Share

PART 18

Penulis: Emde Mallaow
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

        Dari ruang dalam istana Patih Wiratama muncul bersama bocah laki-laki. Ia adalah putra mahkota Pangeran  Labdajaya. Usia dan wajahnya memiliki kemiripan dengan sepupunya Raden Anom.

       “ Angger, sungkem dengan Penan dan Bopo Jagadmu,”perintah Permaisuri Sekar Arum kepada putranya Pangeran Labdajaya. Bocah laki-laki itu langsung menyalami dan menciumi tangan Diajeng Sekar Laras dan Ki Jagadita.

        “Angger Labdajaya sudah besar sekarang,”ucap Diajeng Sekar Laras sembari mengelus kepala keponakannya. “Waktu Penan datang dulu Angger di mana?”(Penan = bibi/bulik).

         “Iya, kemarin Labda di padepokan, Penan. Bagaimana kabar Dimas Anom sekarang?”

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bogank Kasbi
mahal sekali buka buku nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 19

    Tanpa membuang-buang waktu lagi, keempat laki-laki itu segera meninggalkan tempat itu dan menuju ke kota raja. Jarak dari tempat itu ke kota raja bagi Ki Jagadita dan Diajeng Sekar jagad tak seberapa jauh, namun bagi Ki Seranta, Ki Pokasi, Ki Sumpit, dan Bojot yang tak memiliki ilmu kesaktian yang tinggi, apalagi Ilmu Saipi Angin Jagat, tentu sangatlah jauh. Saat ini matahari sudah berada di sepertiga bola langit di sebelah barat, kemungkinan besar mereka baru sampai di kota raja menjelang malam hari. Benar saja, ketika memasuki kota raja, tepat matahari sudah tenggelam di ufuk barat dan malam sedang menyongsong. Sebelum menuju ke istana kerajaan, keempatnya beristirahat dulu di bawah naungan pohon beringin besar di tengah-tengah alun-alun kota. “Apa kira-kira Baginda Prabu mau

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 20

    Pada saat keempatnya menikmati kelegaan itu, tiba-tiba keempatnya terdiam. Telinga mereka mendengar suara tapak kuda yang banyak bersamaan dengan suara ringkikannya. Naga-naganya rombongan berkuda itu akan lewat di jalan yang tak jauh dari tempat mereka berada. Mereka tanggung untuk bersembunyi karena keberadaan mereka telah terlebih dahulu terlihat oleh para penunggang kuda itu. Yang mereka lakukan adalah berpura-pura berteriak dengan mengintai ke sana ke mari seolah-olah mereka sedang berburu binatang. Benar saja, ketika melihat mereka, rombongan berkuda yang berjumlah sepuluh kuda lebih itu langsung berhenti. Ternyata itu adalah rombongan di bawah pimpinan Ki Jantaka alias Gentala Seta dan para anak buahnya. Mungkin mereka hendak ke kota raja atau menuju ke tempat lain, karena penampilan mereka seperti para pejabat kerajaan. “Se

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 21

    Tampaknya Prabu Nararyawardhana sudah mulai menyadari bahwa kepercayaan rakyat terhadap dirinya mulai terlihat menurut di mana-mana. Itu dapat ia rasa dan saksikan dalam setahun terakhir ini. Setiap kali ia melakukan kunjungan keliling ke pelosok negerinya, di mana ia hanya disambut oleh rakyatnya dengan sikap agak dingin, dan tak seperti sebelumnya ia disambut dengan sangat meriah dan dieluk-elukan di sepanjang jalan yang dilewatinya. Ia merasa, bahwa dirinya mulai tak dianggap lagi sebagai pemimpin oleh rakyatnya. Apa yang dilakukan dan diharapkan oleh persekongkolan Patih Adiwilaga dan KiJantaka alias Gentala Seta tampaknya sudah mulai menampakkan hasil. Dan hebatnya, ketika ia berkeliling ke setiap pelosok, Patih Adiwilaga dapat merasakan sambutan yang baik rakyat terhadapnya. Tak sedikit ia dielu-elukan oleh segenap rakyat yang dilewatinya. Sembari dalam

