Beranda / Romansa / PENGAKUAN ANAKKU / Bab 40 - Menyalahkan.

Share

Bab 40 - Menyalahkan.

Penulis: Azzila07
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"He--lla, dia yang su--dah menusukku," jelas Mas Mahesa. Membuat aku dan Mamah saling berpandangan.

"Maksud kamu apa, Mas?" tanyaku antusias.

"Hella, di-a marah dan menusuk perutku," jelas Mas Mahesa dengan nafas terengah-enagah.

Mamah mendengkus, menatap tak percaya.

"Belum sebulan kalian menikah, dia sudah mau membunuhmu?" cecar Mamah tak habis pikir. "Ini Mahes ... perempuan yang membuatmu berpaling dari anak dan istri? Kelakuannya begitu kasar, tak lebih baik dari preman pasar!" gerutu Mamah, sangat kesal.

Aku sendiri cukup terkejut mendengarnya, tidak menyangka perempuan itu bisa berbuat anarkis terhadap mangsanya sendiri.

Entah aku harus tertawa atau bersedih mendengar pengakuannya.

Namun jujur saja, hati menertawakan keadaannya saat ini.

Gimana, Masqu?

Kapokkkk!

"Gila! Benar-benar tidak waras dia." sembur Mamah dengan nafas terengah-engah.

"Belum apa-apa, karma sudah datang menghampirimu, Mahes." cibir Mamah. Mas Mahesa yang mendengar hanya meringis, entah menahan sakit dibagia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Wahyu Setyo Rini
gampang tinggal di buktikan ke dokter siapa yg punya penyakit kelamin itu hella apa diana
goodnovel comment avatar
PIPIT PUSPITASARI
si Hella ga mikir, puguh dirinya yg kotor, dasar jalang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 41 - Putus Asa.

    "Dia penyebabnya, Mah. Dia berselingkuh dan menularkan penyakit HIV pada Mas Mahesa!" jerit Hella sambil menuding kearahku.Mamah langsung menoleh ke belakang, menatapku dengan tatapan yang sulit aku artikan."Diana, benarkah itu?" tanya Mamah sedikit ragu, namun sorot matanya meminta penjelasan."Penyakit HIV?" ucapku antusias. "Jadi suamiku terkena penyakit mematikan itu?" Aku melangkah mendekati Hella. Benar-benar terkejut dengan pengakuannya."I-ya ... kau perempuan hina yang berlaga sok Suci. Kau marah melihat Mas Mahesa selingkuh dan kini kau ingin membalasnya!" ucapnya tegas, meski wajahnya berubah menjadi pias saat aku sudah ada dihadapannya."Argh!!" Hella merintih, tanganku dengan cepat mencengkram rambut kepalanya hingga kepala dia mendongkak menatap kearahku.Sungguh aku geram sekali dengan gundik, jahanam ini!Sudah lama, aku ingin mencekiknya dengan tanganku sendiri."Kau tahu! Selama tiga bulan belakangan ini, aku bahkan tidak sudi bersentuhan dengan, Mas Mahesa." ucapk

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 42 - Melarikan Diri.

    "Hhhpppp ..." Mas Mahesa terus berontak, membuat aku mengerahkan seluruh tenaga untuk menindih wajahnya dibalik bantal.Maafkan aku, Mas ....Ranjang bergetar hebat, air mataku mengalir begitu saja. Tubuhku menggigil, seirama dengan gerakan Mas Mahesa yang perlahan melemah."Hei mau apa kamu!!" jantung seakan keluar dari tempatnya, suara teriakan seseorang membuat tubuhku membeku ditempat."Sus ... tangkap perempuan itu," titah suara berat seorang laki-laki. Aku langsung berbalik badan, mendorong kuat suster dan Dokter yang berusaha menangkapku."Argh!" Suster memekik kesakitan saat aku menarik tangan dan mendorong tubuhnya keranjang, Mas Mahesa. Dia tersungkur diatas lantai, membuat langkahku luas mencapai pintu."Mau kemana kamu?" Dokter mencekal tanganku. Aku yang panik langsung menendang keras bagian sensitifnya, membuat Dokter muda itu menjerit melepas cekalan tangannya."Ada apa ini?" tubuhku menegang, Mamah Hana sudah berdiri didepan pintu berhadapan denganku dengan wajah kebin

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 43 - Kecewa.

