Home / Romansa / PENGAKUAN ANAKKU / Bab 9 - Rencana Hella.

Share

Bab 9 - Rencana Hella.

Author: Azzila07
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Pov Hella.

Menjadi wanita cantik memang menguntungkan, semua mata laki-laki selalu mengikuti setiap gerakkanku. Tubuh tinggi dengan bagian padat di daerah tertentu, menambah daya pesonaku. Siapapun, jika aku sudah berkehendak, dia pasti bertekuk lutut dikakiku.

Tentu ... targetku adalah laki-laki berdompet tebal, bagiku tampan saja tidak cukup, yang aku butuhkan adalah limpahan materi. Tak peduli, dia sudah bau tanah sekalipun, jika dia bisa memenuhi segala keinginanku. Maka dengan senang hati aku akan selalu ada disisinya untuk menyenangkan segala yang mereka butuhkan.

Hidup itu harus realistis, aku tidak munafik. Menjadi diri sendiri adalah pilihanku dan seperti inilah hidupku. Sejak dulu aku sudah terbiasa merasakan sakit, malu dan dihina bertubi-tubi. Bagiku hidup adalah perjuangan, semua pasti ada konsekuensinya. Aku sama sekali tidak mempermasalahkannya.

Hidup berasal dari keluarga miskin, sangatlah susah. Jangankan untuk beli baju baru, untuk makan saja aku harus berebut dengan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bundanya Talita Hafizh
PD amat si hella blg klo bidadari pn kalah sma pesonany.. hebat bgt, secantik pa sich dy?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 10 - Tersekap.

    "Silahkan, Pak." ucapku seraya menaruh minuman kaleng dan dua potong brownis diatas meja."Kamu tinggal disini, sendiri?" tanya Pak Mahesa sambil mengamati apartement milikku."Iya ..." jawabku sambil menjatuhkan tubuh di atas sofa tepat di depannya."Sudah lama?""Lumayan, tapi sebentar lagi saya pindah dari sini." sahutku."Kenapa?" alis itu nampak menaut."Saya tidak bekerja, jadi tak ada uang untuk bayar sewa." jawabku. Pak Mahesa menatap sekilas, lalu mengalihkan pandangan."Kenapa tidak balik kerja di kantor lagi, dari pada disini tidak ada kerjaan," ucapnya."Untuk apa kembali kekantor? Untuk melihat kemesraan, Bapak bersama istri? Aah ... menyakitkan," desahku sambil menyenderkan tubuh. Wajah aku buat sesedih mungkin, demi manarik simpatinya."Kamu tak suka dengan istri saya?" tanyanya. Aku hanya tersenyum kecut menanggapinya.Tentu aku tidak suka, istrimu menghalangi langkahku!"Ada perlu apa repot-repot mampir kesini?" ucapku sambil mengambil toples cemilan di bawah meja, la

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 11 - Takut.

    "Jangan galak-galak dong cantik, mari kita bersenang-senang dulu ..." ucapnya dengan tatapan mesum sambil menyorot bagian sensitifku.Aku tersentak kaget, saat tangan kasar salah satu dari mereka meraih dagu ini.Refleks aku menghindar, lalu mundur beberapa langkah."Cantik ..." kekehnya sambil melempar pandang pada teman penjahatnya."Dia benar-benar cantik. Menang banyak kita." bisik manusia berwajah seram itu. Tatapan mereka begitu aneh, keduanya bahkan mengecap bibir sendiri."Dari jauh sudah wangi ... gimana dalamnya." sambungnya dengan senyum menyerigai.Laki-laki berambut plontos itu terkekeh, lalu berjalan mendekatiku."Pergi!!" teriakku sambil terus memundurkan langkah."Pergi kemana? Enak disini temani kamu. Haha ...."Tatapan mereka semakin liar, gelak tawa keduanya memenuhi ruang sempit ini."Mereka bilang kamu ahlinya memuaskan laki-laki," ucap laki-laki dengan brewok yang memenuhi rahannya."Aku jadi penasaran," kekeh si rambut plontos.Jantungku semakin berdetak tak kar

