Bab 29 : Persiapan Terakhir dan Hadiah dari Sistem
Malam telah larut, tetapi Kenta belum bisa tidur. Ia duduk sendirian di dalam balai desa, menatap lentera yang berkelip lemah. Mereka semua sudah berlatih keras, kekuatan mereka meningkat drastis, tetapi… apakah itu cukup?
Hatinya dipenuhi prasangka dan keraguan. Meski Hakka, Rengga, Jenderal Batu, dan Liam telah mendapatkan kekuatan baru serta pelatihan dari Kael, Raven dan Tujuh Bayangan bukan musuh biasa. Kenta tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa mereka masih belum cukup kuat untuk menandingi mereka.
“Apa kita benar-benar bisa menang?”
Ia mengepalkan tinjunya. Sistem telah memberinya begitu banyak keuntungan, tetapi apakah itu cukup? Saat pikirannya penuh kebimbangan, suara familiar terdengar di benaknya.
[Administrator Sistem Maya Menghubungi Anda…]
Seketika, cahaya biru transparan muncul di depannya. Sosok holografik seorang gadis dengan rambu
Bab 30: Menjelang PertempuranFajar mulai menyingsing di Lembah Babi, tetapi suasana desa masih dipenuhi ketegangan. Semua orang tahu, pertempuran terbesar yang pernah mereka hadapi akan segera tiba.Di balai desa, Kenta, Hakka, Rengga, Jenderal Batu, Liam, dan Nenek Cio berdiri mengelilingi meja, menatap peta strategi yang telah mereka susun. Senjata-senjata legendaris yang baru saja mereka terima terletak di sisi mereka, masih bersinar dengan energi baru yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.Kael, yang selama ini diam, akhirnya membuka suara. “Sekarang kalian semua memiliki senjata dan kekuatan baru, tapi jangan lupakan satu hal… Raven dan Tujuh Bayangan masih lebih berbahaya dari yang kalian bayangkan.”Jenderal Batu menyilangkan tangannya. “Kami tahu. Tapi kali ini, kami tidak akan membiarkan mereka mengin
Bab 31: Duel Para Penyihir – Hakka vs Penyihir BayanganKabut malam menebal, menyelimuti Lembah Babi dalam aura mencekam. Dari segala penjuru, Tujuh Bayangan mulai memasuki desa, menyelinap seperti predator yang siap memangsa. Di tengah desa, Hakka berdiri tegak di dekat salah satu rumah kayu yang telah diperkuat dengan sihir pertahanan. Di tangannya, Orb Sihr bersinar samar, siap melepaskan energi magis kapan saja.Ia merasakan udara di sekitarnya berubah. Ada sesuatu yang tidak beres. Tiba-tiba, angin berputar dengan cepat, membawa serta bau aneh yang menyengat. Dari kegelapan, sesosok pria berjubah hitam muncul, berjalan dengan langkah ringan seolah tak terbebani gravitasi.“Kau pasti Hakka, penyihir tua desa ini.” Suaranya lembut, tetapi penuh tipu daya.Hakka menyipitkan matanya. “Dan kau pasti salah satu dari Tujuh Bayangan.”Pria itu tersenyum, lalu dengan elegan membungkuk seperti seorang bangsawa
Bab 32: Perpaduan Kegelapan dan CahayaBeberapa saat setelah punggung hakka tak terlihat lagi oleh ketiganya, Jenderal Batu, Rengga, dan Liam berdiri tegap sebelum akhirnya saling menatap satu sama lain. Angin malam tiba-tiba berhembus pelan, membawa aroma darah dan ketegangan yang semakin menyesakkan. Dari kegelapan, dua sosok muncul. Mereka kembar.Satu mengenakan jubah putih bersih yang bercahaya samar di bawah rembulan. Yang lainnya berjubah hitam legam, tubuhnya seperti menyerap cahaya di sekitarnya."Jadi, kalianlah yang akan menjadi lawan kami?" Suara pria berjubah putih terdengar dingin.Pria berjubah hitam melangkah sedikit ke depan, ekspresinya tanpa emosi. "Penyihir gila itu sudah dikalahkan? Sungguh tidak berguna! Memang benar apa yang dikatakan Raven, penyihir itu terlalu banyak bicara. Dia pantas mati."Jenderal Batu menyipitkan matanya.
