Beranda / Romansa / PENGAKUAN ANAKKU / Bab 25 - Hella merajuk.

Share

Bab 25 - Hella merajuk.

Penulis: Azzila07
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Mohon maaf, Pak. Kartu limit, tidak bisa digunakan?" ucap Mbak kasir sambil menyodorkan kartu dihadapanku.

Hah ... Limit, tidak bisa digunakan? mana mungkin?

"Tidak mungkin? Saya belum melakukan transaksi apapun hari ini," sahutku sambil menerima kartu atm tersebut dan menimangnya.

Apa yang salah?

"Mohon maaf, Pak. Saya sudah mencoba sebanyak dua kali. Tapi tetap hasilnya tidak bisa," balas Mbak kasir, masih dengan senyum ramahnya.

"Ada apa sih, Mas?" Hella yang sedang berbincang dengan pegawai salon yang tadi menggodaku, jalan mendekat.

"Ini, kartu. Kok tidak bisa dipakai, padahal uangnya masih banyak," jelasku. Kening Hella bertautan. Dia melangkah mendekati kasir.

"Mesinnya tidak rusakkan?" tanya Hella.

"Mesin baik-baik saja, Mbak." Jawab kasir.

Aku kembali merogoh dompet dan mengeluarkan kartu yang lain.

"Coba pakai ini ..." aku menyodorkan atm cadanganku.

Mbak kasir menerima dengan ramah, lalu menggesek kartu pada mesin debit.

"Bisa, Pak." ucap Mbak masir, membuat nafasku lega.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Anita S
coba aja dulu bilangin dah ngk kerja masih mau ngk Hella SM dia...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 26 - Merayu Diana.

    Tiba-tiba ucapan Papah terngiang dikepala, yang mengatakan perempuan penggoda seperti Hella hanya mengincar hartaku saja. Jika Hella tahu kebenaran tentang hidupku, apakah dia akan melepehku, seperti yang Papah katakan?Ahh ... kenapa kepalaku belakangan ini selalu berdenyut ngilu, rasanya sangat pening, benar-benar sakit dan mengganggu.Mata masih tertuju pada Hella yang memasuki loby apartement, dia terlihat berhenti dan berbincang dengan laki-laki yang bekerja sebagai keamanan di apartementnya.Ada rasa tak nyaman saat melihat mereka begitu dekat, Hella masih terus berbincang. Padahal sebelum dia turun dari mobil, dia mengeluh pusing kepala. Apakah saat ini, pusingnya sudah menghilang? Ada rasa kecewa yang terselip dihati ini melihat tingkah lakunya.Melajukan mobil dengan pelan, aku memutuskan untuk singgah kerumah orangtua Diana. Biar bagaimana pun masalah aku dan Ayahnya harus di selesaikan, aku tidak mau Ayah mertua benar-benar melaporkan tindakanku yang tidak disengaja itu.Mo

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 27 - Special bertemu Larissa.

    Tiba-tiba ucapan Papah terngiang dikepala, yang mengatakan perempuan penggoda seperti Hella hanya mengincar hartaku saja. Jika Hella tahu kebenaran tentang hidupku, apakah dia akan melepehku, seperti yang Papah katakan?Ahh ... kenapa kepalaku belakangan ini selalu berdenyut ngilu, rasanya sangat pening, benar-benar sakit dan mengganggu.Mata masih tertuju pada Hella yang memasuki loby apartement, dia terlihat berhenti dan berbincang dengan laki-laki yang bekerja sebagai keamanan di apartementnya.Ada rasa tak nyaman saat melihat mereka begitu dekat, Hella masih terus berbincang. Padahal sebelum dia turun dari mobil, dia mengeluh pusing kepala. Apakah saat ini, pusingnya sudah menghilang? Ada rasa kecewa yang terselip dihati ini melihat tingkah lakunya.Melajukan mobil dengan pelan, aku memutuskan untuk singgah kerumah orangtua Diana. Biar bagaimana pun masalah aku dan Ayahnya harus di selesaikan, aku tidak mau Ayah mertua benar-benar melaporkan tindakanku yang tidak disengaja itu.Mo

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 28 - Rencana Diana.

