Share

Bab 27. MISI PENDEKATAN

Penulis: Evi Supiyah
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-31 11:43:56

Bab 27. MISI PENDEKATAN.

Lintang segera menyelesaikan aksi panggungnya dengan penuh semangat setelah pandangan matanya tak lepas pada sosok maskulin yang telah menantinya di salah satu meja tamu yang berada di sudut lantai dansa.

Gempita sorakan pengunjung tak lagi dapat menahannya untuk bertahan sedikit lebih lama di atas panggung. Dengan melempar senyum semringah ia segera berpamitan untuk undur diri. 

Setengah jam berikutnya, ia sudah siap meninggalkan HAPPY night POPPY melalui pintu belakang. Di sana, lelaki berpenampilan maskulin itu sudah menantinya.

"Tunggu sebentar!" pinta Lintang sebelum melesat lincah ke arah area parkir samping ruko. Dirgantara hanya mengangguk dan melangkah perlahan membuntuti Lintang.

Beberapa meter dari tempatnya berdiri ia melihat Lintang sedang berbicara dengan seorang lelaki tinggi bertubuh kekar dalam balutan jeans dan jaket kulit

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 28. GADIS IDAMAN

    Bab 28. GADIS IDAMAN Sinar matahari pagi menyorot lembut menerobos kaca jendela kamar yang entah sejak kapan tirainya terbuka. Biasnya jatuh tepat di sebagian wajah dan tubuh Lintang yang masih tergolek di atas ranjang berukuran sedang. Malas-malasan Lintang mulai membuka matanya. Memfokuskan diri dan mengingat dimana saat ini ia berada. Ia ingat, dini hari tadi, saat hari masih sangat gelap ia dan Dirgantara tiba di sebuah rumah mewah berlantai dua yang dibangun di lereng sebuah pegunungan. Mengetahui keadaannya yang terlihat sudah tidak dapat lagi menahan kantuk, Dirgantara langsung mengantarkannya ke sebuah kamar tamu dan menyuruhnya untuk segera tidur begitu mereka tiba. Tanpa banyak protes, ia pun segera merebahkan tubuhnya setelah sebelumnya meletakkan tasnya secara sembarangan di atas meja rias. Ia bahkan tak mau repot-repot masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka ataupun k

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-05
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab. 29 MAIN HATI

    Bab 29. MAIN HATI. Setelah menikmati menu sarapan sederhana yang sudah tersaji di meja makan, Dirgantara mengajak Lintang untuk berkeliling melihat-lihat rumah peristirahatan mewah sang Bupati. Berjalan perlahan bergandengan tangan, keduanya menyusuri jalan setapak berlapis kerikil batu alam berwarna putih yang membelah taman belakang. Beberapa tanaman hias diletakkan bergerombol dalam pot-pot keramik. Matahari jam delapan pagi mulai terasa hangat membelai kulit. "Bagaimana menurutmu, Lin?" "Bagus, dan mewah tentunya." jawab Lintang kalem. Sebelah tangannya menyentuh lembut ujung daun bunga Asoka yang menjuntai keluar dari jalur pertumbuhannya terlihat mengkilap dengan warnanya yang segar. "Aku lebih suka menyebutnya asri. Ini memang digunakan sebagai rumah peristirahatan keluarga. Kau tahu pekerjaan ayahku benar-benar membutuhkan perhatian

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-05
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 30 KECEMBURUAN YANG MEMBAKAR

    Bab 30. KECEMBURUAN YANG MEMBAKAR. Lintang terperangah ketika pandangan matanya menangkap sebuah Wrangler berwarna hitam yang berhenti di depan pagar rumah kostnya petang itu. Terutama pada sosok gagah yang masih duduk terlihat begitu jumawa walau tanpa sengaja mengesankan sikap itu di balik kemudinya. "Wah, mobil baru ya Mas Wage?" "Ya, gimana? Kamu suka?" "Suka! Mas Wage kelihatan tambah gagah loh!" ujar Lintang setelah berada di samping mobil. "Ayo, sudah siap belum? Aku antar kamu ke HAPPY night POPPY!" Lintang masih mematung sementara tangannya mengelus body mobil dengan sorot penuh kekaguman. "Ayo Lintang, cepat bersiap! Mau berangkat kerja gak?" "Eh iya, tunggu sebentar Mas. Aku ambil tasku dulu yaa.." Tanpa menunggu jawaban Wage, Lintang langsung melesat masuk kembali ke dalam rumah.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-11
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 31. SIASAT MENEBARKAN JERAT