Bab 33: Duel di Ambang Kematian – Kenta vs. RavenMalam di Lembah Babi semakin larut, tetapi pertempuran belum usai. Di depan gerbang desa,
Bab 34: Nafas Terakhir Sebelum KehancuranKenta menggertakkan giginya. Api biru yang berkobar di sekeliling tubuhnya bergetar, mulai kehilangan kekuatannya. Napasnya berat, keringat bercucuran di dahinya. Raven masih berdiri di tempatnya, tidak terluka sedikit pun. Mata merah
Bab 35 : Mode God – Pertaruhan TerakhirBOOOOOM! Seluruh Lembah Babi berguncang hebat akibat ledakan energi emas yang menyelimuti tubuh Kenta. Kilatan cahaya yang muncul dari Jubah Raja Charles terus berdenyut, memancarkan aura keagungan yang tak terbantahkan.Namun, ini bukanlah keilahian. Ini bukan kekuatan dewa. Ini adalah kekuatan absolut selama batas waktu tertentu. Sebuah pertahanan dan kekuatan yang mutlak, membuat penggunanya tak tertandingi dalam jangka waktu yang singkat. Dan setelah itu... Tubuhnya akan runtuh sepenuhnya. Kenta mengetahui risikonya. Ia harus menghabisi Raven sebelum efek ini berakhir. Tidak ada pilihan lain.Raven masih berdiri di seberang medan perang, terengah-engah. Matanya yang merah menatap tajam ke
Bab 36: Pasca Pertarungan Hidup dan MatiKegelapan yang pekat perlahan mulai memudar, digantikan oleh cahaya samar yang menyelinap masuk dari celah jendela kayu. Kesadarannya perlahan kembali, tubuhnya terasa berat seolah baru saja melewati neraka. Setiap sendi terasa nyeri, seakan ototnya menolak untuk bergerak. Kenta membuka matanya.Seketika, suara lembut namun penuh otoritas menyambutnya. “Akhirnya kau bangun, Kenta.”Ia menoleh, dan di hadapannya berdiri Maya, administrator sistem. Dengan ekspresi tenang, ia menatapnya dari ujung tempat tidur, tangan terlipat di depan dada. Kenta mengerjap beberapa kali, mencoba mengumpulkan ingatan yang masih terasa kabur. Kepalanya terasa berat, seolah masih berada di antara dunia mimpi dan kenyataan.“Aku… selamat?” suaranya serak, nyaris tidak lebih dari bisikan.Maya mengangguk. “Tentu saj
Bab 37: Lumbung padiMentari pagi bersinar lembut di atas Lembah Babi, menyapu desa dengan cahaya keemasan yang hangat. Namun, di balik ketenangan itu, ada kesibukan luar biasa yang sedang berlangsung. Kenta telah mengumpulkan seluruh pemimpin desa di altar utama, tempat pertemuan besar selalu diadakan. Hari ini, mereka tidak membicarakan perang atau pertahanan, melainkan masa depan desa.Di hadapan Kenta berdiri Hakka, Rengga, Jenderal Batu, Liam, serta beberapa tokoh penting lainnya. Raut wajah mereka mencerminkan ketegangan sekaligus harapan.“Terima kasih sudah datang,” Kenta membuka pertemuan dengan nada serius. “Kita baru saja melalui peperangan yang sulit. Lembah Babi masih berdiri, tetapi ini baru awal. Jika kita ingin bertahan dalam jangka panjang, kita harus mulai membangun kembali—bukan hanya desa, tetapi juga masa depan kita.”Semua orang
Bab 60 : Taruhan BerbahayaMalam yang gelap semakin terasa pekat seiring dengan napas berat yang berhembus dari Kenta. Tangannya menggenggam erat pedang, merasakan dinginnya baja di telapak tangannya. Di hadapannya, Abyss berdiri dengan seringai lebar, cengkeramannya masih erat di leher Asami. Gadis itu terbatuk pelan, tetapi sorot matanya tetap teguh.Darah Kenta berdesir penuh kemarahan. Selama pertarungan tadi, ia dan Asami sempat membaca pola serangan monster itu. Mereka hampir bisa menemukan celah untuk mengalahkannya, namun kini keadaan berbalik. Dengan Asami sebagai sandera, Kenta kehilangan keseimbangan. Abyss mengetahui ini dan memanfaatkannya dengan licik.“Bagaimana rasanya?” suara Abyss terdengar berat dan tajam, seolah-olah ia menikmati penderitaan Kenta. “Kau yang begitu kuat, begitu percaya diri, kini dibuat tak berdaya hanya karena satu gadis kecil.”Kenta menggeram, matanya menatap tajam. Ia tahu bahwa setiap tindakan yang gegabah bisa membahayakan Asami. Abyss bukan