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 22

    Keempat pendekar muda hanya mengangguk dan terdiam. “Dan malam ini,” lanjut Ki Jagadita, “aku masih menurunkan satu benda wasiat yang bernama Cambuk Halilintar. Karena cambuk ini hanya satu, maka kalian harus mendapatkannya dengan cara diuji. Cambuk ini memiliki ruh, dia akan memilih siapa yang akan menjadi pemiliknya. Ia akan tinggal di tubuh pemiliknya sebelum cambuk itu akan diwariskan kepada sang pelanjutnya. Pesan Bopo, kepada siapa pun akhirnya Cambuk Halilintar ini akan jatuh, maka yang lain tak boleh merasa sakit hati atau sejenis itu. Justru kalian harus saling mendukung. Karena pada dasarnya, ilmu yang kalian miliki sudah terlalu tinggi bagi lawan-lawan kalian.” “Baiklah, Bopo, siapa pun di antara kami yang dipilih oleh cambuk itu, kami akan ikhlas,” ucap Diandra.

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 23

    Setelah menghadap Baginda Pradu di balai paseban, hal pertama yang dialukan oleh Patih Wiratama adalah mengirim warta panggilan kepada Patih Adiwilaga dan Lurah Sawo Jajar, Ki Jantaka. Dan hal berikut yang dilakukannya adalah membersihkan angkatan perang darat Kerajaan Palingga dengan menyingkirkan prajurit-prajurit yang direkrut sejak eempat tahun yang lalu, lalu melakukan perekrutan anggota prajurit baru dengan koordinasi ketat dari perwira-perwira yang dikenal sangat setia terhadap Baginda Prabu Nararyawardhana. Ternyata hal itu bukanlah sesuatu hal yang mudah bagi Patih Wiratama. Ada begitu banyak tantangan yang dihadapi. Demikian banyak perwira-perwira yang dulunya dikenal sangat loyal kepada Baginda Prabu Nararyawardhana, kini banyak terendus telah dicemari oleh pengaruhnya Patih Adiwilaga dan Lurah Ki Jantaka alias Gentala Seta. Mereka direcoki oleh sang patih durhaka dan lurah keblinger

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 24

    Beberapa bulan kemudian, Baginda Prabu Nararyawardhana mengumumkan akan turun tahta dan akan digantikan oleh putra mahkotanya, yaitu Pangeran Labdajaya. Pengumuman itu ada begitu banyak tanggapan dari kalangan rakyat. Ada yang berpendapat, bahwa Baginda Prabu Nararyawardhana terlalu cepat turun tahta mengingat usianya masih terbilang muda, baru berusia lima puluh tahun. Pendapat kedua adalah memuji kebesaran jiwa Baginda Prabu Nararyawardhana yang merasa bahwa ia mungkin merasa sudah tak mampu lagi untuk membendung fitnah-fitnah yang ditebarkan oleh mantan patihnya, Patih Adiwilaga, dan komplotannya sehingga terjadi krisis kepercayaan rakyat yang berujung pada pemberontakan dan perang saudara. Namun sebenarnya untuk hal ini, setelah rakyat mengetahui persisi duduk permasalahnya, bahwa selama ini mereka telah termakan oleh hasutan

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 25

    Namun saat di mana sang putra mahkota dinobatkan sebagai raja baru Kerajaan Palingga, beribu-ribu rakyat berdatangan dari seantero negeri, tumpah ruah di alun-alun kota raja. Penobatan putra mahkota, Pangeran Labdajaya, menjadi raja tidak hanya dihadiri oleh rakyat Palingga sendiri tetapi juga dihadiri oleh ribuan para utusan dari kerajaan-kerajaan sahabat. Penobatan itu berlangsung khikmat. Setelah Pangeran Labdajaya mengenakan mahkota Kerajaan Palingga, ia bergelar Sri Maharaja Prabu Labdajayawardhana. Dalam menyampaikan pidato pertamanya di hadapan segenap rakyat dan para tamu undangan dari kerajaan-keraan sahabat, ia berkata dengan dengan suaranya yang lantang namun teratur dan berwibawa: “Rakyatku sekalian yang aku cintai. Sejak saat ini aku telah dinobatkan sebagai raja baru kalian setelah secara resmi Ayahanda, Paduka Yan