    "Jordy adalah pengawal Diana, kalau begitu tunggu sebentar. Saya akan berbicara dengan Diana," ucapnya lalu masuk ke dalam ruangan.Aku menunggu dengan gelisah, semoga saja keputusanku ini memang tepat. Aku hanya ingin membantu, Nyonya Diana.Tak lama perempuan paruh baya itu keluar, dan mengizinkan masuk. Namun hanya aku yang boleh menemuinya, Mas Bagas harus menunggu diluar ruangan."Selamat siang?" ucapku setelah membuka pintu. Wanita dengan senyum hangat sudah menyambut kedatanganku."Siang, Nona." sahutnya dengan suara pelan."Nyonya, Diana?" tanyaku. Bibir itu melengkung, seirama dengan anggukan kepalanya."Silahkan duduk ..." ucapnya sambil menunjuk kursi di samping bangkar."Trimakasih, sudah mau meluangkan waktu datang kesini. Senang bisa bertemu denganmu, Nona." ucapnya sambil tersenyum tipis. Keadaan Diana benar-benar memprihatinkan. Kening kepalanya terbelit perban, serta kaki kirinya tergantung dengan alat bantu rumah sakit.Melihatnya saja membuat tubuhku ngilu, apalagi

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 29 - Murka Mamah.

    Malam semakin larut, Hella belum juga menunjukan batang hidungnya. Aku tak ingin menghubunginya, biarkan saja jika memang dia mengurungkan niat untuk menjengukku dirumah sakit.Ingin menghubungi Mamah, namun logika menolak keras. Mamah pasti bertanya penyebab aku berada disini. Dia pasti akan tertawa, jika mendengar Ayah Diana yang sudah membuatku babak belur seperti ini.Mamah memang Ratu kejam, dari dulu dia seperti itu. Jika aku mempunyai kesalahan, dia akan menghukumku dengan keji. Tak peduli, aku ini anak laki-laki satu-satunya.Ahh ... malangnya nasibmu, Mahesa. Semua masalah terjadi secara beruntun, waktu seolah menjebak dan mempermainkanku.Meraih remot televisi yang ada diatas nakas, mencoba memecah kesunyian di dalam ruang yang sepi ini.Televisi menyala, aku menatap layar lebar itu dengan pikiran kosong.Diana ... Hanya dia yang ada di dalam ingatanku saat ini. Aku memang bersalah, dan aku sudah mengakui semuanya.Aku ingin memperbaiki semuanya dengan Diana, tapi dia begitu

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 30 - Datang Kerumah.

    Pov : MahesaTiga hari setelah dirawat dirumah sakit, aku di perbolehkan pulang. Hella benar-benar menjagaku sepenuh hati.Diana? Jangan ditanyakan, dia mungkin tidak peduli, jika aku mati sekalipun. Benar-benar tak berperasaan, hati ini sungguh sakit. Seseorang yang aku harap bisa menemaniku hingga akhir hayat, ternyata tak ubah bagai serigala. Menyakitkan!Aku memilih untuk pulang ke apartement Hella, karna pulang kerumah pun tak ada yang mengurus."Kamu ga kerja, Mas?" tanya Hella. Hari ini adalah hari ketujuh, aku menginap dikediamannya. Keadaanku sudah kembali pulih, dan sehat bugar."Tidak, Mas malas bertemu Mamah," kilahku. Padahal, memang sudah di copot jabatanku. Untuk saat ini, biarlah. Hella tak perlu tahu masalahku yang sesungguhnya."Mas, coba bujuk Mamah. Aku tidak mau hubungan ini terus-terusan tidak jelas," ucap Hella sambil menaruh segelas kopi diatas meja."Ya, kita memang tidak seharusnya seperti ini. Akupun tak ingin terlalu lama berkabung dalam dosa," sahutku samb

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 31 - Mahesa Taubat.