    "Ma--af," lirihnya terdengar pilu. "Mas banyak dosa padamu dan anak-anak. Hukuman ini, rasanya belum sepadan dengan segala luka yang aku torehkan dihatimu," ucapnya dengan bibir bergetar dan lelehan air mata.Aku hanya mengangguk, menikmati segala tangis penyesalannya."Tolong maafkan, aku Mih," Mas Mahesa terisak pilu. Menatapku nanar, aku hanya bergeming meraba hati yang terasa mati.Lihatlah, Mas ... kau benar-benar menyedihkan. Sudut hati ini menertawakan penderitaannya.Perlahan tangan itu menarik lembut tangan ini, membawanya ke dalam dada bindang yang dulu selalu membuatku merasa nyaman.Ya itu dulu, sebelum kamu merusak segalanya Mas!"Maafin, Papih ya ..." lirihnya sambil mengeratkan pelukan. Aku hanya bernafas panjang, tak menjawab ucapannya.Hambar ... hanya itu yang kini ada didalam hatiku.Benarkah cintaku telah memudar?Bukankah aku pernah memberinya kesempatan, dengan kembali pulang kerumah. Tapi ternyata ... Mas Mahesa belum merasa puas. Dia masih tetap dengan keingina

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 44 - Tertangkap.

    Aku segera memutus sambungan, lalu mengirim lokasi gawai Mas Mahesa kenomer Mamah.Gawai bergetar, Mamah mengirim pesan.{Kamu yakin, Di?}Segera aku mengetik pesan balasan.{Yakin, Mah. Gawai Mas Mahesa pasti terbawa sama sundaal itu. Cepat berangkat, Mah. Sebelum dia kembali pergi,} balasku. Pesan sudah bercentang dua berwarna biru, namun tak juga mendapat balasan. Aku yakin Mamah pasti sedang bersiap-siap.Kembali menikmati angin malam, desir lembutnya mampu menenangkan jiwa dan pikiranku.Oh yah ... sudah berapa lama aku tidak melakukan liburan. Sepertinya aku harus melakukannya dalam waktu dekat. Meski tidak etis, tapi aku tetap butuh hiburan.Dua jam lamanya, aku berduduk santai. Setelah menerima pesanan makanan yang aku pesan melalui aplikasi, aku kembali masuk ke dalam ruangan Mas Mahesa.Sudah ada dua laki-laki berbadan kekar dikiri kanan pintu ruangan, mereka membungkukkan badan saat melihat kedatanganku."Sudah lama?" tanyaku berbasa-basi."Baru satu jam yang lalu, Nyonya,"

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 45 - Jeruji Besi.

    Tubuhku lemas, aku hanya bisa pasrah saat kedua Polisi itu menggiringku keluar dari kamar.Hari yang sial!Aku harus bisa meloloskan diri dari jeratan hukum ini bagaimana pun caranya.***OfdPov Hella.Memalukan!Aku digiring bak seorang penjahat, semua mata memandang dengan alis manaut ada pulak yang memandang dengan sinis. Mereka tak tahu apapun, tapi tingkah mereka seolah merasa bersih tanpa dosa."Loh ... Mbaknya?" petugas hotel yang aku suruh memandang heran. Ditangannya, terselip simcard pesananku.Aku menundukkan wajah, malu dengan mata yang terus menghujam sinis tanpa tahu penyebabnya."Masuk!" titah Polisi setelah membuka pintu mobil."Pak ... Bapak tidak bisa menangkap saya begitu saja, apa buktinya kalau saya melakukan penyerangan? Bapak jangan menelan mentah-mentah laporan orang yang membenci saya, itu tidak adil!" cerocosku.Kedua Polisi itu saling bertatapan, salah satu diantara mereka mengeluarkan selembar surat."Kami ada surat penangkapan saudara Hella, jika memang an

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 46 - Suram.