    Bab 31. SIASAT MENEBARKAN JERAT Dirgantara berjalan terseok menuju pintu rumahnya setelah mendengar gedoran cukup keras di hari yang terbilang masih pagi itu. Matanya bahkan masih setengah terpejam menahan kantuk yang masih menggelayut. Benar-benar sebuah kejutan yang tidak ia harapkan saat melihat sosok langsing yang berdiri di depan pintu rumahnya. "Gendis? Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya kaget setelah mengetahui siapa yang telah mengganggu kenyamanan tidurnya pagi ini dengan gedoran pintu yang sangat keras. "Waduh maaf Mas, aku tidak tahu kalau kamu masih tidur di jam..." Gendis melirik jam tangan mungil berantai emas yang melingkari pergelangan tangannya dengan gerakan dibuat-buat, "...tujuh!" "Aku baru tidur jam empat subuh tadi!" sungut Dirgantara seraya melangkah menuju bangku teras tanpa mengacuhkan keberadaan Gendis yan

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-17
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 32. LIBURAN BERSAMA WAGE

    Bab 32. Liburan bersama Wage. Lintang segera masuk ke dalam Wrangler yang sudah terparkir menunggunya tepat di depan gang yang langsung menuju pintu karyawan nightclub's HAPPY night POPPY. "Mau langsung ke tempat kost atau pulang ke rumahmu? Besok waktu libur kerja kan?" tanya Wage saat melihat Lintang sudah duduk dengan nyaman di sampingnya. "Langsung ke rumah saja, Mas. Aku tadi sudah pamitan ibu kost kalau mau pulang ke rumah!" "Tidak membawa baju ganti?" "Di rumah sudah ada, banyak baju baru. Ayah sangat memanjakan aku. Beberapa setel baju masih belum terpakai, ayah sudah belanja baju baru lagi untukku!" ujar Lintang bangga. "Baguslah kalau begitu. Aku antar kamu ke rumah lalu segeralah beristirahat. Besok pagi sekitar jam tujuh aku akan datang menjemputmu. Kita akan liburan ke kampung halamanmu!" "Waaahh, senangny

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-17
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 33. KEMBALI KE TANAH KELAHIRAN

    Bab 33. KEMBALI KE TANAH KELAHIRAN. Kedua lelaki berpenampilan sederhana yang berdiri di depan Wage melotot takjub dengan padangan terkunci pada sosok Lintang. Yang berusia muda terpesona pada kecantikan Lintang, sementara lelaki yang lebih tua terkesima setelah mendengar tentang siapa sebenarnya Lintang itu. "Gusti! Sekarang aku ingat. Wajah Nyi Sinden... Mbak Lintang ini ada kemiripan dengan Nyi Sinden, terutama bibir dan matanya. Tapi warna kulit Mbak Lintang jauh lebih bersih!" "Nyi Sinden siapa to, Lik?" Lelaki yang lebih muda bertanya bingung, tapi pandangan matanya tak lepas dari paras ayu Lintang. "Kamu gak bakalan tahu, Le! Di samping karena bukan asli dari desa ini, Nyi Sinden itu sudah meninggal....." "Sudah meninggal belasan tahun lalu!" potong Wage cepat. Lelaki paruh baya yang berada di depannya mengangguk memahami isyarat tangan Wage yang be

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 34 RUMAH LAMA AYAH

    Bab 34. RUMAH LAMA AYAH. Wanita paruh baya yang menyambut kedatangan mereka buru-buru undur diri ke belakang untuk menyiapkan suguhan bagi Lintang dan Wage. "Itu tadi adalah istri Kang Muji. Mereka menempati rumah ini sekaligus biar ada yang membersihkan dan merawat. Semenjak membeli rumah ini, aku baru dua kali datang ke sini." tutur Wage seraya membimbing Lintang untuk berkeliling melihat-lihat keadaan rumah besar itu. "Mas..?" "Heemm?" "Kalau ini dulunya adalah rumah ayah, berarti aku dilahirkan di sini?" "Tidak. Bukan di rumah ini!" "Bukan di rumah ini? Katanya ini rumah ayah." "Maksudku, ini adalah rumah istri Ki Narendra." "Ibuku?" Lintang kian bingung. "Ibumu adalah istri pertama Ki Narendra. Setelah kamu lahir, Ki Narendra berpisah dengan ibumu dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 35 INSIDEN DI SUNGAI