    "Loh kamu yang mau apa! Aku ini calon istri, Mas Mahesa. Kamu lupa?" suara Hella tak kalah kencang dari Diana.Dengan terpogoh aku berlari menuju pintu, mata terbuka lebar. Diana benar-benar ada didepan mataku."Diana ... kamu pulang sayang?" ucapku dengan senyum haru. Diana tersenyum hangat, menubruk pundak Hella yang menghalangi langkahnya lalu melewatinya."Iya, kamu sehat, Pih?" Diana berkata dengan senyum yang begitu manis, membuat kepala ini mengangguk dengan cepat."Sudah makan?" Diana menaruh telapak tangan dikeningku, lalu mencium pipi ini dengan lembut."Sudah, ayo masuk ke dalam ..." ucapku sambil menuntun masuk tangannya. Diana tersenyum manis, berjalan sambil bergelayut mesra dipundakku.Ada apa ini? Mengapa Diana begitu manis. Sudah sudikah kiranya dia memaafkan aku?Tak sengaja mata melirik Hella, yang menatap sinis tak suka. Tapi aku tak peduli, bagiku saat ini Diana sudah pulang, itu sudah lebih dari cukup."Nyonya ..." Bik Emi menatap tak percaya, lalu terpogoh mengh

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 32 - Kembali Bersama.

    Silau mentari menerpa wajah, tubuh bergeliat melemaskan otot. Meraba samping ranjang, mata menyipit saat tak kutemukan Diana disamping tidurku. Perlahan bangun, duduk bersandar dipunggung kasur, mengumpulkan segenap kesadaran.Waktu menunjukan pukul 06:00 pagi, suara aktifitas didalam kamar mandi terdengar membuat hati yang tadinya gundah menjadi tenang.Sambil menguap aku meraih gawai yang tergeletak diatas nakas, pesan dari Hella berjejer memenuhi layar. Kembali aku meredupkan layar, malas untuk membaca segala rentetetan keluh kesahnya."Sayang ... mandinya sudah?" ucapku setelah mengetuk pintu dua kali."Iya, tunggu sebentar!" teriak Diana dari dalam."Buka pintunya, kita mandi sama-sama." tak ada balasan suara dari dalam, tak lama pintu toilet terbuka pelan."Aku sudah selesai," ucapnya seraya melilitkan handuk dikepala. Aroma sabun mengeruak, saat Diana melewatiku.Ada yang menghangat dihatiku, melihat Diana berada disini gairah hidupku kembali menyala setelah padam beberapa wakt

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 33 - Hella.

    "Sama-sama, Pih. Semoga keluarga kita selalu dilindungi oleh Tuhan, dari orang-orang jahat yang mau merusak kebahagiaan kita," sahut Diana tegas. Namun senyum dibibirnya menciptakan kehangatan di dalam dada.***Ofd.Setiap hari Hella terus saja meneror, aku sampai mengnonaktifkan gawai untuk sementara waktu.Tepat hari ini, dimana seharusnya kami melakukan pernikahan. Tapi aku mangkir, tak menanggapi semua rentetannya.Menikah dengan, Hella? Entah mengapa hati merasa kurang yakin, aku takut pikiran buruk tentangnya menjadi kenyataan.Setelah dipikir-pikir, uangku memang habis terkuras untuk memenuhi gaya hidupnya. Dan aku tidak mau terus-terusan seperti itu. Uang yang seharusnya bermanfaat kini lenyap karna kesenangan sesaat. Hella tentu saja, tak mau tahu saat aku mengeluh kekurangan uang.Sibuk menata hati bersama Diana, menyusun rencana untuk membuka usaha sendiri. Cukup sudah aku mengemis di hadapan Mamah, penolakan mereka membuat hatiku sakit. Aku bertekad akan membuka usaha send

Bab terbaru

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 62 - Larissa.