    Tubuhku membeku, ekor mata ini menangkap perempuan paruh baya dengan senyum menyerigai kearahku. Matanya mengamatiku dengan lekat, lalu langkahnya berjalan mendekat."Cantik juga ..." dengkusnya sambil meraup wajahku dengan kasar.Tubuh ini membeku, tiga tahanan perempuan dengan bau badan yang menyengat menghampiri dengan senyum menakutkan."Kasus apa, lo?" tanya tahanan dengan tubuh gempal dan wajah kusam berjerawat. Kedua tangannya ditaruh dipinggang, laganya seperti Boss besar di pasar kotor. Sungguh menjijikan berdekatan dengan mereka."Cih! Ditanyain diem aja. Gagu lo!" sentak tahanan tadi sambil mendengkus marah. Tubuhku menegang, menarik nafas dalam-dalam guna menormalkan suara genderang didalam dada."Heh. Kalau ditanya itu dijawab!" satu tahanan lain dengan tubuh kurus dan rambut gimbal menoyor keningku. Aku cukup takas kali ini, kepalaku tak sampai menyentuh jeruji besi."Sa-ya difitnah melakukan penyerangan," ucapku takut-takut."Ckckck, difitnah katanya. Kasihan ..." ucapn

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 47 - Tersiksa.

    Tuhan ... sembuhkan aku.Haruskah aku menularkan penyakit ini pada Diana, agar dia selalu setia disisiku?"Kamu kenapa, Mahes?" Mamah menatap lekat.Aku meringis, menatap kosong keluar jendela. Hati rasanya perih. Aku merasa hampa tak bertujuan."Takdir hidupku, kenapa sepedih ini ya Mah. Mahes rasanya tidak berarti. Perasaan saat ini takut dan marah entah pada siapa ..." sahutku diiringi dengan nafas panjang."Takdir memang sudah digariskan oleh Tuhan, tapi kembali pada diri sendiri. Mampukah menahan godaan? Jangan menyalahkan orang lain dengan derita yang kamu alami saat ini. Semua tidak akan terjadi kalau kamu bisa berpikir dengan jernih," sahut Mamah pasrah, wajahnya begitu lelah, lingkar hitam dibawah mata terlihat meski samar."Mamah pun, terluka melihatmu seperti ini, Mahes. Diusiamu yang tidak lagi muda, kamu harus menganggung aib sehina ini. Bagaimana kalau rekan-rekanmu tahu tentang penyakitmu, mereka pasti berasumsi keluarga kita, keluarga yang rusak moralnya.Penyakitmu it

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 48 - Semakin Lemah.

    "Aargh!" Aku memekik keras, kali ini tendangan Diah mengenai bawah perutku. "Mampus lo!" umpat seseorang. Perut terasa keram, cairan bening mengalir begitu saja dari mataku akibat rasa sakit yang tiada terkira. Nafas ini tersenggal, aku mengulurkan tangan memohon bantuan pada Dini. "Aaaa ..." Aku kembali menjerit. Jemariku diinjak oleh Diah, dengan bertubi-tubi. "To--long," suaraku tercekat dikerongkongan, pandanganku menghitam seiring dengan bentakkan keras suara laki-laki. ***Ofd Mata mengejrap pelan, mengedarkan pandang kesetiap sudut ruangan. Memijit kening yang terasa berdenyut ngilu, perlahan beringsut bangun dan duduk bersandar diatas bangkar. Sepertinya aku ada didalam klinik penjara. "Aiisshh ...." Aku meringis nyeuri, saat tak sengaja menarik selang jarum yang menempel dikulitku. Tubuh begitu ngilu, setiap menggerakkan dibagian mana pun akan terasa begitu sakit. Menaikan baju dengan pelan, bawah pusarku terlihat memar membiru. Aku memejamkan mata, perlakuan Diah ben

Bab terbaru

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 62 - Larissa.