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 12 - Selamat

    "Cepat bantu aku," ucap seseorang. Kemudian tubuhku terangkat dengan pelan dan hati-hati.***OfdMata terbuka pelan, kepala langsung berdenyut sakit saat kesadaran mulai kembali. Samar terdengar suara orang bicara diluar kamar yang aku singgahi ini. Aku langsung memijat pelipis, sambil meringis menahan sakit.Agrh ....Kandung kemihku terasa penuh, dengan susah payah aku beringsut menuruni tangga. Suara orang berbincang semakin jelas, perlahan aku membuka pintu."Permisi ..." ucapku kikuk saat sudah keluar. Ada tiga laki-laki remaja, dan satu perempuan tua. Berkumpul diruangan."Eh ... sudah bangun?" Perempuan tua itu menatap hangat lalu berjalan kearahku. Semua mata kini tertuju padaku."Mau kemana?" tanyanya."Mau pipis, Buk." jawabku."Ayo, Ibu antar ..," ajaknya lalu berjalan mendahuluiku. Remaja yang berkumpul menatap kasihan kearahku, tersenyum tipis saat melihat aku menganggukkan kepala pada mereka."Maaf ya ... rumahnya pabalatak," ucapnya ramah. "Silahkan ..." sambungnya samb

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 13 - Sakit.

    "Hukum istrimu Mas, dia sudah menyiksa aku dengan sangat keji." Pintaku dengan deraian air mata.Mas Mahesa bergeming ditempat, sorotnya menyimpan kesedihan."Tapi kamu baik-baik saja kan?" tanyanya.Aku menggeleng lemah. "Aku takut Mas, bayangan para penjahat itu menyiksaku terus teringat dikepala. Aku sangat takut ..." aku berucap sambil terisak pilu, berharap Mas Mahesa mau menuruti keinginanku."Aku yakin Diana pelakunya ... dia sudah tahu tentang perselingkuhan kita. Dan dia marah besar padaku," ucapku bersungguh-sungguh."Tapi Diana bersikap biasa saja, tak ada yang berubah dari dirinya," bantah Mas Mahesa, membuatku kesal."Dia cuma pura-pura, Mas ... aku yakin semua kesialan yang menimpaku belakangan ini adalah ulahnya," semburku murka. Aku benar-benar kesal dengan perempuan tua itu. Aku yakin dialah dalang dari semua masalahku.Mas Mahesa masih bergeming, ucapan yang keluar dari bibirku seakan tidak tercerna olehnya."Pulang sana, Mas ..." desahku sambil melepaskan pelukan la

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 14 - Siapa dia?

    Tubuhku semakin lemas, saat sedang mandi membersihkan badan tubuhku langsung ambruk dengan pandangan yang semakin gelap.***Ofd.Mata terbuka pelan, tempat asing berwarna putih dengan aroma obat menguar diindra penciuman. Kepala berdenyut ngilu, ditanganku sudah terpasang selang infusan.Mwngejrapkan mata berulang kali, tak ada siapapun disini, aku ada dimana? Mengapa aku bisa ada ditempat ini?Beragam pertanyaan menumpuk di kepala, membuat semakin pusing untuk sekedar menoleh kekini dan kanan. Kembali aku menutup mata meski telinga mendengar suara kecil yang ada di dalam ruangan.Tak lama suara pintu terbuka, kupaksa membuka mata meski berat. Samar aku melihat laki-laki berbadan tegap memasuki ruangan, ditemani dua orang perempuan berseragam senada."Pasien masih belum sadarkan diri ya?" tanya Dokter laki-laki yang masih muda dan terlihat tampan itu."Eh ... pasien sudah membuka matanya Dok?" suster berwajah imut menelisik wajahku. Aku tersenyum tipis, mengisyaratkan sudah sadar dari

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 15 - Menyerah.