Bab 59: Gadis BodohMalam semakin larut, menyisakan bayangan kelam yang menggantung di antara pepohonan mati. Kenta berdiri tegap, napasnya sedikit memburu setelah pertarungan sengit yang sudah berlangsung cukup lama. Lawannya, makhluk buas dengan tubuh yang tampak seperti hasil perpaduan antara manusia dan kegelapan itu, tersenyum samar dengan seringai mengerikan.Makhluk itu tidak berbicara. Tidak ada suara selain desir angin malam dan detak jantung Kenta yang bergemuruh di telinganya. Setiap gerakan monster itu seperti bayangan, cepat, liar, dan tidak terduga. Namun, Kenta dan Asami mulai memahami pola serangannya sedikit demi sedikit.“Asami, mundur ke kanan!” seru Kenta sembari menangkis serangan cakaran yang nyaris mengenai wajahnya.Asami dengan cekatan bergerak sesuai instruksi. Dalam hitungan detik, ia berputar ke samping dan melemparkan belatinya, mengincar celah kecil di antara tulang-tulang hitam yang mencuat dari tubuh monster itu. Ctak! Belatinya berhasil menggores bahu
Malam itu, angin berembus dengan lirih di antara reruntuhan desa yang telah lama ditinggalkan. Asami dan Kenta bersembunyi di balik puing-puing rumah yang telah lapuk, mata mereka menelusuri kegelapan yang menyelimuti hutan di seberang desa. Jejak-jejak pembantaian masih tampak jelas di tanah: bercak darah mengering, sisa-sisa daging yang berserakan, dan tulang-belulang yang tampaknya telah dikoyak tanpa belas kasihan. Bau anyir masih tercium samar, bercampur dengan aroma tanah basah.Asami menggenggam gagang tantō-nya dengan erat. Napasnya pelan, tapi Kenta bisa merasakan ketegangan di tubuhnya. “Aku tidak suka tempat ini…” bisiknya, matanya tetap terpaku pada kegelapan.Kenta menoleh padanya sejenak sebelum kembali fokus mengamati sekeliling. “Aku juga. Tapi kita butuh jawaban.”Mereka telah mengikuti jejak selama beberapa hari, berpindah dari satu desa ke desa lain, mengumpulkan informasi dari sisa-sisa perkampungan yang telah dihancurkan oleh makhluk buas itu. Dari apa yang mereka
Bab 57 : Penelusuran dan Kebenaran yang TersembunyiKenta dan Asami melanjutkan perjalanan mereka melintasi desa-desa yang telah menjadi korban pembantaian misterius. Jejak-jejak kehancuran semakin jelas terlihat di setiap sudut, mayat-mayat yang kehilangan darah tanpa tanda-tanda perlawanan yang berarti. Warga yang tersisa bersembunyi dalam ketakutan, bisik-bisik mereka memenuhi udara dengan cerita mengerikan tentang sosok bayangan yang bergerak di malam hari.Saat malam semakin larut, Kenta dan Asami beristirahat di sebuah pondok kosong di pinggiran desa. Asami, yang biasanya selalu menjaga ketenangannya, tampak gelisah. Tatapannya sesekali mengarah ke Kenta, bibirnya seakan ingin berbicara tetapi ia menahan diri.Maya muncul dalam bentuk holografiknya di hadapan Kenta. "Kenta, aku telah menganalisis pola pembantaian ini dan menemukan sesuatu yang mengkhawatirkan," katanya dengan nada serius.Kenta menatapnya tajam. "Apa itu, Maya?"Maya menampilkan serangkaian data di udara, memper
Bab 56: Di Balik Bayang-Bayang KegelapanAngin malam berembus dingin ketika Kenta berdiri di atas menara pengawas desa, memandang jauh ke arah cakrawala yang diselimuti kegelapan. Di kejauhan, ia tahu bahwa desa-desa yang pernah makmur kini hanya menyisakan kehancuran dan mayat-mayat yang ditinggalkan tanpa jawaban. Pembunuhan-pembunuhan misterius itu sudah berlangsung cukup lama, dan tidak ada tanda-tanda bahwa mereka akan berhenti. Meskipun Lembah Babi telah berkembang pesat, kesejahteraan di dalam tembok desa itu hanya menjadi pengecualian di tengah kehancuran yang melanda wilayah sekitarnya.Ia mengepalkan tangannya. Tidak bisa terus diam dan hanya menunggu jawaban datang. Ia harus mencari sendiri.“Mau pergi sendirian?”Suara Asami memecah kesunyian. Kenta menoleh dan melihat wanita itu bersandar pada pilar kayu di belakangnya, mengenakan jubah hitam yang menyatu dengan bayangan.