    Pov Larissa."Pasien rumah sakit jiwa terlindas truk hingga tewas, kondisi sangat mengenaskan. Saat ini jenazah korban ada dirumah sakit Pelita Keluarga.""Baca, apa sih sayang serius banget?" Mas Bagas yang sedang mengemudi, menoleh singkat lalu kembali fokus menghadap jalan."Baca berita yang lewat dibranda, Mas. Seram ih, aku baca juga komen-komennya. Katanya, tubuh korban tabrakan itu terbelah menjadi dua bagian." sahutku, sambil bergidik ngeri."Innalillahi ... semoga amal ibadahnya diterima Alloh." jawab Mas Bagas dengan wajah prihatin."Aamiin ..." aku hanya menyahut, pandangan fokus pada gawai melanjutkan membaca komentar yang ada di dalam berita.Mengingat rumah sakit jiwa, aku jadi teringat ucapan Nyonya Diana. Dia bilang, Hella terkena gangguan jiwa, dan sekarang tinggal dirumah sakit jiwa. Semoga dia dalam keadaan baik-baik saja, walau aku sangat membencinya tapi aku tak ingin mendoakan keburukan padanya. Aku takut doa buruk itu akan kembali padaku. Naudzubillah."Nyonya D

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 61 - Bagian Special.

    Pov DianaSuara debur ombak beradu dengan karang membuat aku menarik nafas panjang, angin lembut berhembus diwajah dan rambut. Menimbulkan aura menenangkan.Hmm ....Menghembuskan nafas secara perlahan, bibir tersenyum simpul melihat dua sosok kesayangan bermain dengan ceria ditepi pantai.Duhai Tuhan ... trimakasih. Atas izinmu, kau biarkan aku melalui badai yang sangat kuat lagi dahsyat."Mamih, ayok kesini!" seru Deo meski terdengar samar. Aku hanya tersenyum, meraih gelas berisi jeruk hangat lalu menyesapnya pelan.Tangan ini melambai saat melihat pasangan suami istri celingukan mencari seseorang. Aku tersenyum manis, saat mata kami beradu tatap."Hai ..." sapaku ceria."Lama tidak bertemu, Nyonya Diana." wanita cantik menyapa dengan senyuman manis, dia menyodorkan tangan, setelahnya kita berjabat tangan mencium pipi kiri dan kanan."Mbak Larissa semakin cantik saja." ucapku tulus. Karna memang wajah wanita muda yang ada dihadapanku memang selalu cantik."Nyonya bisa saja," ucapny

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 60 - Tamat.

    Pov Hella."Lepass!" aku memberontak saat dua laki-laki berseragam rumah sakit memegangi kedua tangan."Kalian tuli, hah! Lepas aku bilang!" sungutku sambil terus memberontak.Kedua laki-laki itu hanya mendengkus kesal tak mengindahkan ucapanku."Jalan!" ucapnya, lalu menyeret tubuhku keluar dari penjara.Nafasku terengah-engah, terpaan sinar matahari menerjang wajah menimbulkan sensasi hangat dan menenangkan.Otak mulai mencerna apa yang sebenarnya terjadi, aku terbahak menyadari akan keluar dari tempat pengap itu."Hahah ... aku bebas. Aku bebas!" teriakku bersemangat. "Bawa aku pulang ke apartement, aku rindu rumahku. Aku rindu." cerocosku sambil menatap penuh harap kearah dua laki-laki itu.Satu diantaranya membuka pintu bagasi mobil khas rumah sakit, setelah terbuka lebar dia kembali memegangi tanganku."Masuk!" titahnya sambil mendorong tubuhku."Hati-hati, jangan membuatnya marah. Atau kalian akan tersakiti." ucap Polisi gendut. Keduanya saling bertatapan, lalu menoleh kearahku

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 59 - Bertemu Ibu.