    Pov Larissa."Pasien rumah sakit jiwa terlindas truk hingga tewas, kondisi sangat mengenaskan. Saat ini jenazah korban ada dirumah sakit Pelita Keluarga.""Baca, apa sih sayang serius banget?" Mas Bagas yang sedang mengemudi, menoleh singkat lalu kembali fokus menghadap jalan."Baca berita yang lewat dibranda, Mas. Seram ih, aku baca juga komen-komennya. Katanya, tubuh korban tabrakan itu terbelah menjadi dua bagian." sahutku, sambil bergidik ngeri."Innalillahi ... semoga amal ibadahnya diterima Alloh." jawab Mas Bagas dengan wajah prihatin."Aamiin ..." aku hanya menyahut, pandangan fokus pada gawai melanjutkan membaca komentar yang ada di dalam berita.Mengingat rumah sakit jiwa, aku jadi teringat ucapan Nyonya Diana. Dia bilang, Hella terkena gangguan jiwa, dan sekarang tinggal dirumah sakit jiwa. Semoga dia dalam keadaan baik-baik saja, walau aku sangat membencinya tapi aku tak ingin mendoakan keburukan padanya. Aku takut doa buruk itu akan kembali padaku. Naudzubillah."Nyonya D

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 61 - Bagian Special.

    Pov DianaSuara debur ombak beradu dengan karang membuat aku menarik nafas panjang, angin lembut berhembus diwajah dan rambut. Menimbulkan aura menenangkan.Hmm ....Menghembuskan nafas secara perlahan, bibir tersenyum simpul melihat dua sosok kesayangan bermain dengan ceria ditepi pantai.Duhai Tuhan ... trimakasih. Atas izinmu, kau biarkan aku melalui badai yang sangat kuat lagi dahsyat."Mamih, ayok kesini!" seru Deo meski terdengar samar. Aku hanya tersenyum, meraih gelas berisi jeruk hangat lalu menyesapnya pelan.Tangan ini melambai saat melihat pasangan suami istri celingukan mencari seseorang. Aku tersenyum manis, saat mata kami beradu tatap."Hai ..." sapaku ceria."Lama tidak bertemu, Nyonya Diana." wanita cantik menyapa dengan senyuman manis, dia menyodorkan tangan, setelahnya kita berjabat tangan mencium pipi kiri dan kanan."Mbak Larissa semakin cantik saja." ucapku tulus. Karna memang wajah wanita muda yang ada dihadapanku memang selalu cantik."Nyonya bisa saja," ucapny

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 60 - Tamat.

    Pov Hella."Lepass!" aku memberontak saat dua laki-laki berseragam rumah sakit memegangi kedua tangan."Kalian tuli, hah! Lepas aku bilang!" sungutku sambil terus memberontak.Kedua laki-laki itu hanya mendengkus kesal tak mengindahkan ucapanku."Jalan!" ucapnya, lalu menyeret tubuhku keluar dari penjara.Nafasku terengah-engah, terpaan sinar matahari menerjang wajah menimbulkan sensasi hangat dan menenangkan.Otak mulai mencerna apa yang sebenarnya terjadi, aku terbahak menyadari akan keluar dari tempat pengap itu."Hahah ... aku bebas. Aku bebas!" teriakku bersemangat. "Bawa aku pulang ke apartement, aku rindu rumahku. Aku rindu." cerocosku sambil menatap penuh harap kearah dua laki-laki itu.Satu diantaranya membuka pintu bagasi mobil khas rumah sakit, setelah terbuka lebar dia kembali memegangi tanganku."Masuk!" titahnya sambil mendorong tubuhku."Hati-hati, jangan membuatnya marah. Atau kalian akan tersakiti." ucap Polisi gendut. Keduanya saling bertatapan, lalu menoleh kearahku

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 59 - Bertemu Ibu.

