Share

Pertengkaran

Penulis: AlvinaMawar
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI (5)

''Kamu kenapa datang-datang nangis?'' tanyaku heran.

''Via, Ma. Barusan kejang-kejang dan sekarang masih ditangani oleh dokter.'' Gadis menjelaskan kedatangannya. 

''Apa?''

Aku terkejut mendengar anak sulungku yang mengatakan bahwa Via mengalami kejang dan sedang ditangani oleh Dokter. Tanpa fikir panjang, aku bergegas bangkit dan berlari ke arah ruang rawat Via yang tidak jauh dari masjid tempat aku melaksanakan shalat barusan. 

Sesampainya, aku lantas menatap dinding kaca yang di sana memperlihatkan seorang dokter ditemani dua suster sibuk menyelamatkan nyawa Via. Mereka terlihat panik ketika suara monitor menggema dengan kencang. Dokter berupaya menolong menggunakan alat pacu jantung agar kondisi jantung kembali normal. 

Aku heran, bukankah sewaktu aku meninggalkan Via shalat keadaanya baik-baik saja? Tapi kenapa sekarang keadaannya semakin parah? Bukankah anakku hanya mengalami benturan di kepala?

Lima belas menit kemudian, Dokter keluar dengan diiringi kedua suster. Gegas aku langsung menghampiri dan bertanya mengenai kondisi Via. 

''Apa yang sebenarnya terjadi, Dok. Bukankah dokter mengatakan bahwa anak saya sebentar lagi akan siuman pasca luka yang ada di kepalanya sudah dijahit, tapi kenapa sekarang mengalami kejang?'' tanyaku heran.

''Sepertinya sebelum mengalami benturan di kepala pasien menderita sakit. Kami akan mendalami lebih lanjut agar kondisi pasien sepenuhnya stabil. Untung saja pasca mengalami kejang barusan, keadaanya sudah kembali normal.'' 

Aku bergeming. Bimbang mau mengatakan hal apa lagi sebab ini baru pertama kalinya Via mengalami kejang. Dan, setahuku sebelum kejadian ini Via sama sekali tidak ada riwayat sakit yang serius. Jika memang benar Via sakit, lalu anakku sakit apa? Sekarang aku hanya ingin Via siuman agar kami bisa kembali pulang ke rumah. 

Dokter berlalu pergi, sementara aku masuk ke ruang rawat untuk melihat kondisi Via. 

Tiba-tiba, terdengar bunyi berdering panggilan masuk pada ponselku. Aku menatap layar, namun ternyata tidak ada nama yang tertera. Tanpa menaruh curiga, aku mengangkat panggilan telepon.

''Hallo, Wulan. Kamu di mana?'' 

Suara erangan laki-laki yang ada di seberang telepon kenapa sekilas mirip Bima? Apa jangan-jangan memang benar yang meneleponku adalah dia? Tapi, mengapa dia bisa tahu nomer ponselku?

Tanpa menjawab, aku lebih memilih mematikan panggilan telepon secara sepihak. Aku tak ingin memperdulikan ataupun melayani seseorang yang sama sekali tidak penting. Untuk sekarang, tujuanku hanya satu ingin Via sehat kembali.

****

''Ngapain kamu datang kembali ke sini, Wulan?'' tanya Mas Hilman, sorot kedua matanya tajam menatap kedatanganku. 

Sekarang aku sedang berada di rumah bermaksud mengambil pakaian Via. Melihat Mas Hilman yang berdiri di depan pintu sembari kedua tangannya berdecak pinggang membuatku semakin membencinya. Seharusnya sebagai seorang ayah yang baik, ia mempertanyakan keadaan Via, tapi kenyataannya tidak sama sekali. Padahal Mas Hilman sendiri yang sudah membuat Via celaka hingga akhirnya dirawat di rumah sakit.

''Untuk apa lagi kamu ke sini, hah?'' tanya Mas Hilman lagi. 

