Wutt!Segelombang angin kuat melesat menghantam dada Buta Koneng laksana tinju raksasa yang hendak mendobrak gunung.Dess! Wutt!Ki Mandu Reksa kaget bukan main, serangannya tidak mempan terhadap tubuh lawan. Malah seperti berbalik menghantam diri sendiri sampai tubuhnya terpental lalu jatuh.Brukk!"Uakh! Sialan keparat!"K
Kaki gunung Salak sebelah barat.Malam hari terasa mencekam. Hawa membunuh berkeliaran. Satu persatu kelompok yang berambisi ingin menjadi yang terkuat di dunia persilatan telah sampai di sana.Mereka tidak meneruskan naik ke lereng. Terlalu dekat dengan sarang musuh akan sangat berbahaya. Empat kelompok tersebut akan memancing Buta Koneng turun.Kalau memang merasa paling kuat pasti akan turun. Jika ingin menjaga harga diri, maka harus menyongsong musuh ke depan. Bukan menunggu.Hal ini disadari oleh Buta Koneng sendiri. Walau dianjurkan untuk tetap menunggu di markas oleh anak buahnya, sosok tinggi besar ini tidak ingin kehilangan muka."Kita akan hadapi mereka di bawah. Semua bersiap, saat menggenggam dunia persilatan!"Maka Buta Koneng segera memimpin pengikutnya untuk turun gunung.Sebelum sampai ke kaki gunung, masih di lereng yang agak tinggi, kelompok Buta Koneng mengawasi ke bawah.Meski malam gelap, ta
Buta Koneng menoleh kepada orang yang berbicara tadi. Lelaki setengah baya. Setelah dipindai, tenaga dalam orang ini masih di bawah Ki Sela Waru.Bahkan Ki Sela Waru sendiri tampak heran mendengarnya. Jelas raut wajahnya menunjukkan tidak suka."Kau jangan lancang bicara!" sentak Ki Sela Waru, tapi dengan suara pelan dan ditekan hampir berbisik."Siapa yang kau maksud orang yang akan merintangi langkahku?" tanya Buta Koneng. Suara hempasan napasnya bagai tiupan angin keras."Saya mendapatkan keterangan bahwa ada beberapa kelompok yang berhasil mendapatkan kekuatan sakti dari janin anak-anaknya Bayu Bentar," jawab lelaki setengah baya salah satu anak buah Ki Sela Waru tadi."Maksudmu kesaktian alami yang dimiliki calon anak-anaknya Bayu Bentar?" tanya Ki Sela Waru karena dia juga sempat mendengar kabar tersebut.Bahkan dia juga telah merencanakan akan menculik tiga istri Bayu setelah berhasil membangkitkan Buta Koneng, tapi ternya
Orang tua berpakaian serba hitam ini memiliki rambut keriting diikat kepala warna merah. Wajahnya kelimis tirus dan keriput. Kedua matanya tampak cekung, tapi sorotnya sangat tajam."Usia kandungannya masih muda. Nanti kalau sudah lebih dari empat purnama, baru aku bisa menyedot kesaktian alami yang ada dalam janinnya. Masukkan dia ke kamarku!"Dua orang yang tadi membawa Nindya Saroya segera memindahkan wanita yang sudah tak sadarkan diri itu ke dalam kamar lelaki serba hitam ini.Kamar yang dimaksud ternyata berada di balik ruangan ini. Di belakang lelaki tua tersebut, tepat pada sudut ruangan ternyata ada sebuah pintu batu yang dibuka dengan cara dorong lalu digeser ke kiri.Setelah terbuka, barulah kamar lelaki tua itu terlihat dari luar. Nindya Saroya dimasukkan ke sana. Di baringkan di atas tempat tidur terbuat dari kayu. Dua orang tadi sudah keluar lagi.Sementara Santana palsu memperhatikan setiap sudut ruangan sembari menyesuaika
Yang keluar adalah Nindya Saroya dari pintu belakang rumah. Dia hendak memetik sayuran di kebun. Istri kedua Bayu ini tampak tenang saja melangkah memasuki kebun.Sementara beberapa sosok yang mengepung rumah Panji langsung bergerak cepat. Terutama yang paling dekat dengan sasaran.Ilmu meringankan tubuh mereka cukup sempurna sehingga tidak bisa dirasakan oleh sasaran yang terus masuk ke kebun seolah tidak ada yang mengintainya.Kemudian dua sosok berkelebat paling cepat menyambar tubuh Nindya Saroya bagaikan elang mencengkram ayam. Secepat kilat pula kedua sosok tersebut langsung menghilang membawa Nindya Saroya.Begitu terlihat sasaran berhasil ditangkap, yang lainnya segera kembali ke tempat masing-masing. Menunggu buruan berikutnya keluar.Dua sosok yang berhasil membawa Nindya Saroya berhenti berkelebat ketika bertemu seseorang. Tubuh si Mawar Jingga dipanggul salah seorang. Rupanya mereka telah menotok wanita tersebut sehingga tidak
Sempat terpikir pula, dia bisa saja bolak balik pindah jaman agar bisa bersama semua wanita yang dia miliki. Namun, semua itu juga harus diawali dengan kejujuran.Bisa jadi Arumi malah ingin ikut ke masa depan. Dengan demikian istrinya menjadi empat. Apakah Bayu mampu berbuat adil terhadap mereka.Namun, akhirnya Bayu harus memantapkan hati. Memilih satu jaman untuk menjalani kehidupannya sampai akhir hayat nanti.Kalau menurutkan kata hati, maka tidak akan ada habisnya menuruti hawa nafsu. Ya, bisa jadi rasa ketertarikan kepada Arumi sekarang hanyalah nafsu belaka.Bayu sudah punya tiga istri di jamannya. Jangan sampai jadi manusia serakah. Dia bukan raja yang bisa memiliki banyak selir.Setelah berpikir matang akhirnya Bayu menunjukkan cara berpindah ke jaman yang berbeda menggunakan Batu Pemutar Waktu.Bayu menatap Arumi saat dua jarinya sudah siap menekan ujung batu tersebut."Jaga diri baik-baik. Kau wanita hebat. K
Yang paling mencolok adalah di belakang rumah kayu tersebut ada sebuah kolam kecil. Di dalam kolam itu terlihat satu sosok mengambang seperti bangkai.Sosok ini menghadap ke atas sehingga jelas rupanya, yaitu seorang wanita cantik. Sepertinya masih gadis. Tubuhnya mungil terbalut kain sinjang basah sehingga membentuk lekuk tubuhnya yang indah.Bayu tidak mempedulikan dulu wanita cantik dalam kolam kecil itu, dia menembus atap masuk ke rumah. Di dalam sana bau kemenyan sangat tebal.Bahkan sepertinya seluruh ruangan rumah terpenuhi asal kemenyan yang entah berada di mana asalnya karena Bayu tidak menemukan tempat pembakaran kemenyan di dalam sana.Ganggasara juga masuk ke sana. Dia bergerak ke sudut sebelah kiri. Di situlah terlihat satu benda panjang dibungkus kain hitam tebal tersampir di dinding.Bayu merasakan aura sakti kuat dari benda panjang tersebut. Auranya sesuai dengan petunjuk ahli senjata di istana Kawali. Tombak Kawijayan.