    Tatapannya kini beralih pada perempuan gila itu, bukannya segera menolong. Mas Mahesa hanya diam ditempat dengan tubuh seakan membeku."Mas ... kenapa diam! Usir perempuan gila ini," sentakku menyadarkannya."Eh ..." Mas Mahesa terlonjak mendengar suaraku."Mas!!""I-iya ..." aku mendicih sinis, kenapa Mas Mahesa seperti orang bodoh. Dia terlihat menggaruk tengkuk lehernya, menatap takut pada sosok preman didekatku.Perempuan gila itu tersenyum miring, menatap Mas Mahesa dengan dingin. Siapa sebenarnya perempuan ini, kenapa Mas Mahesa diam saja?Dengan susah payah aku bangkit, dan berjalan menuju Mas Mahesa."Telpon Polisi sekarang, Mas. Dia sudah menganiaya aku," titahku di balas dengan senyum kecut oleh Mas Mahesa."Mas ... iish," aku mengguncang lengannya."Telpon dong, Mahes ... jangan diam saja, sekalian bawa jendral kesini. Tanggung kalau cuma Polisi," ucap perempuan gila itu dengan senyum mengejek."Mah ..." liris, calon suamiku.Aku menautkan alis, Mas Mahesa nampak meneguk sa

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 16 - Bertahan sekali lagi.

    Pov Diana.Selepas anak-anak pergi sekolah dan Mas Mahesa berangkat kerja, aku bergegas menuju garasi. Melajukan mobil dengan kecepatan sedang, tujuanku pergi kerumah Mamah mertua.Aku ingin mengeluhkan tentang sikap Mas Mahesa selama ini. Akan aku terima segala petuahnya, bagiku mertua adalah orangtuaku sendiri. Aku yakin mereka akan memberi nasihat yang bijak, seperti masalah sebelumnya."Hei ... kok datang tidak mengabarkan?" Mamah Hana tersenyuma manis, menyambut kedatanganku."Maaf Mah, tidak sempat. Mamah lagi sibuk?" Tanyaku setelah mencium tangan dan mencium kedua pipinya."Tidak juga, Mamah free hari ini," jawabnya sumringah. "Ayok masuk, kita ngobrol di dalam," ajaknya sambil mengamit lenganku.Aku dan Mamah memang cukup dekat, kami mempunyai hobi dan selera yang sama itulah yang menyebabkan kami menjadi lebih akrab."Si Tuti bikin pizza, cobain, Di." Mamah menyodorkan pizza dengan toping sosis dan daging dengan lelehan mozarela diatasnya."Gimana, Nyonya?" tanya Tuti, asist

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 17 - Mari Berpisah ...

    "Ini siapa ya?" tanyanya."Saya Diana, benar ini dengan nomer Mbak Larissa?" jawabku tegas."Benar ...." sahutnya. Bibirku melengkung tipis, untuk beberapa detik aku terdiam. Memikirkan harus memulai pembicaraan dari mana."Maaf, Diana siapa ya?" suara Larissa terdengar."Eh iya Mbak, saya ... saya ada perlu dengan Mbak Larissa. Bisa kita bertemu?" aku menggigit bibir, mencerna kata-kataku sendiri."Bertemu? Apa sebelumnya kita pernah kenal?" tanyanya."Kita memang belum pernah kenal, tapi saya membutuhkan bantuan Mbak Larissa," jawabku."Butuh bantuan?" nadanya terdengar heran."Maaf saya sibuk.""Ini masalah, Hella," ucapku kemudian, sebelum Mbak Larissa memutuskan sambungan. Dia pasti berpikir, aku seorang penipu, yang butuh bantuan uang. Larissa terdiam, aku memeriksa gawai. Detik panggilan masih berjalan."Hella? Hella siapa?" tanyanya."Hella ... Perempuan yang sudah merusak keluarga Mbak," jawabku.Terdengar helaan nafas dari, Larissa."Maaf, saya tidak ada urusan dengan mereka

Latest chapter

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 62 - Larissa.