Tangannya terkepal kuat, raut wajahnya seakan ingin mencabik. 

''Aku mau mengambil pakaian Via karena dia sekarang dirawat di rumah sakit,'' jelasku hendak melangkah masuk. Tetapi, dengan cepat Mas Hilman mendorong tubuhku.

''Ini rumahku! Jangan pernah melarang aku untuk tidak masuk ke rumahku sendiri.'' Aku membalas tatapannya tajam dan berusaha melangkah masuk ke rumah.

Kejadian kemarin membuatku tak akan tinggal diam. Jika Mas Hilman bisa bertindak kasar, aku pun bisa melakukan lebih dari itu. 

Tiba-tiba seorang perempuan keluar dari dalam rumah, tampilannya sangat sexy. Apa jangan-jangan selama ini Mas Hilman telah berselingkuh?

''Rumah ini sudah aku gadaikan ke Juragan Amir. Kamu tidak berhak tinggal di rumah ini lagi, sebab sertifikat rumah ini sudah berada di tangannya,'' jelas Mas Hilman membuatku terkejut.

''Apa? Keterlaluan!'' 

Plak!

Tamparan mendarat di kedua pipinya. Emosiku sama sekali tak tertahan, aku terlanjur kecewa. Bisa-bisanya Mas Hilman menggadaikan sertifikat rumah ini. 

''Kur4ng 4jar! Berani kamu menamparku, hah?'' sahutnya meradang. Dia mencekal leherku hingga aku kesulitan bernafas.

''To—tolong ....'' Lirihku tak kuat. Nyawaku seakan hampir melayang, aku tak kuasa menahan sakit yang terasa. Dia sangat kejam. 

''Hilman!'' Tiba-tiba Papa datang dan berteriak. ''Berani sekali kamu menyakiti anak saya!'' 

Kedua tangan Papa terkepal kuat, tatapannya penuh amarah. Tanpa berdiam diri, Papa lantas memberi bogeman mentah kepada Mas Hilman sehingga membuat tubuhnya ambruk ke tanah. 

Belum puas melihat Mas Hilman tersiksa, Papa bersiap mengangkat sebuah batu yang berada tak jauh dari tempat ia berdiri. Aku yang melihat lantas berusaha mencegah.

''Jangan lakukan itu, Pa. Jika Mas Hilman mati kita nanti yang repot. Aku nggak mau Papa masuk penjara hanya gara-gara membunuhnya,'' larangku menghentikan. 

''Papa mana yang nggak sakit hati melihat anak kesayangannya disakiti oleh orang lain, Wulan. Apapun akan Papa lakukan, membunuhnya sekarang pun Papa sanggup,'' ujar Papa, sorot kedua matanya berkaca-kaca.

''Tapi Pa, aku mohon! Kita masih bisa melakukan sesuatu cara apapun, asalkan tidak membunuhnya.'' Aku bersikeras melarang. Papa mengangguk, perlahan meletakkan kembali batu tepat di sampingnya. 

Tiba-tiba, tanpa terduga Mas Hilman bangkit. Perlahan dia mendekat ke arah kami dan bersiap melempar batu. Secepat kilat, kami langsung menghindar dan akhirnya batu itu tak berhasil mengenai tubuh kami. 

Andai saja aku tidak melarang Papa melakukan tindakan itu mungkin Mas Hilman sekarang sudah mati, seharusnya aku membiarkannya. Aku nggak menyangka, tubuh Mas Hilman sudah lemas karena mendapatkan pukulan yang bertubi-tubi oleh Papa masih sanggup melempar batu dan menyakiti kami.

''Akan kupastikan hidup kamu menderita karena telah bertindak kasar terhadap Papa dan ketiga anakku. Tunggu saja pembalasanku!'' Ancamku. Mas Hilman tersenyum kecut.

''Kamu nggak akan bisa membuat aku menderita Wulan, karena aku sendiri yang seharusnya membuatmu menderita,'' ujarnya sinis. Kemudian pergi meninggalkan kami bersama wanita sexy yang bersamanya. 

''Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Hilman menjadi seperti itu terhadapmu?'' tanya Papa penasaran. 

''Dia bilang bahwa sudah tidak mencintaiku, mungkin itu sebabnya Mas Hilman bertindak kasar terhadapku dan anak-anak,'' jelasku membuat Papa terhenyak.

''Benar-benar keterlaluan dia. Bukan hanya kamu saja yang disiksa ternyata juga cucu Papa. Sudah berulang kali Papa katakan, ceraikan Hilman!'' Papa marah. Aku tertunduk lesu, bingung mau mengatakan apa. Baru kemarin Mas Hilman mengucap talak, itu artinya kami sudah bercerai bukan? Lebih baik aku katakan sekarang. 

''Sebetulnya aku dan Mas Hilman sudah berpisah, Pa. Kemarin dia mengucap talak secara sadar.'' Jelasku. Kening Papa mengerut. 

''Kenapa kamu nggak memberitahu Papa tentang masalah ini?'' tanya Papa lagi. 

''Maafkan aku, Pa. Setelah Mas Hilman mengucap talak kemarin, tanpa belas kasihan dia mengusirku dan anak-anak dari rumah ini. Aku kecewa dengan perlakuannya yang mengakibatkan Via masuk ke rumah sakit,'' jelasku memberitahu yang sebenarnya.

''Apa?''

Bersambung

Makin ke sini kok makin keterlaluan ya, seharusnya sebagai ayah Hilman melindungi dan menyayangi anaknya. Tapi ini malah kebalik. Gimana menurut kalian? 

Tulis di kolom komentar, ya. Jangan lupa follow akun ini ya❤️🙏

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
apaan sih thor kamu yang mengatur ceritanya kenapa juga si Wulan di bikin GOBLOOOOOOOOOOK yang ada othornya yang salah
goodnovel comment avatar
Waty Rosilawaty
Wulan juga kan bar -bar memukul suaminya jelas laki2 membalasnya krn itu harga diri bagi laki2. lagian seharusnyaan Wuhan, membalasnya dgn cara lain tdk dgn memukulnya
goodnovel comment avatar
Ahmad
Ceritanya sangat bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Bertengkar

    PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI Part 6 ''Maafkan aku, Pa. Setelah Mas Hilman mengucap talak kemarin, tanpa belas kasihan dia mengusirku dan anak-anak dari rumah ini. Aku kecewa dengan perlakuannya yang mengakibatkan Via masuk ke rumah sakit,'' jelasku memberitahu yang sebenarnya. ''Apa?'' Raut wajah Papa seketika terkejut. ''Via sekarang berada di rumah sakit, Pa. Sampai sekarang kondisinya belum siuman. Oleh karena itu aku pulang ingin mengambil pakaian Via untuk digunakan selama di sana, tapi ternyata di rumah ini Mas Hilman malah berselingkuh dengan wanita tadi,'' cecarku penuh kesal. ''Hilman memang laki-laki yang tidak tahu diri, sudah bersyukur dia memiliki istri sepertimu, malah tega berselingkuh dan berbuat jahat kepada anaknya. Kita harus lapor polisi agar Hilman mendapatkan balasan yang setimpal.'' Aku mengangguk menyetujui usulan Papa. Semoga saja dengan dipolisikan Mas Hilman segera menyadari kesalahan yang sudah ia perbuat. *** Kondisi Via akhirnya mulai