    Bab 35. INSIDEN DI SUNGAI Tiba di tepi sungai yang lumayan besar dengan aliran air jernih yang cukup kuat arusnya, dengan bebatuan gunung sebesar kerbau yang bersembulan di tengah sungai itu, Lintang dan Wage berjalan beriringan. Sesekali Wage membantu Lintang berjalan di atas batu sungai memegang erat tangannya agar tak terpeleset dan jatuh ke dalam air sungai yang berarus cukup deras itu. "Di aliran inilah, suatu pagi warga sekitar sini menemukan jasad ibumu diantara batu-batu sungai!" jelas Wage setelah mereka berdua berada di atas batu gunung berukuran lumayan besar sehingga dapat menampung mereka berdua. Sambil mencelupkan kedua kakinya di aliran air, Lintang memandang sekelilingnya. Terdiam beberapa waktu, mencoba membayangkan tentang kehebohan yang terjadi saat ibunya ditemukan dalam keadaan tewas di antara bebatuan sungai. Wage sengaja membiarkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28

Bab terbaru

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 69. WANITA YANG TAK PERNAH MERASA PUAS

    Di tempat yang berbeda, puluhan kilometer jaraknya dari pesisir pantai tempat Gendis dan Jaya menghabis kan waktu untuk menghibur diri, Wulansari pun tengah menikmati malam panasnya bersama seorang pemuda tampan dengan tubuh terpahat indah hasil latihan rutin selama beberapa waktu di pusat kebugaran yang kini mulai marak dibangun di kota kabupaten tempat tinggalnya.Pemuda dengan paras dan bentuk tubuh yang selalu akan membuat wanita merasa bergairah saat bersama itu adalah yang Wulansari sebut sebagai mainan barunya, yang akhir-akhir ini telah membuatnya melayang dan melupakan keberadaan Jaya yang sudah sejak beberapa tahun lalu menghangatkan ranjang tidurnya.Semenjak berkenalan dengan pemuda itu di sebuah pusat kebugaran yang ia datangi bersama seorang teman perias yang tampaknya sudah lebih dahulu mengenal kisah indah yang lain di balik suramnya kisah pernikahan sah yang sudah mereka jalani sebelumnya.Wulansari merasa seperti menemukan surganya yang baru setelah mengenal dan memp

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 68. PENGHIBURAN UNTUK NONA MUDA YANG SEDANG GUNDAH

    Menuruti kemauan Gendis yang masih saja terlihat murung selama perjalanan, Jaya mengarahkan mobil yang dikemudikannya ke daerah pesisir yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari tengah kota kabupaten tempat tinggal mereka."Kenapa nyari tempat bersedihnya mesti ke pantai sih Non, kan jauh? Kenapa kita gak pergi ke puncak saja? Cukup setengah jam perjalanan. Gak capek, gak bosan di jalan..?""Jaya... Diam! Kamu cuma sopir, aku majikannya! Jadi jangan banyak protes, aku mau ke pantai sekarang juga!" bentak Gendis kesal wajah sedihnya seketika berubah judes dengan pandangan mata melotot ke arah Jaya.Sambil menelan ludah, akhirnya Jaya mengangguk juga. Selama beberapa saat pandangannya hanya lurus terfokus di jalanan yang mulai sepi meninggalkan keramaian kota jauh di belakang mereka. "Sepi sekali... boleh setel musik kan, Non?" tanyanya memecah kebisuan.Beberapa detik tak ada jawaban. Jaya melirik ke kursi samping yang diduduki Gendis. Dari sudut matanya ia melihat gadis itu terliha