    Pov Larissa."Pasien rumah sakit jiwa terlindas truk hingga tewas, kondisi sangat mengenaskan. Saat ini jenazah korban ada dirumah sakit Pelita Keluarga.""Baca, apa sih sayang serius banget?" Mas Bagas yang sedang mengemudi, menoleh singkat lalu kembali fokus menghadap jalan."Baca berita yang lewat dibranda, Mas. Seram ih, aku baca juga komen-komennya. Katanya, tubuh korban tabrakan itu terbelah menjadi dua bagian." sahutku, sambil bergidik ngeri."Innalillahi ... semoga amal ibadahnya diterima Alloh." jawab Mas Bagas dengan wajah prihatin."Aamiin ..." aku hanya menyahut, pandangan fokus pada gawai melanjutkan membaca komentar yang ada di dalam berita.Mengingat rumah sakit jiwa, aku jadi teringat ucapan Nyonya Diana. Dia bilang, Hella terkena gangguan jiwa, dan sekarang tinggal dirumah sakit jiwa. Semoga dia dalam keadaan baik-baik saja, walau aku sangat membencinya tapi aku tak ingin mendoakan keburukan padanya. Aku takut doa buruk itu akan kembali padaku. Naudzubillah."Nyonya D

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 61 - Bagian Special.

    Pov DianaSuara debur ombak beradu dengan karang membuat aku menarik nafas panjang, angin lembut berhembus diwajah dan rambut. Menimbulkan aura menenangkan.Hmm ....Menghembuskan nafas secara perlahan, bibir tersenyum simpul melihat dua sosok kesayangan bermain dengan ceria ditepi pantai.Duhai Tuhan ... trimakasih. Atas izinmu, kau biarkan aku melalui badai yang sangat kuat lagi dahsyat."Mamih, ayok kesini!" seru Deo meski terdengar samar. Aku hanya tersenyum, meraih gelas berisi jeruk hangat lalu menyesapnya pelan.Tangan ini melambai saat melihat pasangan suami istri celingukan mencari seseorang. Aku tersenyum manis, saat mata kami beradu tatap."Hai ..." sapaku ceria."Lama tidak bertemu, Nyonya Diana." wanita cantik menyapa dengan senyuman manis, dia menyodorkan tangan, setelahnya kita berjabat tangan mencium pipi kiri dan kanan."Mbak Larissa semakin cantik saja." ucapku tulus. Karna memang wajah wanita muda yang ada dihadapanku memang selalu cantik."Nyonya bisa saja," ucapny

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 60 - Tamat.

    Pov Hella."Lepass!" aku memberontak saat dua laki-laki berseragam rumah sakit memegangi kedua tangan."Kalian tuli, hah! Lepas aku bilang!" sungutku sambil terus memberontak.Kedua laki-laki itu hanya mendengkus kesal tak mengindahkan ucapanku."Jalan!" ucapnya, lalu menyeret tubuhku keluar dari penjara.Nafasku terengah-engah, terpaan sinar matahari menerjang wajah menimbulkan sensasi hangat dan menenangkan.Otak mulai mencerna apa yang sebenarnya terjadi, aku terbahak menyadari akan keluar dari tempat pengap itu."Hahah ... aku bebas. Aku bebas!" teriakku bersemangat. "Bawa aku pulang ke apartement, aku rindu rumahku. Aku rindu." cerocosku sambil menatap penuh harap kearah dua laki-laki itu.Satu diantaranya membuka pintu bagasi mobil khas rumah sakit, setelah terbuka lebar dia kembali memegangi tanganku."Masuk!" titahnya sambil mendorong tubuhku."Hati-hati, jangan membuatnya marah. Atau kalian akan tersakiti." ucap Polisi gendut. Keduanya saling bertatapan, lalu menoleh kearahku

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 59 - Bertemu Ibu.