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Ternyata Hilman begitu tega

    PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI Part 7 Dengan bantuan dua orang tetanggaku, mereka bisa menggeserkan lemari ke samping. Terlihat, keramik putih yang dengan sengaja aku letakkan untuk menutupi brankas tidak lecek sama sekali. Dengan segara aku meraih keramik dan terlihat sebuah brankas terkubur di dalamnya. Secara hati-hati aku membuka brankas itu dengan pasword tanggal kelahiranku. Hingga pada akhirnya kotak itu berhasil terbuka. Akan tetapi, rasa tak percaya merasuk ke dalam jiwa dan ragaku. Seluruh sertifikat rumah beserta barang berharga lainnya telah menghilang. Aku terkejut, kenapa semua barang berharga milikku menghilang? Apa jangan-jangan Mas Hilman yang mengambilnya? Bukankah dia tidak mengetahui di mana aku meletakan sertifikat rumah? Jika memang Mas Hilman yang mengambil, apa mungkin betul yang dikatakannya mengenai tentang kepindahan nama kepemilikan rumah menjadi atas namanya dan dia juga mengatakan bahwa rumah ini sudah digadaikan? Astagfirullah ... kenapa aku

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Bima memang yang bisa diandalkan

    PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI Part 8 ''Br3ngs3k! Keterlaluan si Hilman! Dia sangat kurang 4jar sudah berbuat hal itu kepada kamu!'' Papa marah, raut wajahnya kecewa. Aku hanya bisa diam, aku sendiri pun bingung sekarang mau melakukan apa. Terlebih, sertifikat sudah berada di tangan Juragan Amir. Tiba-tiba, Papa merasakan jantungnya sakit. Beliau meringis kesakitan. Tubuhnya pun terlihat lemah. ''Papa kenapa?'' Aku terkejut melihat Papa seperti itu, dengan cepat aku langsung memanggil dokter dan membawa Papa ke ruang perawatan untuk di cek kondisinya. ''Bagaimana kondisi Papa saya, Dok?'' tanyaku sesaat Dokter selesai memeriksa keadaan Papa. ''Jantung Papa anda melemah, sepertinya beliau harus dirawat inap di rumah sakit ini agar kondisinya membaik,'' saran Dokter. ''Lakukan apapun asalkan Papa saya sembuh, Dok.'' Aku memasrahkan Papa untuk dirawat di Rumah sakit ini. Aku tak ingin jika didiamkan keadaan Papa akan semakin memburuk mengingat Papa memiliki penyakit

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Meratapi nasib

    PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRIPart 9''Ada sesuatu hal yang ingin aku tanyakan terhadap kamu, Wulan,'' ucap Bima serius.''Sesuatu apa?'' ''Apa betul yang kamu katakan barusan kamu dan Hilman sudah bercerai? Ada masalah apa?'' tanya Bima penasaran. Aku menyunggingkan senyuman sinis, lalu melepaskan tangannya yang mencekal pergelangan tanganku. Rupanya itu yang ingin ia ucapkan. Hah, aku kira sesuatu yang penting!''Kamu nggak usah tahu mengenai permasalahanku, Bima. Hidupku aku yang menjalani, kamu jangan pernah mencampuri dengan menanyakan soal kandasnya rumah tanggaku,'' sentakku membuat Bima terdiam. Setelah mengatakan hal itu, aku berlalu pergi dari hadapan Bima. Dia hanya diam terpaku memandangku seolah-olah hatinya terasa sakit. Biarlah, biar dia menyadari dari kesalahan yang dulu ia lakukan. Mungkin dengan begitu, Bima nggak akan lagi mengusikku dan meminta aku untuk berhubungan lagi dengannya. Aku sadar, aku wanita lemah yang banyak sekali kekurangannya. Tetapi ak

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Gara-gara ulah dia

    PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI (10)Hinggapada akhirnya mobil yang kami tumpangi memasuki halaman rumah dua lantai. Aku tersenyum bahagia, sama halnya dengan ketiga anakku. Akan tetapi, perlahan raut wajahku berubah 180° ketika kedua mataku menangkap dua orang laki-laki dengan tubuh gagah berdiri seakan menunggu kedatangan kami. Siapa mereka?Mobil berhenti, kami bergegas keluar dari kendaraan roda empat ini. Dua orang yang bertubuh gagah itu pun langsung menghampiri kami.''Saya ingin bertemu dengan Pak Sanusi, apakah betul ini rumahnya?'' tanyanya berwajah sangar. ''Betul. Saya sendiri. Kalian siapa?'' tanya Papa.''Kami dari pihak bank diperintahkan untuk menagih cicilan uang yang belum anda bayarkan. Dimohon sekarang anda membayar atau rumah ini akan kami sita,'' ujarnya membuat kami terkejut. Jantungku berdetak lebih cepat tidak seperti sebelumnya. Aku nggak percaya Papa pernah meminjam uang ke bank sehingga debkolektor datang menagih ke rumah. Setahuku Papa sangat ant