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 26

    Di suatu daerah yang masuk dalam wilayah Kerajaan Medang terdapat sebuah wilayah kelurahan yang bernama Uluwatu yang dipimpinan oleh Ki Lurah yang bernama Wilulang. Wilulang merupakan adik dari sang wiyasa yang memimpin wilayah watek (sejenis wilayah kecamatan sekarang), yang wilayahnya membawahi juga wilayah kelurahan yang dipimpin oleh Wilulang. Sangat banyak kebijakan Ki Lurah Wilulang menyimpang jauh dari kebijakan dari Sri Baginda yang sangat adil dan bijaksana. Lurah Wilulang tak ubahnya harimau berbulu domba, yang hanya tampak tenang dan berwibawa dan pandai menyembunyikan kuku-kuku yang tajam dan mematikan. Akibat kebijakannya yang lalim, rakyatnya mengalami penderitaan dan ketidakadilan. Kesengraan serta kemelaratan terjadi merata di mana-mana di desanya. Rakyatnya baginya tak ubah sebagai sapi perahan yang dapat seenaknya mereka peras dan rampas hartanya. Penarikan pajak pun ber

Bab terbaru

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 88

    Di pelaminan yang cukup megah, pengantin laki-lakinya senantiasa menebarkan senyum bahagia. Sementara pengantin wanitanya, Nilamsari, nyaris tak ada senyuman yang menghiasi wajah cantiknya. Justru ia lebih banyak menunduk dengan wajah sedih. Ia tak henti-hentinya mengusap air matanya yang menetes dengan ujung kain yang menutup kepalanya. Namun suasana bahagia bagi Ki Wisesa Nararya itu tiba-tiba berubah gaduh. Para undangan yang hadir dalam malam bahagia itu tiba-tiba panik dan berlarian setelah sebuah ledakan bak gemuruh petir langsung menghancurkan tempat berlangsuntgnya acara. Puluhan anak buah Ki Wisesa Nararya yang sedang mengamankan berlangsungnya acara malam itu langsung bersiaga untuk menjaga kedua mempelai dari kemungkinan buruk. Sebab mereka tahu, bahwa ledakan yang menghancurkan itu bukanlah gemuruh dan sambaran petir yang sesungguhnya, tetapi adalah serangan dadakan dari seseorang. Dan benar saja. Seorang yang mengenakan cadar hitam adalah pelakunya. Puluh

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 87

    “Ya, ya, duduklah,” ucap Raden Anom. “Apakah kamu benar-benar mencintai kekasihmu itu?” “Tentu, Kakang Pendekar. Andaikata saya ada pada saat Nilamsari dibawa paksa oleh para anak buahnya Ki Lurah Darka itu, tentu saya akan melawan para keparat itu, walau nyawa taruhannya!” papar Yodha dengan wajah marah dan geram. “Hum,” Raden Anom tertawa tertahan mendengar ucapan pemuda di sampingnya. “Jika nyawamu telah melayang, lantas siapa lagi yang akan menjadi calon suaminya Nilamsari? Kamu kan sudah mati konyol?!” Yodha menunjukkan wajah kagetnya. Satu tegukan air liurnya ditelannya dengan susah payah, karena saluran tenggorakannya tiba-tiba menjadi sempit. “Ya, kalau nyawa saya me-la-yang, tentu yang akan menjadi suaminya Nilamsari adalah ... Ki Lurah keparat itu, Kakang Pendekar.” Sontak Pendekar Cambuk Halilintar tertawa terbahak-bahak. “Jadi manusia itu harus cerdas, Yodha. Jika kamu hendak melakukan sebuah tindakan, maka pertimbangkan dulu untung dan