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 67. KONFERENSI PERS

    Tanpa terasa, tibalah hari yang sudah dinantikan Narendra, yaitu hari Ulang tahun Lintang yang ke 19.Jam 11 pagi, sesuai dengan jadwal acara yang sudah diatur oleh Narendra dengan bantuan Wage dan beberapa orang temannya, acara tasyakuran untuk memperingati hari kelahiran Lintang sengaja di adakan di rumah makan langganan tempat kejadian kericuhan beberapa hari sebelumnya.Untuk acara ini Narendra juga mengundang keluarga Bupati dan beberapa orang penting yang sudah sangat akrab dengan Ki Dalang Narendra, juga Kepala Desa dan tim pengacara dari firma hukum yang ia sewa. Selebihnya adalah teman-teman Lintang.Karena pada acara itu juga sekaligus untuk mengklarifikasi tentang kejadian memalukan beberapa hari sebelumnya yang mengakibatkan berita tak sedap dan menghebohkan itu menjadi tajuk utama di hampir seluruh koran terbitan lokal dan nasional sehingga Narendra dengan bantuan tim pengacaranya juga mengundang banyak wartawan di acara tersebut.Tepat di jam setengah 12 siang, pada saat

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 66 MENGURAI KERUWETAN

    Atas pesan Narendra yang sekarang tinggal bersamanya, Lintang mengantarkan sendiri minuman dan suguhan untuk tamu ayahnya itu ke ruang kerja ayahnya.Dua orang tamu dengan setelan resmi tampak duduk berseberangan dengan Narendra. Ketiganya tampak berbicara serius mengenai hal-hal yang berhubungan dengan legalitas hukum. Lintang sudah hampir keluar dari ruangan ayahnya setelah menyuguhkan tiga cangkir teh hangat dan camilan ringan, ketika Narendra menghentikan langkahnya dan menyuruhnya untuk berdiri di dekat kursi yang ia duduki."Ini putri kandung saya dari istri pertama. Namanya Lintang Prameswari. Ibunya sudah meninggal sejak ia masih bayi. Saya ingin melegalkan semua aset pribadi saya untuk dia. Karena saya tidak ingin putri saya ini mengalami kesulitan yang mungkin akan mendatanginya, sehubungan dengan warisan kelak dikemudian hari.Seperti yang sudah saya beritahukan kepada Pak Suprapto kemarin bahwa aset milik bersama dengan istri ke dua saya sudah saya berikan semua untuk ist

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 65. ENJOY A VERY HOT CLIMAX

    "Istirahatlah, Non. Biarkan saya memanjakan milik Non Gendis yang sangat berharga ini. Apa saya perlu meminta air hangat untuk mengompresnya? Untuk meredakan nyeri setelah menelan milik saya tadi, hmmm?""Tidak, cukup bersihkan saja. Aku merasa tidak nyaman dengan rasa lengketnya.""Baiklah, biar saya urus bagian itu. Saya sangat tersanjung bisa melakukannya untuk Non Gendis.""Heeem.." Dan sesudahnya, Gendis sudah tak lagi memperdulikan apapun karena ia sudah diterbangkan impian indah setelah raganya merasakan kelelahan teramat sangat karena sudah berpacu bersama Jaya demi mencapai puncak klimaks tertinggi tadi.Sementara Jaya yang benar-benar berusaha mempergunakan kesempatan terbaik yang ia dapatkan malam ini dengan menjelajahi, menjamah bahkan menguasai walau sesaat hal yang sebelumnya tak pernah sekalipun berani ia impikan ataupun menyapa alam khayalnya. Yaitu tubuh molek sang Nona Muda.Baginya, dapat menyentuh kulit mulus gadis cantik yang di matanya seperti seorang Dewi, apala

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 64. TERBAKAR GAIRAH LIAR NONA MUDA

    Perlahan Jaya mulai mengoleskan minyak zaitun ke atas kulit punggung mulus Gendis yang sudah terbaring dalam posisi menelungkup di pinggiran ranjang dan perlahan, dengan tekanan yang pas dia mulai mengurutnya. Usapan telapak tangannya yang hangat segera saja berhasil membuat otot-otot tubuh Gendis yang semula menegang, perlahan menjadi rileks.Seperempat jam kemudian, hampir seluruh tubuh bagian belakang milik Gendis sudah berbalur minyak zaitun, dari mulai punggung hingga ke telapak kaki. Gendis pun sudah terlihat menikmati setiap belaian dengan tekanan terukur telapak tangan Jaya pada tubuhnya.Dengan menahan gejolak hasratnya, Jaya sengaja berlama-lama memberikan treatment di bagian bok*ng milik Gendis yang terasa padat, dengan bentuk membulat yang begitu menggoda.Gendis juga terlihat menikmati segala perlakuan Jaya di bagian tubuhnya yang sintal itu. Meskipun secara sengaja kadang-kadang jemari Jaya nyasar dengan nakalnya menyentuh bagian tersembunyi di belahan pant*tnya. Bahkan