    Pov Hella."Tahanan ini benar-benar keterlaluan, dia membunuh Ibunya sendiri saat datang berkunjung menemuinya." ujar petugas gendut sambil melirik kearahku sorotnya memancarkan ketidak percayaan."Ckckck ..." laki-laki berperawakan tinggi besar itu menatap lekat, menggelengkan kepalanya. Aku semakin menundukan wajah, takut tiba-tiba pukulan kembali menyerangku.Tubuh ini menggigil, luka memar terlihat disekujur tubuh. Rasanya sakit dan menyiksa sekali."Teman satu selnya pun ikut dihajar, aku rasa dia mengalami gangguan jiwa." Mataku mendelik, tak terima dengan kata-kata sipir jelek itu."Bawa dia masuk kembali, tempatkan dia diruangan 355 a. Jangan disatukan dengan yang lain, saya mencuim gelagat mengerikan dari tatapan matanya," ucap komandan Polisi."Siap, Dan!" sahut dua petugas sambil menegakkan badan."Cepat!" tubuh ini diseret paksa. Aku hanya bisa menurut, menyeret kaki mengikutinya.Dug!Rasa nyeuri menerjang lutut dan telapak tangan, saat tubuhku didorong masuk oleh petugas

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 58 - Bersyukur.

    "Istri saya sakit apa, Dok?" tanyaku setelah Dokter Murni memeriksa keadaan Diana."Sepertinya hanya terlalu lelah," jawab Dokter Murni sambil tersenyum tipis pada Diana."Jangan terlalu capek dan banyak pikiran. Bebaskan saja, jangan di pendam nanti tambah sakit," sambungnya sambil mengusap tangan Diana."Iya, Dok. Trimakasih," jawab Diana."Saya hanya meresepkan beberapa vitamin, sama obat pusing ya. Untuk berjaga-jaga, khawatir kepala Nyonya Diana ikut pusing juga karna terlalu banyak berpikir," ucap Dokter Murni sambil terkekeh pelan. Diana tersenyum menanggapinya."Saya permisi, jangan lupa diminum vitaminnya." ucapnya sambil mengemasi alat-alat ke Dokteran yang tadi dia keluarkan."Iya, Dok. Trimakasih ya," sahutku lalu mengekorinya jalan keluar kamar."Kamu tidak apa-apa, Mih?" tanyaku sambil mengusap pucuk kepalanya dengan lembut."Tidak, apa. Aku hanya butuh istirahat saja," jawab Diana."Kamu lagi banyak pikiran ya? Mikirin apa sih?" cecarku berpura bodoh. Padahal aku tahu b

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 57 - Diana Sakit.

    "Mati saja kau, Buk. Hidup pun tak berguna, hanya bisa menyusahkan anak-anakmu saja!" bisikku tepat ditelinganya. Wajah Ibu terlihat membiru, dengan lidah menjulur dan suara nafas yang tercekat ditenggorokan.Aku semakin bersemangat, bibir melengkung sempurna saat melihat Ibu menghadapi sarakatulmaut."Mati, kamu Buk. Mati!" desisku dengan suara tertekan."Hei ... mau apa kamu!" suara sumbang mengganggu kesenanganku. Tangan lemah Ibu terus memukul tangan ini, dan meminta pertolongan. Aku semakin kalap saat beberapa orang mulai mendekat, cengkraman tangan dileher Ibu semakin aku tekan.Dia harus lenyap, aku tak ingin hidup menderita sendirian.Tubuh Ibu mulai lemas, tangannya terkuai tidak lagi melakukan perlawanan.Kedua tanganku ditarik paksa, seruan dari suara sumbang terus saja mengusik pendengaranku."Hei, sudah gila kamu ya!" hadrik suara seseorang."Lepas!""Pak, tolong ...."Plakk plakk!!Rasa panas langsung menjalar dipipiku, setelah memastikan Ibu tak lagi bergerak aku baru m

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 56 - Tak Tahan.