    Pov Hella."Tahanan ini benar-benar keterlaluan, dia membunuh Ibunya sendiri saat datang berkunjung menemuinya." ujar petugas gendut sambil melirik kearahku sorotnya memancarkan ketidak percayaan."Ckckck ..." laki-laki berperawakan tinggi besar itu menatap lekat, menggelengkan kepalanya. Aku semakin menundukan wajah, takut tiba-tiba pukulan kembali menyerangku.Tubuh ini menggigil, luka memar terlihat disekujur tubuh. Rasanya sakit dan menyiksa sekali."Teman satu selnya pun ikut dihajar, aku rasa dia mengalami gangguan jiwa." Mataku mendelik, tak terima dengan kata-kata sipir jelek itu."Bawa dia masuk kembali, tempatkan dia diruangan 355 a. Jangan disatukan dengan yang lain, saya mencuim gelagat mengerikan dari tatapan matanya," ucap komandan Polisi."Siap, Dan!" sahut dua petugas sambil menegakkan badan."Cepat!" tubuh ini diseret paksa. Aku hanya bisa menurut, menyeret kaki mengikutinya.Dug!Rasa nyeuri menerjang lutut dan telapak tangan, saat tubuhku didorong masuk oleh petugas

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 58 - Bersyukur.

    "Istri saya sakit apa, Dok?" tanyaku setelah Dokter Murni memeriksa keadaan Diana."Sepertinya hanya terlalu lelah," jawab Dokter Murni sambil tersenyum tipis pada Diana."Jangan terlalu capek dan banyak pikiran. Bebaskan saja, jangan di pendam nanti tambah sakit," sambungnya sambil mengusap tangan Diana."Iya, Dok. Trimakasih," jawab Diana."Saya hanya meresepkan beberapa vitamin, sama obat pusing ya. Untuk berjaga-jaga, khawatir kepala Nyonya Diana ikut pusing juga karna terlalu banyak berpikir," ucap Dokter Murni sambil terkekeh pelan. Diana tersenyum menanggapinya."Saya permisi, jangan lupa diminum vitaminnya." ucapnya sambil mengemasi alat-alat ke Dokteran yang tadi dia keluarkan."Iya, Dok. Trimakasih ya," sahutku lalu mengekorinya jalan keluar kamar."Kamu tidak apa-apa, Mih?" tanyaku sambil mengusap pucuk kepalanya dengan lembut."Tidak, apa. Aku hanya butuh istirahat saja," jawab Diana."Kamu lagi banyak pikiran ya? Mikirin apa sih?" cecarku berpura bodoh. Padahal aku tahu b

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 57 - Diana Sakit.

    "Mati saja kau, Buk. Hidup pun tak berguna, hanya bisa menyusahkan anak-anakmu saja!" bisikku tepat ditelinganya. Wajah Ibu terlihat membiru, dengan lidah menjulur dan suara nafas yang tercekat ditenggorokan.Aku semakin bersemangat, bibir melengkung sempurna saat melihat Ibu menghadapi sarakatulmaut."Mati, kamu Buk. Mati!" desisku dengan suara tertekan."Hei ... mau apa kamu!" suara sumbang mengganggu kesenanganku. Tangan lemah Ibu terus memukul tangan ini, dan meminta pertolongan. Aku semakin kalap saat beberapa orang mulai mendekat, cengkraman tangan dileher Ibu semakin aku tekan.Dia harus lenyap, aku tak ingin hidup menderita sendirian.Tubuh Ibu mulai lemas, tangannya terkuai tidak lagi melakukan perlawanan.Kedua tanganku ditarik paksa, seruan dari suara sumbang terus saja mengusik pendengaranku."Hei, sudah gila kamu ya!" hadrik suara seseorang."Lepas!""Pak, tolong ...."Plakk plakk!!Rasa panas langsung menjalar dipipiku, setelah memastikan Ibu tak lagi bergerak aku baru m

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 56 - Tak Tahan.