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Di kantor polisi

    PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI (11)Tanpa menaruh curiga, aku membuka pintu dengan lebar dan menatap orang yang berada di hadapanku.''Papa sudah pul—'' Seketika raut wajahku berubah ketika mengetahui sosok yang ada di hadapanku. Ternyata laki-laki brengsek yang sama sekali nggak punya hati. Dia datang ke rumah ini tanpa merasa bersalah. ''Ada apa kamu datang ke sini, hah?'' Kedua tanganku berdecak pinggang dan menatapnya penuh amarah. Ingin sekali kucabik wajahnya dan kubunuh secara membabi buta sampai daging dan tulangnya terpotong menjadi beberapa bagian. ''Santai, dong! Jangan marah! Aku datang ke sini hanya ingin memberikan ini terhadap kamu,'' ujarnya sembari menyerahkan dua amplop besar berwarna cokelat kepadaku. ''Nggak sudi aku menerima apapun dari kamu setelah apa yang sudah kamu lakukan terhadapku!'' Dengan amarah aku langsung membuang amplop cokelat ke dalam tong sampah. Lalu, menatap nyalang mantan suamiku.''KEMBALIKAN SERTIFIKAT RUMAHKU! AKU MAU RUMAHKU KE

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Hancur

    PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI (12)''Saya punya buktinya!''Tiba-tiba, seseorang datang menghampiri kami. Dia menyerahkan semua bukti-bukti yang dibawanya kepada polisi yang ada di hadapan kami. ''Bi—bima ... kamu mendapatkan bukti itu dari mana?'' tanyaku terbata-bata. Aku sampai lupa bahwa Bima sama sekali nggak masuk ke kantor polisi bersamaku. Dia lebih memilih pergi tanpa ikut serta mendampingi kami masuk ke dalam.''Aku mendapatkan bukti-bukti ini tepat sesaat Pak Sanusi berada di rumah sakit. Beliau menyuruhku untuk mengumpulkan bukti-bukti agar bisa menjebloskan Hilman ke penjara,'' jelasnya memberitahu. Aku tertegun mendengar ucapannya.Terlihat, polisi membaca dengan seksama bukti yang diserahkan oleh Bima. Sementara Mas Hilman, dia membuang muka seakan menyimpan penuh amarah kepadaku. ''Bukti ini sudah selesai saya baca. Di dalamnya juga tertulis bahwa saudari Wulan Widya menggugat saudara Hilman Saputra—mantan suaminya, karena sudah menjual tanah beserta rumah d

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Licik

    PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI (13) PoV Hilman ''Bagaimana sayang si Wulan sudah kamu ceraikan belum?'' tanya Dewi. Dia menatap lekat wajahku seakan penuh harapan. ''Tentunya, sayang. Aku sudah menceraikan si Wulan. Lagipula untuk apa aku mempertahankannya, dia sama sekali nggak secantik kamu,'' ujarku bangga. ''Kalau begitu, kapan kamu akan menikahi aku?'' Sepertinya dia menagih janjiku, karena sebelumnya aku pernah menjanjikan bahwa setelah nanti aku dan Wulan bercerai aku akan segera menikahi Dewi. Awalnya memang aku berniat ingin segera menikahinya dalam waktu dekat, tapi entah kenapa aku mengurungkan niat dan belum ingin menjadikan Dewi sebagai istri. ''Nanti kalau uang tabungan sudah banyak, kita akan segera menikah. Kamu yang sabar, ya,'' ucapku tanpa memastikan kapan hari yang tepat untuk menikahinya. ''Kita nikah sirih saja dulu, aku sudah nggak kuat ingin setiap saat bersamamu, sayang.'' Dewi memohon, wajahnya menekuk memperlihatkan kesedihan yang dirasakan