Bab 55: Jejak Darah dan Keheningan yang MencekamSudah beberapa minggu berlalu sejak pembangunan desa Lembah Babi mencapai kemajuan besar. Seluruh penduduk semakin merasa nyaman dengan kehidupan yang lebih teratur dan terjamin, berkat hasil kerja keras mereka. Namun, kesejahteraan yang perlahan tumbuh itu mulai diganggu oleh kabar buruk yang datang dari luar. Desas-desus tentang pembunuhan yang terjadi di desa-desa sekitar mulai menyebar dengan cepat. Kabar tersebut mengusik ketenangan di Lembah Babi, membawa gelombang kecemasan yang mengalir perlahan di antara warga.Hari itu, suasana di desa terasa lebih sunyi dari biasanya. Kenta tengah berjalan di sepanjang jalan utama desa, matanya fokus pada laporan yang dibawa oleh Maya. Wajahnya serius, penuh pemikiran. Sesekali ia men
Bab 54: Pembangunan Desa Level 3 dan Tantangan Musim DinginSuasana pagi itu tenang. Matahari perlahan muncul di balik pegunungan, menerangi desa yang kini tampak lebih kokoh dan terorganisir daripada sebelumnya. Lembah Babi, yang sebelumnya hanya sebuah kawasan kecil yang tersembunyi di balik hutan dan perbukitan, kini berkembang pesat. Setiap sudut desa memperlihatkan tanda-tanda pembangunan yang mengesankan. Jalan-jalan yang lebih lebar, bangunan-bangunan yang lebih stabil, dan pertanian yang semakin terorganisir memberikan harapan bagi Kenta dan warganya.Kenta berjalan dengan langkah mantap melalui desa yang telah berkembang pesat. Pasukan Lembah Babi yang dulu hanya dikenal sebagai pasukan yang terlatih dalam pertempuran kini juga menjadi ahli dalam berbagai bidang. Bebe
Bab 53: Persiapan di Lembah BabiHembusan angin malam menggetarkan ranting-ranting pohon di sekitar camp yang didirikan di luar kota. Api unggun yang menyala dengan cahaya kuning-oranye memberikan kehangatan di udara yang semakin dingin. Para prajurit Lembah Babi duduk berkelompok, berbicara dengan suara rendah, sementara para pemimpin desa berkumpul di sekitar Kenta yang tengah merenung.Kenta duduk dengan punggung tegak, tatapannya kosong sejenak. Ia memikirkan apa yang baru saja terjadi, dan apa yang akan datang. Setelah keputusan untuk menghentikan pertempuran dan menarik pasukan, Kenta tahu bahwa masa depan mereka takkan sesederhana itu. Kekaisaran mungkin memberikan jeda sejenak, tapi tidak ada yang bisa memastikan berapa lama. Itu adalah waktu yang mereka butuhkan untuk
Bab 52: Keputusan yang Belum UsaiHening menyelimuti medan perang setelah perintah Jenderal Marcus untuk menahan Ryoji diumumkan. Pasukan Lembah Babi dan pasukan Kekaisaran saling menatap dengan waspada, masih belum benar-benar yakin apakah ini benar-benar akhir dari pertarungan.Namun, Marcus tetap berdiri tegap di antara dua kekuatan besar yang hampir saling membinasakan. Kenta, dengan napas masih berat setelah duel panjangnya, menatap langsung ke arah Marcus, mencoba menelaah keputusan yang baru saja dibuat."Kau yakin ini keputusan yang benar?" suara Kenta terdengar tegas namun penuh skeptisisme.Marcus menatap Kenta dengan sorot mata yang sulit dibaca. "Aku tidak akan bertindak gegabah tanpa bukti yang cukup. Aku akan membawa Ryoji ke istana dan memastikan bahwa informasi yang diberikan kepada Kaisar selama ini tidak dimanipulasi."Dua prajurit kekaisaran menyeret Ryoji yang masih memberontak. Bangsawan itu berte