Share

Bab 079

Penulis: Nandar Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-24 08:07:01

Amoksa langsung berkelebat dan berdiri di samping Lasmini. Gadis ini baru saja mengeringkan badan beserta pakaiannya menggunakan hawa saktinya.

"Memangnya siapa dia sampai-sampai kau seperti melindunginya?"

"Dia Lasmini putrinya Ki Rembong!"

Belasan laki-laki itu langsung berubah sikap. Mereka membuang hasratnya yang tadi ingin menikmati tubuh Lasmini. Tentu saja karena tidak ingin kena semprot wakil ketua yaitu Ki Rembong.

Mereka langsung memberi jalan ketika Amoksa hendak membawa Lasmini ke markas.

Tiba di markas Amoksa menyuruh salah seorang untuk melaporkan bahwa Lasmini telah ditemukan. Tentu saja Ki Rembong sangat gembira mendengar kedatangan putrinya.

Lasmini langsung disambut dan dibawa ke ruang utama bertemu dengan Ketua Agnibali. Pada saat itulah Kupra terbelalak matanya begitu melihat keanggunan Lasmini.

Si gadis mencoba bersikap santun sebagaimana layaknya menghadap s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 080

    Parwati menoleh dan langsung kaget. Begitu juga Wirapati yang masih berendam di sungai langsung melesat ke samping Istrinya. Sepasang suami istri ini memang sedang dalam perjalanan menuju desa Rancawaru yang menjadi markas Laskar Raja Api. "Mau apa kau?" sentak Wirapati seraya langsung menyiapkan tenaga sakti. Tentu saja karena sekarang Kupra bukan yang dulu lagi. Sekarang Kupra menjadi pemimpin Laskar Raja Api. "Mau mengambil Parwati!" kata Kupra lantang dengan sorot mata tajam mengancam Wirapati. "Sejak pertama kali melihat dia, aku sudah jatuh hati. Sekarang ada kesempatan untuk membawanya tinggal bersamaku!" "Setan keparat, lancang!" umpat Wirapati. Kupra tertawa lantang sambil melepas hawa sakti panas guna menekan Wirapati. "Sekarang tidak ada lagi yang aku takutkan. Aku bisa membunuhmu semudah membalikkan telapak tangan. Aku adalah penguasa rimba persilatan. Yang kuat yang berkuasa!"

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 1

    Sejak Eyang Ismaya memutuskan menjadi santri di Pesantren Quro, posisi sesepuh Padepokan Cakrabuana diserahkan kepada Ki Abiasa.Semua kegiatan di padepokan berjalan seperti biasanya. Setiap dua tahun menerima murid baru dengan syarat yang sudah ditetapkan sejak dahulu.Karena padepokan ini dekat dengan kerajaan, maka murid-murid yang sudah siap turun gunung kebanyakan direkrut menjadi pejabat di kerajaan khususnya di bidang keprajuritan.Letak padepokan yang berada di lereng gunung bahkan mendekati puncaknya membuat kegiatan di dalamnya terasa tenang. Semua murid bisa mengambil pelajaran dengan tenang dan fokus.Namun, di suatu pagi terjadi sebuah kegemparan yang tidak pernah disangka-sangka. Seluruh penghuni padepokan ditemukan tewas termasuk Ki Abiasa.Yang pertama kali menemukan keadaan ini adalah sepasang suami isteri di mana sang suami adalah murid padepokan tersebut.Mereka adalah Wirapati yang dikenal dengan julukan Tapak Sakti dan Parwati yang dijuluki Walet Putih. Yang palin

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 002

    Secara alami pada saat lahir dalam tubuh Bayu sudah tertanam dua kekuatan angin dan petir, sementara kesaktian Darah Peri tidak ikut masuk ke dalamnya.Jadi anak ini sudah memiliki kelebihan dalam tubuhnya, hanya belum bisa mengendalikan dan memanfaatkannya.Bayu juga mewarisi bakat luar biasa ayahnya, yaitu daya ingat yang kuat. Hanya saja dia lambat dalam mempraktekkan arahan sang ayah untuk mengendalikan kekuatan yang dia miliki.Sehingga sampai di umur yang keduabelas, Bayu belum mampu mengendalikan dan memanfaatkan kesaktian angin petir dalam tubuhnya.Ditambah lagi peristiwa di Padepokan Cakrabuana yang menyeret nama Panji membuat upaya sang ayah dalam mengajari anaknya jadi terhambat.Akhirnya Panji menyerahkan pendidikan sang anak kepada Eyang Ismaya. Siapa tahu walaupun tidak bisa menggunakan kekuatan alami yang dimiliki, tapi masih memiliki ilmu lain warisan dari Eyang Ismaya."Tentu saja, aku sudah menganggap Bayu seperti cucuku sendiri. Aku juga senang ada orang yang akan