Bab terbaru

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    59

    Aku melangkah pelan bergegas membuka pintu, dan .....''Mas Tomi?''Aku menatap wajah suamiku dengan sedikit terkejut, rupanya yang mengetuk pintu adalah suamiku sendiri bukan seperti apa yang aku bayangkan.''Kamu kenapa?'' Tanya Mas Tomi heran.''Ah, nggak kenapa-napa kok, Mas,'' ucapku sembari terkekeh.Mas Tomi terdiam, dia melenggang dari hadapanku dan segera mencuci wajahnya.''Aku izin pagi ini mau pergi ya, Sayang,'' ujar Mas Tomi meminta izin.''Memangnya mau kemana sepagi ini, Mas?'' Aku kembali bertanya karena penasaran akan kemana perginya suamiku sepagi ini. Terlebih malam tadi kami tidak melakukan malam pert4ma yang seharusnya dilakukan oleh sepasang suami istri yang baru saja melewati proses ijab qobul kemarin, dan malah sekarang meminta izin untuk pergi?''Temanku ada yang meninggal,'' jelasnya lagi sambil menatapku dengan wajah serius.''Temanmu yang mana?'' tanyaku sembari menatap dengan pandangan dingin. Entah kenapa firasatku malah tertuju pada Bima.Ya, siapa lag

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Ada apa sebenarnya?

    Hingga pada akhirnya ....Selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhku terbuka. Sorot mataku menerawang pada sosok laki-laki yang berdiri sembari melayangkan senyuman tipis di sudut bib1rnya.“Bi—bima ....”Aku terperanjat karena keterkejutan dengan apa yang sedang aku lihat saat ini. Untuk apa Bima berada di kamar ini? Mas Tomi? Dia kemana? Kenapa yang datang bukan suamiku. Ada apa ini sebenarnya? Pertanyaan itu seakan melayang di atas kepalaku. Entah mengapa Bima yang tadi tidak datang ke acara pernikahanku, dia malah terang-terangan datang ke kamar ini. Mau apa dia? “Kenapa kamu bisa masuk ke kamar ini, haa?” tanyaku seraya menaikan nada bicara. Aku tak suka dengan kedatangannya yang main nyolonong masuk tanpa permisi. Apa dia nggak tahu kalau kamar ini akan menjadi saksi m4l4m pert4ma aku bersama Mas Tomi, yang kini sudah resmi menjadi suamiku. Betul-betul tidak ada rasa malu. “Aku datang ke sini ingin melihat kamu betapa bahagianya menikah bersama laki-laki itu,” jelasnya sam

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Menikah

    PoV Wulan“Bagaimana, Wulan, apakah kamu setuju dengan permintaan aku minggu lalu?” tanya seorang laki-laki, dia duduk sembari tersenyum berharap mendapat jawaban yang dia inginkan dari mulutku.Seminggu lalu, dia mencoba melamarku, lalu setelah itu, aku melakukan shalat istikhoroh agar mendapatkan jawaban atas apa yang aku doakan selama seminggu ini. Dan ternyata ....Akan tetapi, hatiku seakan tak mampu membohongi, aku takut menikah lagi dan gagal untuk yang kedua kalinya. Apalagi aku dan dia belum lama saling mengenal, aku tidak tahu karakternya seperti apa dan bagaimana. Aku selalu merasa bimbang menentukan pilihan.“Jawab, Ma, kenapa diam saja. Gadis sama adik-adik setuju kok kalau Mama mau menikah lagi,” pungkas anak pertamaku menimpali.“Iya, Wulan, mungkin sudah saatnya kamu mulai membuka hati dan menata kehidupan yang baru, Mama sangat berharap kamu bahagia, dan Mama pun setuju jika kamu menikah lagi,” ujar Mama menimpali, sama halnya seperti Gadis.Aku menatap ke sekeliling