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 86

    Pada saat yang bersamaan Nilamsari sedang menangis tiada henti-hentinya di kamar sekapan di rumahnya Ki Lurah Darka. Selama beberapa hari disekap di kamar itu, ia dilayani oleh ketiga istri Ki Lurah Darka secara bergantian. Baik untuk melap tubuhnya dengan air hangat, luluran, pakaian, dan keperluan makannya. Ki Lurah Darka melakukan semua itu agar gadis itu tidak merasa diculik atau sejenis itu, justru merasa disenangkan. Namun itu tak membuat Nilamsari terkecoh. Ia tetap menangis saban waktu hingga membuat tubuh dan wajahnya menjadi sedikit kurus dan tirus. Ia hanya mau makan hanya karena mengingat orang tuanya, juga kekasihnya Yodha. Jika ia tak makan, maka nasibnya akan makin tragis. Ia bisa mati dan hati orang-orang yang dicintanya akan sangat bersedih. Ki Lurah Darka berencana untuk menjadikannya sebagai istrinya yang keempat, makanya ia tidak akan menyentuh tubuh gadis itu sebelum ia mensahkannya menjadi istrinya. Hanya sekali-sekali ia datang ke kamar hanya sekedar u

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 85

    Raden Anom tak menangapi pertanyaan itu, ia hanya tersenyum sungging namun sinis sembari melangkah ke arah Ki Jumari. Dan sembari melirik kepada keenam penjahat ia berkata pada Jamuri, “Ini kepeng emasnya, Ki. Bahkan saya menambahnya lagi hingga menjadi tiga puluh keping.” Setelah berkata demikian, Raden Anom mengajak Yodha untuk pergi dari situ. Namun pemuda itu menahan tubuh sang pendekar dengan menarik pergelangan tangannya. Saat itu ia melihat keenam penjahat itu ramai-ramai merampas keping-keping emas di genggaman tangan Ki Jumari. Namun tiba-tiba keenam penjahat itu berteriak sembari berusaha membuang keping-keping emas dalam genggamannya masing-masing. Tetapi keping-keping itu tetap lengket di tapak tangan mereka. Bahkan terlihat tangan-tangan mereka mengeluarkan kepulan dan bau daging terbakar. Jeritan keenamnya pun makin memilukan. Raden Anom menggeleng-geleng. “Itulah ganjaran buat manusia jahat dan serakah seperti mereka,” gumamnya pelan. Dan tanpa

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 84

    “Apakah Yodha tidak punya keinginan untuk menjadi bagian dari pasukan kerajaan?” tanya raden Anom tampa menoleh kepada lawan bicaranya, karena pandangannya ditebarkan pada kondisi perkampungan yang terlihat semrawut di sana sini. “Keinginan itu ada, Kang Anom, tapi kasihan Biung dan Bopo jika saya meninggalkan mereka. Bopo sudah tak terlalu kuat lagi jika harus terus mengurus sawah dan kebun,” sahut Yodha. “Tapi Yodha pernah menimba ilmu di suatu perguruan, mungkin?” “Pernah, Kang. Dari usia sepuluh hingga dua puluh tiga tahun saya pernah menjadi murid sebuah padepan di Watek.” “Ilmu apa saja yang Yodha dapatkan dalam padepokan?” “Lumayan banyak. Ya seperti mislanya ilmu budi pekerti, ilmu seni bela negara, ilmu kependekaran, dan lain-lain. Tapi ya, masih bersifat dasar, Kang. Saya terpaksa tak melanjutkan ke perguruan yang lebih tinggi lagi di kota raja karena usaha Bopo ditutup.” “Tapi ilmu dasar yang telah kamu pelajari tetap bisa jadi modal da

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 83

    Raden Anom yang kebetulan hendak menuju desa tersebut, sempat menyaksikan iring-iringan puluhan laki-laki berkuda dan beberapa gerobak lembu dari atas sebuah bukit kecil yang berada di belakang desa. Lamat-lamat telinganya bisa menangkap suara jeritan minta tolong yang diselingi dengan kata-kata makian yang tiada hentinya dari gadis yang diangkut dengan salah satu gerobak. “Hm, tampaknya sedang terjadi sesuatu yang tak beres di sana,” gumamnya seolah-olah kepada dirinya sendiri. “Siapakah orang-orang itu? Apakah mereka gerombolan begal? Jika pembegalan terjadi di siang hari bolong seperti ini, betapa buruknya keadaan kerajaan ini. Tapi apakah benar mereka kelompok begal? Sebaiknya aku masuk ke desa itu untuk mencari tahu.” “Hupp ...!!” Hanya dalam waktu sekejap, murid Ki Jagadita telah berada dalam desa itu. Ia masih menyaksikan para warga desa berkerumun di jalan desa sambil membicarakan peristiwa yang baru saja terjadi. Di wajah mereka menggambarkan raut-raut kep