    "Mas ...."Langkah Mas Mahesa terhenti mendengar panggilanku.Mamah menatap jengah, Diana menampilkan wajah datar berpura tak melihat kehadiranku.Sombong sekali, perempuan tua itu. Merasa menang dariku? Tak tahu malu.Mas Mahesa mengangguk kecil pada dua perempuan busuk itu, Mamah menatap khawatir, tapi akhirnya pergi juga bersama Diana."Ada apa?" tanyanya datar, tanpa melihat wajahku. Tangannya sibuk merapihkan dasi yang menjerat dilehernya."Aku ..." mata ini memanas, melihat perubahannya. Mas Mahesa melirik sekilas, menghela nafas panjang."Katakanlah, aku tidak punya banyak waktu. Mamah dan istriku sudah menunggu diluar," ucapnya sambil menatap lurus kearah pintu, dimana berdiri Mamah Hana juga Diana."Aku juga istrimu ..," sahutku dengan suara parau. Mas Mahesa terkekeh, lalu menatapku tajam."Istriku?" tanyanya dengan tatapan mengejek. "Oh ya ... kau benar. Aku belum mengucap talak untukmu," sambungnya dengan senyum tipis."Mas ..." selaku dengan wajah memelas."Aku minta maaf

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 55 - Bertemu Mas Rudi.

    ByurrrLimpahan air menerjang wajah, aku tergelagap dengan nafas terengah-engah."Hm ... saya bilang apa? Dia terlalu manja, dikit-dikit pingsan!" cibir seorang petugas wanita sambil berkacang pinggang.Dengan kasar, aku menyeka sisa air yang menempel diwajah. Hatiku pilu diperlakukan serendah ini."Bersihin sisa airnya! Jangan manja. Atau saya pindahkan ketahanan yang penghuninya sapleng semua." ketusnya dengan senyum miring menyerigai.Tubuhku benar-benar lemas, mata berkunang saat mencoba bangkit dari atas lantai."Cepeeet. Lelet banget!" Petugas bermana Mira itu menarik kasar, lalu mendorong keras tubuhku hingga mendarat kencang disudut tembok."Lelet!!" cebiknya sembul meninggalkan ruang tahananku."Dia emang terkenal brutal. Ga punya perasaan. Kalau dia lagi kontrol, jangan sesekali memasang wajah sakit. Dia ga suka," jelas Ira tanpa aku minta.Aku hanya diam, mata memanas menahan bulir air mata."Sana ganti baju, nanti masuk angin." titahnya, sok perhatian.Aku mengangguk pelan

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 54 - Sesak.

    Pov Diana.Suara bel rumah mengusik ketenanganku dengan Mas Mahesa. Aku segera beranjak dari sofa berjalan untu membuka pintu utama."Mah ..." Aku tersenyum tipis saat melihat kedatangan Mamah Hana."Kurang ajar sekali perempuan liar itu, bukti sudah di depan mata. Masih saja berkelit-kelit," gerutunya sambil berjalan melewatiku. Aku yang mengerti maksud ucapannya, hanya bisa mengekori dari belakang."Nasib Mamah buruk sekali bisa bertemu dengan orang seperti itu, Di." Keluhnya sambil menjatuhkan tubuh diatas sofa."Gimana, Mah. Sidangnya?" tanya Mas Mahesa sambil melipat koran yang tadi dia baca, lalu menaruhnya dibawah meja."Nyebelin!" sembur Mamah. "Ngeles saja kaya belut. Kesel banget Mamah," gerutunya."Ngeles gimana, Mah?" tanyaku penasaran."Dia masih tidak mau ngaku. Padahal ada saksi mata, Dokter yang kemarin itu, dia sudah meluangkan waktu untuk datang di persidangan pagi tadi." jawab Mamah panjang lebar.Mas Mahesa menyimak dengan antusias, sesekali dia mimijat pelipisnya.

DMCA.com Protection Status