    Pov Hella."Tahanan ini benar-benar keterlaluan, dia membunuh Ibunya sendiri saat datang berkunjung menemuinya." ujar petugas gendut sambil melirik kearahku sorotnya memancarkan ketidak percayaan."Ckckck ..." laki-laki berperawakan tinggi besar itu menatap lekat, menggelengkan kepalanya. Aku semakin menundukan wajah, takut tiba-tiba pukulan kembali menyerangku.Tubuh ini menggigil, luka memar terlihat disekujur tubuh. Rasanya sakit dan menyiksa sekali."Teman satu selnya pun ikut dihajar, aku rasa dia mengalami gangguan jiwa." Mataku mendelik, tak terima dengan kata-kata sipir jelek itu."Bawa dia masuk kembali, tempatkan dia diruangan 355 a. Jangan disatukan dengan yang lain, saya mencuim gelagat mengerikan dari tatapan matanya," ucap komandan Polisi."Siap, Dan!" sahut dua petugas sambil menegakkan badan."Cepat!" tubuh ini diseret paksa. Aku hanya bisa menurut, menyeret kaki mengikutinya.Dug!Rasa nyeuri menerjang lutut dan telapak tangan, saat tubuhku didorong masuk oleh petugas

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 58 - Bersyukur.

    "Istri saya sakit apa, Dok?" tanyaku setelah Dokter Murni memeriksa keadaan Diana."Sepertinya hanya terlalu lelah," jawab Dokter Murni sambil tersenyum tipis pada Diana."Jangan terlalu capek dan banyak pikiran. Bebaskan saja, jangan di pendam nanti tambah sakit," sambungnya sambil mengusap tangan Diana."Iya, Dok. Trimakasih," jawab Diana."Saya hanya meresepkan beberapa vitamin, sama obat pusing ya. Untuk berjaga-jaga, khawatir kepala Nyonya Diana ikut pusing juga karna terlalu banyak berpikir," ucap Dokter Murni sambil terkekeh pelan. Diana tersenyum menanggapinya."Saya permisi, jangan lupa diminum vitaminnya." ucapnya sambil mengemasi alat-alat ke Dokteran yang tadi dia keluarkan."Iya, Dok. Trimakasih ya," sahutku lalu mengekorinya jalan keluar kamar."Kamu tidak apa-apa, Mih?" tanyaku sambil mengusap pucuk kepalanya dengan lembut."Tidak, apa. Aku hanya butuh istirahat saja," jawab Diana."Kamu lagi banyak pikiran ya? Mikirin apa sih?" cecarku berpura bodoh. Padahal aku tahu b

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 57 - Diana Sakit.

    "Mati saja kau, Buk. Hidup pun tak berguna, hanya bisa menyusahkan anak-anakmu saja!" bisikku tepat ditelinganya. Wajah Ibu terlihat membiru, dengan lidah menjulur dan suara nafas yang tercekat ditenggorokan.Aku semakin bersemangat, bibir melengkung sempurna saat melihat Ibu menghadapi sarakatulmaut."Mati, kamu Buk. Mati!" desisku dengan suara tertekan."Hei ... mau apa kamu!" suara sumbang mengganggu kesenanganku. Tangan lemah Ibu terus memukul tangan ini, dan meminta pertolongan. Aku semakin kalap saat beberapa orang mulai mendekat, cengkraman tangan dileher Ibu semakin aku tekan.Dia harus lenyap, aku tak ingin hidup menderita sendirian.Tubuh Ibu mulai lemas, tangannya terkuai tidak lagi melakukan perlawanan.Kedua tanganku ditarik paksa, seruan dari suara sumbang terus saja mengusik pendengaranku."Hei, sudah gila kamu ya!" hadrik suara seseorang."Lepas!""Pak, tolong ...."Plakk plakk!!Rasa panas langsung menjalar dipipiku, setelah memastikan Ibu tak lagi bergerak aku baru m

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 56 - Tak Tahan.