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Mencabut laporan

    Seketika itu, raut wajahku berubah, aku tak percaya dengan apa yang saat ini aku lihat. Ternyata ....“Dinar?” Dinar menatap tajam ke arahku, sorot matanya seakan menahan penuh kebencian.“Aku akan melaporkan ke polisi kalau kamu yang sudah mencelakaiku, Bima,” pungkasnya berucap. Aku tidak tahu sejak kapan Dinar sudah sadarkan diri dari koma, saat sebelum kedatangan polisi bahkan setelah polisi pergi pun aku masih melihat Dinar dengan kedua matanya yang masih tertutup rapat.Apakah dia mendengar ucapanku barusan? Sepertinya iya. Apalagi melihat Dinar yang sengaja menjatuhkan gelas dan berucap bahwa akan melaporkan aku ke pihak kepolisian. Nggak bisa. Dia nggak akan mungkin bisa melapor, untuk bangun saja dia pasti akan sulit, apalagi sampai melapor langsung ke kantor polisi.“Maafkan aku, Dinar, aku nggak sengaja. Ini salah faham. Aku menyesal.” Aku berusaha memohon agar dia memaafkan aku. “Nggak sengaja katamu, hah? Kamu hampir akan membunuh aku, Bima, demi Tuhan, aku nggak ridh

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Ketika polisi datang dan saat itu juga aku merasa ketakutan

    Benar apa yang aku ucapkan, mungkin jika Mama tidak pamit kepada aku, aku tak akan berbuat senekad itu.“Maksud kamu apa bilang begitu, malah menyalahkan Mama?” tanya Mama seakan nggak terima. “Aku melakukan itu karena aku dapat kabar bahwa Mama diculik oleh seseorang. Aku sangka yang menculik itu adalah Dinar, jadi tanpa segan aku langsung datang ke rumahnya dan langsung menusukkan pisau ke arah perutnya.” Aku menjelaskan kronolongi yang sebenarnya.Sebagai laki-laki, aku tidak sejahat itu, aku masih punya hati nurani, apalagi sampai tega menyakiti orang lain. Namun, atas kesalahpahaman yang sudah terjadi, aku bahkan hampir akan membUnuH orang lain, aku merasa sudah menjadi orang jahat karena shdah hampir menghilangkan nyawa orang lain. Aku berharap Dinar kembali siuman, jika dia semakin drop dan nyawanya melayang, aku akan menjadi tersangka menjadi tahanan polisi. Apalagi tadi saat aku kembali ke rumah Dinar beberapa para tetangga hadir menyaksikan apa yang sebenarnya terjadi. Mun

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Hampir membUnuhny4

    “Ada apa, Pak?” tanyaku pada Pak Anton dengan wajah yang sangat lusuh.“Nyonya, Pak Bos. Ternyata Nyonya sudah pulang ke rumah barusan,” ujar Pak Anton membuatku terkejut.Apa? Mama pulang? Tanpa pikir panjang aku langsung keluar dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumah dengan ngos-ngosan. Terlihat, Mama tengah duduk di ruang keluarga sembari menikmati cemilan yang berada di genggaman tangannya. Dengan perasaan heran yang menggebu di dalam hati aku langsung menghampiri dan duduk di samping ibu yang telah melahirkanku.“Mama dari kemarin kemana, kok nggak pulang?” tanyaku langsung mengintograsi. Mama pun langsung menatap ke arahku sejenak.“Mama itu kemarin habis liburan ke luar kota bareng temen Mama, nah sekarang baru pulang,” jelas Mama membuat dadaku seketika berhenti berdetak.Lalu apa tadi saat ada seseorang yang mengirimkan foto-foto Mama tengah disekap dan semua anggota tubuh nampak terlihat banyak lebam. Wajahnya sama persis seperti Mama. Dan, setelah mendapat pesan itu a