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 003

    Apa yang ditemukan Eyang Ismaya pada jasad Ki Abiasa? Jawabannya disimpan dulu.Keesokan paginya.Sekarang berita tentang ditetapkannya Panji dan keluarga sebagai buronan kerajaan telah menyebar. Ini membuat Eyang Ismaya menjadi agak sempit gerakannya dalam membawa Bayu.Tidak mungkin dia akan terus tinggal di rumahnya bersama Bayu. Pihak kerajaan sewaktu-waktu pasti akan datang karena tahu sang sesepuh dekat dengan keluarga Panji Saksana."Bayu, sepertinya kita harus mengembara dari tempat ke tempat guna menghindari pengejaran pihak kerajaan. Kasihan sekali masih muda sudah menjadi buronan. Padahal tidak ada sangkut pautnya dengan ayahmu!""Aku menuruti apa saja yang menurut Eyang baik," sahut Bayu tegas. Wajahnya tak sedikit pun menunjukkan rasa takut. Tidak seperti ayahnya yang tengil dan suka bercanda, sifat Bayu lebih mirip ibunya yang pendiam."Baiklah, terlebih dahulu kita akan mengubah penampilan agar tidak mudah dikenali orang."Beberapa saat kemudian mereka sudah berganti pa

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 004

    Bayu terpental sejauh tiga tombak setelah menahan pukulan si kakek yang bernama Setan Berambut Putih itu. Dalam beberapa saat dia merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Setelah itu hilang lagi sakitnya dalam sekejap. Tenaganya kembali pulih.Ketika bangkit lagi, Setan Berambut Putih sudah tiga langkah di hadapannya dengan satu kaki mengangkat melepaskan tendangan ke arah kepala.Wush!Remaja ini cepat guling-gulingkan badannya hingga menjauh sampai mendapatkan kesempatan untuk berdiri. Setelah berhasil berdiri dia siap kabur.Namun, Setan Berambut Putih terus memburunya. Hawa membunuh kini terpancar dari tubuhnya. Dia tidak segan-segan walau korbannya masih anak remaja.Memiliki kesempatan untuk berlari, Bayu tak menyia-nyiakannya. Sekuat tenaga dia ambil langkah seribu.Setan Berambut Putih sangat geram. Bagaimana bisa anak yang dianggap masih ingusan ini begitu mudah lepas darinya? Tak ingin kehilangan muka, kakek kurus ini melesat menggunakan ilmu meringankan tubuh.Di depan, Bayu me

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 005

    "Sudah malam, Eyang. Kita akan istirahat di mana?""Kita makan jamur Suung dulu. Mari, cari tempat yang nyaman!"Eyang Ismaya melangkah ke arah gubuk tempat tadi Bayu duduk. Walaupun gelap mereka berdua mampu melihat dalam kegelapan.Kalau Eyang Ismaya menggunakan hawa sakti yang disalurkan ke mata, sedangkan Bayu sudah pembawaan dari lahir karena adanya tenaga petir dalam tubuhnya.Sampai di gubuk, Bayu mengeluarkan jamur dari dalam buntalannya. Lalu tidak lama kemudian dia sudah mengumpulkan ranting-ranting kering untuk membuat pembakaran."Coba kau buatlah api dengan tenaga petirmu," suruh Eyang Ismaya.Untuk hal-hal yang ringan seperti itu, Bayu memang sudah bisa melakukannya berkat bimbingan sang ayah. Anak ini hanya mengibas kecil ujung tangan sebatas pergelangan.Praatt!Keluar percikan petir kecil dari salah satu jari menimpa ranting-ranting yang telah ditumpuk di atas tanah, lalu timbul api yang langsung membakar ranting-ranting tersebut.Seketika tempat itu jadi agak terang.