    "Mas ...."Langkah Mas Mahesa terhenti mendengar panggilanku.Mamah menatap jengah, Diana menampilkan wajah datar berpura tak melihat kehadiranku.Sombong sekali, perempuan tua itu. Merasa menang dariku? Tak tahu malu.Mas Mahesa mengangguk kecil pada dua perempuan busuk itu, Mamah menatap khawatir, tapi akhirnya pergi juga bersama Diana."Ada apa?" tanyanya datar, tanpa melihat wajahku. Tangannya sibuk merapihkan dasi yang menjerat dilehernya."Aku ..." mata ini memanas, melihat perubahannya. Mas Mahesa melirik sekilas, menghela nafas panjang."Katakanlah, aku tidak punya banyak waktu. Mamah dan istriku sudah menunggu diluar," ucapnya sambil menatap lurus kearah pintu, dimana berdiri Mamah Hana juga Diana."Aku juga istrimu ..," sahutku dengan suara parau. Mas Mahesa terkekeh, lalu menatapku tajam."Istriku?" tanyanya dengan tatapan mengejek. "Oh ya ... kau benar. Aku belum mengucap talak untukmu," sambungnya dengan senyum tipis."Mas ..." selaku dengan wajah memelas."Aku minta maaf

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 55 - Bertemu Mas Rudi.

    ByurrrLimpahan air menerjang wajah, aku tergelagap dengan nafas terengah-engah."Hm ... saya bilang apa? Dia terlalu manja, dikit-dikit pingsan!" cibir seorang petugas wanita sambil berkacang pinggang.Dengan kasar, aku menyeka sisa air yang menempel diwajah. Hatiku pilu diperlakukan serendah ini."Bersihin sisa airnya! Jangan manja. Atau saya pindahkan ketahanan yang penghuninya sapleng semua." ketusnya dengan senyum miring menyerigai.Tubuhku benar-benar lemas, mata berkunang saat mencoba bangkit dari atas lantai."Cepeeet. Lelet banget!" Petugas bermana Mira itu menarik kasar, lalu mendorong keras tubuhku hingga mendarat kencang disudut tembok."Lelet!!" cebiknya sembul meninggalkan ruang tahananku."Dia emang terkenal brutal. Ga punya perasaan. Kalau dia lagi kontrol, jangan sesekali memasang wajah sakit. Dia ga suka," jelas Ira tanpa aku minta.Aku hanya diam, mata memanas menahan bulir air mata."Sana ganti baju, nanti masuk angin." titahnya, sok perhatian.Aku mengangguk pelan

  • PENGAKUAN ANAKKU   Bab 54 - Sesak.

    Pov Diana.Suara bel rumah mengusik ketenanganku dengan Mas Mahesa. Aku segera beranjak dari sofa berjalan untu membuka pintu utama."Mah ..." Aku tersenyum tipis saat melihat kedatangan Mamah Hana."Kurang ajar sekali perempuan liar itu, bukti sudah di depan mata. Masih saja berkelit-kelit," gerutunya sambil berjalan melewatiku. Aku yang mengerti maksud ucapannya, hanya bisa mengekori dari belakang."Nasib Mamah buruk sekali bisa bertemu dengan orang seperti itu, Di." Keluhnya sambil menjatuhkan tubuh diatas sofa."Gimana, Mah. Sidangnya?" tanya Mas Mahesa sambil melipat koran yang tadi dia baca, lalu menaruhnya dibawah meja."Nyebelin!" sembur Mamah. "Ngeles saja kaya belut. Kesel banget Mamah," gerutunya."Ngeles gimana, Mah?" tanyaku penasaran."Dia masih tidak mau ngaku. Padahal ada saksi mata, Dokter yang kemarin itu, dia sudah meluangkan waktu untuk datang di persidangan pagi tadi." jawab Mamah panjang lebar.Mas Mahesa menyimak dengan antusias, sesekali dia mimijat pelipisnya.

DMCA.com Protection Status