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Dibunuh

    Tiba-tiba, terdengar nada pesan masuk ke aplikasi Whatsap milikku, aku menatap dengan heran pada pemilik nomer telepon yang begitu tak kukenali siapa karena tidak tersimpan di kontak telepon. Aku pun dengan heran lantas segera membuka dan melihat pesan yang dia kirim. Tiba-tiba dadaku seakan berhenti berdetak, kedua mataku melotot seperti ingin keluar dari kelopaknya. Tubuhku pun ikut meregang kaku ketika menatap beberapa foto Mama yang dikirim oleh dia. Terlihat Mama tengah berkurai lemas, wajahnya lebam ungu mengeluarkan darah dari mulut dan hidungnya yang seperti dihantam dan dipukuli oleh seseorang orang. Namun, ada seseorang yang begitu sangat kukenali di samping Mama, dia tersenyum kecut menghadap ke arah camera. Ternyata dia—“Astagfirullah. Mama?!”Br3ngsEk! Jadi dia orangnya! Bener-bener keterlalu4n. B14d4b. Dia ternyata sudah gil4, bisa-bisanya dia mencul1k dan meny3k4p mama kandungku sampai-sampai terluka seperti itu. Aku harus menemuinya sekarang juga sebelum nyawa Mama

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Keegoisan Dinar

    POV BIMA“Akhirnya kamu sudah sadar, Mas, aku senang melihat kamu bisa siuman lagi,” ucap suara perempuan yang terdengar begitu sangat familiar. Dari suaranya dia terdengar begitu sangat bahagia.Secara perlahan, aku mulai membuka kedua mata dan langsung menatap perempuan yang berada di sampingku. Saat itu juga, bola mataku seakan hampir akan keluar dari kelopaknya, aku benar-benar terkejut saat tahu bahwa perempuan itu ternyata ....Kenapa dia bisa ada di sini? Apa yang sudah terjadi? Dan, apa yang akan dia lakukan terhadapku? Seketika pertanyaan itu mulai menggema di kepala. Aku takut dia akan melakukan sesuatu hal cara sehingga membuatku menderita. “Kenapa kamu ada di sini?” tanyaku memandangnya penuh ketidaksukaan.“Aku di sini karena ingin terus menjaga kamu, Mas. Pasca kecelakaan minggu lalu sampai sekarang aku berada di sini menunggu kamu sadar dari masa kritis,” ujarnya menjawab.Aku menggeleng tak percaya, mana mungkin dia mau menunggu aku di sini selama itu, sementara se

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Menerima pinangan, namun bimbang

    “Jadi aku apa, Wulan, ayo teruskan?” ucap Tomi seakan penasaran ingin menantikan jawaban.“Aku insyaAllah siap ....”Tiba-tiba saja mulutku malah berucap seperti itu, nyatanya aku bimbang antara siap menerima pinangannya atau siap mengalami penderitaan seperti yang selalu kualami di pernikahan sebelumnya. Rasa trauma seakan membuatku diambang ketakutan, aku tak mampu lagi membayangkan bagaimana jadinya jika Tomi sama seperti Mas Hilman yang selalu membuatku menderita.“Kamu menerima lamaranku, Wulan?” Dia tersenyum girang. “Alhamdulillah ... akhirnyaa ...”Aku hanya terdiam memandangnya yang terlihat begitu senang padahal aku belum mengakatakan siap menjadi istrinya, tapi Tomi sudah merasa bahagia.Apa ini akhir dari perjuanganku setelah pasca perpisahanku dengan mantan suamiku?“Sebelum itu, aku ingin meminta untuk shalat istikhoroh terlebih dahulu, dengan begitu, semoga saja niat baik ini diberikan kelancaran, apakah kamu setuju?” ujarku padanya. Dengan sigap, Tomi langsung mengan

DMCA.com Protection Status