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 006

    "Eh, kalau Tuhan belum mau ambil nyawaku, maka aku akan terus hidup. Kau juga sudah tua, apa itu cucumu?" Nenek ini menatap ke arah Bayu."Bukan, selama hidup di luar aku tidak pernah menikah dan punya anak. Dia muridku!""Aduh, kau ini bodoh sekali. Kenapa tidak kawin, nanti siapa yang meneruskan keluarga Pedang Pembelah Langit?""Mungkin anak ini yang berjodoh dengan pusaka itu, makanya aku bawa ke sini. Sekalian aku melepas rindu kepada orang-orang di sini.""Sudah, sudah. Bicaranya nanti saja, sudah malam, istirahat saja dulu!"Kemudian nenek ini membawa Eyang Ismaya dan Bayu ke dalam menapaki jalan kecil yang dipadati dengan batu-batu pipih dan rapi.Sepanjang jalan penuh dengan taman-taman indah. Suasana tengah hutan sudah tidak ada lagi. Mereka memasuki perkampungan yang asri dan nyaman.Keesokan harinya.Suasana kampung kecil ini semakin jelas keindahannya ketika tersiram oleh cahaya matahari pagi. Begitu tenang dan udara segar.Eyang Ismaya mengajak Bayu ke sebuah pemakaman.

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 007

    Bayu tidak menjawab, kedua matanya terus terpaku pada lembaran pertama kitab Aksara Sakti. Anak ini melihat susunan aksara Sunda kuno.Untungnya sejak kecil Bayu diajari membaca beberapa aksara olah ayahnya. Di antaranya aksara Sunda, Jawa, Arab dan Palawa. Jadi Bayu bisa membaca rangkaian kalimat dalam kitab Aksara Sakti.Bayu hanya membaca dalam hati, tetapi dia merasakan ada sesuatu yang mengalir ke dalam tubuhnya. Seperti hawa sejuk merasuk menjalar ke setiap rongga dan syaraf dalam tubuhnya.Seketika Bayu merasakan tubuhnya menjadi segar, ringan dan berisi."Tampaknya dia merasakan sesuatu dalam tubuhnya seperti ayah kita dulu," ujar Nini Winah sambil memandangi wajah Bayu penuh selidik."Dia berjodoh dengan kitab itu," sahut Eyang Ismaya.Tanpa disadari Bayu membaca isi kitab itu sampai halaman terakhir. Beberapa saat anak ini termenung setelah selesai membaca. Lalu kitab itu ditutup kembali."Aku bisa melihat isinya, Eyang!" kata Bayu setelah menoleh kepada Eyang Ismaya. Dia ju

Bab terbaru

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 080

    Parwati menoleh dan langsung kaget. Begitu juga Wirapati yang masih berendam di sungai langsung melesat ke samping Istrinya. Sepasang suami istri ini memang sedang dalam perjalanan menuju desa Rancawaru yang menjadi markas Laskar Raja Api. "Mau apa kau?" sentak Wirapati seraya langsung menyiapkan tenaga sakti. Tentu saja karena sekarang Kupra bukan yang dulu lagi. Sekarang Kupra menjadi pemimpin Laskar Raja Api. "Mau mengambil Parwati!" kata Kupra lantang dengan sorot mata tajam mengancam Wirapati. "Sejak pertama kali melihat dia, aku sudah jatuh hati. Sekarang ada kesempatan untuk membawanya tinggal bersamaku!" "Setan keparat, lancang!" umpat Wirapati. Kupra tertawa lantang sambil melepas hawa sakti panas guna menekan Wirapati. "Sekarang tidak ada lagi yang aku takutkan. Aku bisa membunuhmu semudah membalikkan telapak tangan. Aku adalah penguasa rimba persilatan. Yang kuat yang berkuasa!"