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 82

    Setelah kembali ke Padepokan di Kawasan Tapal Kuda, Raden Anom memang memutuskan untuk tidak akan ke mana-mana dulu. Ia lebih banyak mengurus keluarganya dengan bercocok tanam, selebihnya menggembleng Galih dengan ilmu kependekaran serta ilmu-ilmu kehidupan lainnya. Setelah setahun tinggal di kawasan itu, istrinya pun, Nimas Isyana, memberinya seorang bayi laki-laki yang sangat tampan. Raden Anom memberi Sang buah hatinya dengan nama Cakra Bayu. Dengan kehadiran Cakra Bayu di tengah-tengah padepokan, semakin lengkap dan ramailah suasana di tempat itu. Dan semakin betah pula Raden Anom untuk tak ingin ke mana-mana lagi. Tapi tampaknya Sang Hyang Dewata belum menghendaki Sang Pendekar Cambuk Halilintar untuk terus berada di tempat yang terpencil itu. Ketika suatu malam ia bersemedi di Gua Ngampar, ia mendapat wangsit dari eyang gurunya, Ki Baureksa Galap Ngampar. Sang Eyang Guru tak menghendaki ia untuk terus berdiam diri di tempat terpencil itu. Saat itu Cakra Bayu tep

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 81

    Seperti janji yang pernah diikrarkannya, Laksmi yang dibantu oleh Pendekar Naga Merah, sejak hari pertama mulai menjalankan roda pemerintahannya sebagai seorang lurah atau kepala desa, ia langsung melakukan berbagai gerbakan-gebrakan awal untuk menciptakan masyarakat desa dan perikehidupannya jauh lebih baik dari keadaan dan perikehidupan mereka sebelumnya. Oleh mantan lurah terdahulu, Juragan Srandak, ia diberi bekal kekayaan yang sangat besar, baik berupa hewan ternak, tanah garapan, serta berupakan emas, perak, dan permata. Semua harta itu akan Ni Lurah Laksmi gunakan untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan dan kemakmuran desanya. Ada pun rumah joglo besarnya pun, Juragan Srandak juga menyerahkannya kepada Laksmi. Rumah jogjo dengan bangunan pendukung lainbnya itu dijadikan sebagai tempat tinggal bagi Ni Lurah sekaligus sebagai balai desanya. Dari hartanya yang demikian banyak itu, Juragan Srandak hanya menyisakan untuknya sebagian kecil saja, yaitu hanya berupa beberapa kan

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 80

    Setelah pertemuan itu, keesokan harinya Ki Lurah Srandak mengumumkan kepada segenap rakyatnya bahwa ia tak akan lagi maju untuk pemilihan kepada desa ke depan tetapi akan digantikan oleh Laksmi Saraswati. Tentu saja pengumuman itu mendapat sambutan gembira segenap warga Blimbingan. Terlebih Ki Lurah Srandak agar mendukung Laksmi secara penuh dan bulat. “Desa Blimbingan ke depan hanya akan mengalami kemajuan dan kejayaan jika pemimpinnya adalah putra atau putri asli dari Blimbingan sendiri. Karena itu, kalian harus mendukung Denok Laksmi Saraswati sebagai pemimpin kalian berikutnya. Dia seorang wanita yang tangguh dan cerdas dan bisa menjadi pemimpin hebat kalian di masa mendatang. Sementara saya sendiri akan segera beristirahat, dan kemungkinan besar akan pergi ke suatu tempat untuk menikmati masa tua aku bersama istri saya,” pidato Ki Lurah Srandak di hadapan warganya.

DMCA.com Protection Status