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 63. SERANJANG DENGAN JAYA DEMI MENDAPATKAN DIRGA

    "Cari tempat menginap yang aman, Jaya! Kurasa sudah tidak ada jalan lain, selain mengikuti ide gila yang kau usulkan dulu!" ujar Gendis tiba-tiba setelah beberapa menit duduk diam tak bersuara dengan wajah merah padam karena amarah."Menginap, Non? Tapi beberapa tikungan lagi kita sampai di rumah?" jawab Jaya bingung."Kalau begitu putar balik, Bodoh!" sentak Gendis tak sabar."Baik, Non!" Jaya langsung memutar mobil yang dikemudikannya begitu menemukan jalur untuk memutar. Waktu yang hampir mendekati tengah malam membuat jalanan menjadi lengang dan memudahkan Jaya untuk segera putar balik arah menjauhi pusat kota. "Mau menginap dimana, Non?""Mana aku tahu, Tolol! Kau pikir aku sudah pengalaman dengan hal begituan? Kamu pikirkan saja tempat yang cocok, bukankah kamu sering pergi ke tempat-tempat seperti yang aku maksud dengan ibuku? Yang jelas tepat yang agak jauh agar tidak ada yang mengenali kita, bersih dan nyaman. Pastikan kita aman berada di sana!" perintah Gendis yang langsung

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 62. TAK LAGI TERMAKAN HASUTAN

    Gendis langsung memerintahkan Jaya untuk mendatangi rumah dinas Bupati setelah menerima kabar tentang keberadaan Dirgantara. Dengan binar bahagia di pandangan matanya, serta senyum kemenangan yang hampir tidak berhasil ia sembunyikan dari bibirnya membuatnya menjadi tidak sabar untuk melihat ekspresi kecewa dari Dirgantara setelah melihat gambar besar yang termuat di halaman depan surat kabar lokal yang tergeletak manis di atas pangkuannya itu. Bayangkan saja, saat seseorang yang tiba-tiba datang dan memberi kabar tak terbantahkan tentang perselingkuhan kekasihnya dengan seorang yang lebih pantas menjadi ayah ataupun pamannya. Apalagi spot foto yang terpampang di halaman depan koran itu menunjukkan kemesraan menjijikkan yang dipertontonkan di muka umum oleh seorang Dalang terkenal yang seharusnya jadi panutan bersama seorang gadis remaja yang terlihat sekali kalau usianya masih sangat muda. Mereka tertangkap kamera wartawan dalam keadaan saling berpelukan di tempat umum. Ini akan

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 61. BERAKHIRNYA SEBUAH PERJANJIAN YANG MERANTAI KEBEBASAN

    Wulansari segera menemui suaminya yang baru saja memasuki kamar pribadinya saat hari sudah gelap. Di tangannya tergenggam selembar surat kabar terbitan sore tadi yang memuat berita tentang keributan yang terjadi di salah satu rumah makan ternama di kotanya yang melibatkan suami dan putrinya, Gendis."Apa ini, Kang?" tanyanya seraya melemparkan surat kabar yang sudah lecek ke arah Narendra.Dengan ketenangan luar biasa, Narendra mengambil gulungan surat kabar itu, membuka pada halaman depan dan membacanya sekilas. Ekspresi wajahnya masih sedatar ubin marmer yang tengah ia pijak di bawah kakinya. Datar dan dingin."Bisa jelaskan padaku?" tuntut Wulansari seraya melipat kedua lengannya di dada. Sorot matanya terlihat membara oleh api kemarahan."Semua sudah terlihat jelas di situ!" sahut Narendra datar, "Meskipun tidak semua keterangan yang diberitakan wartawan itu benar, tapi kejadiannya memang sepenuhnya benar. Bukankan ada foto yang membuktikan kebenarannya?" jawabnya tenang."Jadi be

DMCA.com Protection Status