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 079

    Amoksa langsung berkelebat dan berdiri di samping Lasmini. Gadis ini baru saja mengeringkan badan beserta pakaiannya menggunakan hawa saktinya. "Memangnya siapa dia sampai-sampai kau seperti melindunginya?" "Dia Lasmini putrinya Ki Rembong!" Belasan laki-laki itu langsung berubah sikap. Mereka membuang hasratnya yang tadi ingin menikmati tubuh Lasmini. Tentu saja karena tidak ingin kena semprot wakil ketua yaitu Ki Rembong. Mereka langsung memberi jalan ketika Amoksa hendak membawa Lasmini ke markas. Tiba di markas Amoksa menyuruh salah seorang untuk melaporkan bahwa Lasmini telah ditemukan. Tentu saja Ki Rembong sangat gembira mendengar kedatangan putrinya. Lasmini langsung disambut dan dibawa ke ruang utama bertemu dengan Ketua Agnibali. Pada saat itulah Kupra terbelalak matanya begitu melihat keanggunan Lasmini. Si gadis mencoba bersikap santun sebagaimana layaknya menghadap s

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 078

    Ki Abiasa menarik napas sebelum berkata. "Kalau Eyang Resi sudah memerintahkan, apa lagi yang saya cemaskan. Saya sangat yakin dengan keputusan Eyang. Baiklah, saya akan membawa mereka segera bertindak." Hawa sakti berputar-putar di dalam ruangan menghasilkan tiupan udara lembut, lalu perlahan menghilang pertanda seseorang yang dipanggil Eyang tadi juga sudah pergi. Ki Abiasa menghembuskan napas lega. "Akhirnya Eyang Resi Kuncung Putih datang juga!" Tidak menunggu lama lagi, segera Ki Abiasa mengumpulkan empat murid Resi Kuncung Putih dan para pendekar lain yang sudah berkumpul di padepokan. ***000*** Malam hari sebelum Lasmini berangkat. Sepasang kekasih ini sudah diberikan kamar khusus untuk mereka. Walaupun belum terikat pernikahan, tetapi hubungan mereka sudah terlalu dalam. Sebelum Radika pulang dan sebelum Lasmini datang ke sini saja, mereka sudah sangat intim bag

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 077

    Ada empat perguruan aliran hitam yang sudah bergabung dengan Laskar Raja Api yang diketuai oleh Kupra alias Agnibali. Selain perguruan Cengkar Wulung dan Oray Hideung ditambah perguruan Gunung Sindu yang dipimpin Kalacakra dan perguruan Elang Setan yang diketuai oleh Soca Srenggi. Laskar Raja Api menduduki sebuah desa yang akan dijadikan markas. Desa Rancawaru jadi sasaran karena tempatnya yang strategis, jauh dari desa-desa di sekitarnya dan juga subur. Ki Kuwu beserta perangkat desa sampai sesepuh dibunuh tanpa ampun. Balai desa dijadikan pusat markas. Penduduk desa juga menjadi sasaran kesemena-menaan mereka. Yang laki-laki dipaksa menjadi budak yang harus bekerja melayani segala keperluan mereka. Para wanita yang masih layak sudah pasti dijadikan pemuas nafsu. Sedangkan anak-anak dan orang yang sudah tua renta dihabisi karena tenaga mereka dianggap tidak berguna. Situasi yang mengerikan di

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 076

    Segera saja gadis ini berkelebat ke arah sumber suara. Namun, belasan tombak sebelum tempat kejadian, Lasmini langsung bersembunyi naik ke atas pohon yang di dekatnya. "Itu murid-murid ayah sedang mengeroyok sekelompok gadis. Kurang ajar sekali mereka! Dasar golongan hitam!" umpat Lasmini. Lasmini memang anak seorang tokoh golongan hitam, tapi dalam hatinya menentang sifat dan watak buruk yang selalu ditonjolkan oleh ayah dan murid-muridnya. Di depan sana tampak satu kelompok murid perguruan Cengkar Wulung yang sedang bertugas mencari Lasmini berjumlah empat belas orang tengah mengeroyok tujuh orang gadis. Tujuh gadis yang rata-rata berusia dua puluhan itu adalah murid Nyai Purbasari yang sedang dalam perjalanan menuju Gunung Cakrabuana. Pertarungan itu tampak tidak seimbang. Karena kelompok murid perguruan Cengkar Wulung jumlahnya lebih banyak dan terlihat tujuh gadis itu sudah terkurung dan terdesak.