    "Mas ...."Langkah Mas Mahesa terhenti mendengar panggilanku.Mamah menatap jengah, Diana menampilkan wajah datar berpura tak melihat kehadiranku.Sombong sekali, perempuan tua itu. Merasa menang dariku? Tak tahu malu.Mas Mahesa mengangguk kecil pada dua perempuan busuk itu, Mamah menatap khawatir, tapi akhirnya pergi juga bersama Diana."Ada apa?" tanyanya datar, tanpa melihat wajahku. Tangannya sibuk merapihkan dasi yang menjerat dilehernya."Aku ..." mata ini memanas, melihat perubahannya. Mas Mahesa melirik sekilas, menghela nafas panjang."Katakanlah, aku tidak punya banyak waktu. Mamah dan istriku sudah menunggu diluar," ucapnya sambil menatap lurus kearah pintu, dimana berdiri Mamah Hana juga Diana."Aku juga istrimu ..," sahutku dengan suara parau. Mas Mahesa terkekeh, lalu menatapku tajam."Istriku?" tanyanya dengan tatapan mengejek. "Oh ya ... kau benar. Aku belum mengucap talak untukmu," sambungnya dengan senyum tipis."Mas ..." selaku dengan wajah memelas."Aku minta maaf

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 55 - Bertemu Mas Rudi.

    ByurrrLimpahan air menerjang wajah, aku tergelagap dengan nafas terengah-engah."Hm ... saya bilang apa? Dia terlalu manja, dikit-dikit pingsan!" cibir seorang petugas wanita sambil berkacang pinggang.Dengan kasar, aku menyeka sisa air yang menempel diwajah. Hatiku pilu diperlakukan serendah ini."Bersihin sisa airnya! Jangan manja. Atau saya pindahkan ketahanan yang penghuninya sapleng semua." ketusnya dengan senyum miring menyerigai.Tubuhku benar-benar lemas, mata berkunang saat mencoba bangkit dari atas lantai."Cepeeet. Lelet banget!" Petugas bermana Mira itu menarik kasar, lalu mendorong keras tubuhku hingga mendarat kencang disudut tembok."Lelet!!" cebiknya sembul meninggalkan ruang tahananku."Dia emang terkenal brutal. Ga punya perasaan. Kalau dia lagi kontrol, jangan sesekali memasang wajah sakit. Dia ga suka," jelas Ira tanpa aku minta.Aku hanya diam, mata memanas menahan bulir air mata."Sana ganti baju, nanti masuk angin." titahnya, sok perhatian.Aku mengangguk pelan

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 54 - Sesak.

    Pov Diana.Suara bel rumah mengusik ketenanganku dengan Mas Mahesa. Aku segera beranjak dari sofa berjalan untu membuka pintu utama."Mah ..." Aku tersenyum tipis saat melihat kedatangan Mamah Hana."Kurang ajar sekali perempuan liar itu, bukti sudah di depan mata. Masih saja berkelit-kelit," gerutunya sambil berjalan melewatiku. Aku yang mengerti maksud ucapannya, hanya bisa mengekori dari belakang."Nasib Mamah buruk sekali bisa bertemu dengan orang seperti itu, Di." Keluhnya sambil menjatuhkan tubuh diatas sofa."Gimana, Mah. Sidangnya?" tanya Mas Mahesa sambil melipat koran yang tadi dia baca, lalu menaruhnya dibawah meja."Nyebelin!" sembur Mamah. "Ngeles saja kaya belut. Kesel banget Mamah," gerutunya."Ngeles gimana, Mah?" tanyaku penasaran."Dia masih tidak mau ngaku. Padahal ada saksi mata, Dokter yang kemarin itu, dia sudah meluangkan waktu untuk datang di persidangan pagi tadi." jawab Mamah panjang lebar.Mas Mahesa menyimak dengan antusias, sesekali dia mimijat pelipisnya.

DMCA.com Protection Status