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 075

    "Sudah kubilang aku Agnibali. Kalau kalian ingin lebih jelas, Iblis Petir adalah guruku!" Ki Rembong sedikit terkesiap. Beberapa waktu lalu sempat tersiar kabar bahwa Iblis Petir muncul lagi. Ternyata bukan kabar burung, bahkan sekarang muridnya yang muncul. Muridnya saja sudah begini sakti, apalagi gurunya. Tidak ada jalan lain, untuk menyelamatkan nyawanya dan juga murid-muridnya, mungkin harus menuruti kemauan si Agnibali ini. "Baiklah, tarik seranganmu. Kita bicarakan secara baik-baik!" pinta Ki Rembong. Untuk sementara tidak mengapa menjadi bawahan orang ini. Seketika kobaran api raksasa tertarik ke dalam tubuh Agnibali yang tidak lain adalah Kupra muridnya Iblis Petir. Api yang menyala di tubuhnya juga tampak menipis. "Bagus, seharusnya dari tadi begini!" Para murid perguruan Cengkar Wulung akhirnya menarik napas lega. Di antara mereka ada yang ilmunya rendah hampir saja tewas akibat hawa

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 074

    Sementara itu di belakang padepokan agak naik mendekati puncak gunung, di bawah sebuah pohon besar. Bayu Bentar tengah duduk bersila sambil memejamkan kedua mata. Dulu selama dalam perjalanan bersama Eyang Ismaya, dia sering berkomunikasi lewat batin. Sekarang dia mencoba hal itu, barangkali bisa terdengar sampai alam dimensi lain tempatnya Eyang Ismaya berada. Ternyata upayanya tidak sia-sia. Dia tahu Eyang Ismaya bisa keluar dari alam dimensi lain ke tempat yang dikehendaki. Telinga Bayu mendengar suara kesiur udara di depannya. Lalu muncullah sebuah pintu transparan. Pintu itu tampak membuka, lalu dari dalamnya muncul orang yang dinantikan Bayu. "Assalamualaikum, Eyang!" ucap Bayu sambil membuka matanya. "Waaalikum salam!" "Akhirnya Eyang mendengar panggilan saya." "Kebetulan karena aku juga sudah merindukanmu, jadi langsung bisa mendengar suara batinmu, Bayu!"

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 073

    Memang raut muka orang ini terlihat muram walaupun sudah dibasuh dengan air sungai. Pada mulanya dia kurang senang hati melihat Bayu, tapi merasa tidak ada masalah apa pun akhirnya dia buang perasaan tidak enaknya, lagi pula itu hanya perasaan yang timbul akibat sedikit iri saja. Seorang pemuda seumuran dengan Bayu ini tidak lain adalah Radika anak pasangan pendekar Wirapati dan Parwati. Dulu memang ada sekelumit rasa benci saat gagal mendekati Asmarini karena gadis itu malah dekat dengan Bayu. Sekarang perasaan itu telah dibuangnya. Tidak lagi menyalahkan orang lain, tapi justru introspeksi diri saja. Perlahan rasa tidak suka kepada Bayu pun memudar. "Sepertinya kau pandai membaca pikiran orang," ujar Radika mencoba lebih akrab dengan Bayu. "Oh, ya. Tidak aneh, kau pernah memecahkan kasus pembunuhan di istana Sanghyang Dora." "Hanya menebak saja, aku lihat wajahmu ditekuk. Kalau boleh tahu apa yang terjadi?" tanya Bayu.

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 072

    Kumba alias Iblis Petir melangkah ke ujung ruangan. Di sana memang tampak seperti tidak ada lagi jalan atau ruangan lain. Namun, begitu tangan kanan Iblis Petir mengibas terdengar suara gemuruh memenuhi ruangan gua tersebut. Rukmini yang sudah berdiri di samping Iblis Petir melihat ujung ruangan yang berupa dinding batu itu bergerak perlahan, bergeser ke samping kanan lalu tampaklah sebuah lorong di balik batu yang bergeser tadi. Dari dalam lorong yang cukup jauh itu tampak cahaya merah menyala keluar ditambah udara yang terasa panas bertiup dari dalam sana. Iblis Petir melangkah Lagi memasuki lorong tersebut yang panjangnya sampai lima tombak. Rukmini mengikutinya dari belakang. Di ujung lorong itu ternyata ada sebuah ruangan yang cukup luas. Di tengah ruangan tersebut tampak satu sosok yang tengah duduk bersila. Yang membuat kedua mata rok mini terbelalak adalah sosok tersebut tengah dikabari api besar yang

DMCA.com Protection Status