"Iya, disanalah aku tinggal Bu, ayo kita kesana sekarang? sudah lama Ibu terkurung di Rumah sakit ini, apa salahnya keluar sebentar?" ajak Aditya, terus berusaha membujuk Ibunya itu.
"Tidak Nak, mungkin lain kali, Ibu sedang tidak Mood" jawab Aletta, dia masih tidak bersemangat apalagi harus pergi ke Penthouse putranya itu, dia akan merasa canggung jika bertemu dengan Catrina.
"Ayolah Bu, satu kali saja, bukankah Ibu ingin bertemu dan berkenalan dengan Pacarku?" tanya Aditya, dia mencoba mengorek informasi, mungkin saja Ibunya akan bereaksi marah atau kesal.
"Pacar? Anak Ibu rupanya sudah dewasa ya, sudah memiliki pacar?" tanya Alerta dengan nada datar dan tidak antusias.
Aditya juga tidak memperdulikan Catrina yang sudah seperti pembantu yang sedang dimarahi majikannya itu, semrawut, kusut dan hanya bisa menunduk di depan Sandra, dia pergi memasuki ruangan dimana Ayahnya berada sambil menggenggam erat tangan Aletta, tentu saja pemandangan itu semakin membuat Catrina merasa panas, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, bagaimanapun dia harus bisa mengambil hati Nyonya Sandra, calon Ibu mertuanya nanti, dia berpikir akan sangat gawat jika Nyonya Sandra tidak merestui hubungannya dengan Aditya."Maaf Dokter Catrina, Saya tidak bisa menjadikan Anda sebagai dokter pribadi suami saya lagi, bukankah profesor Rahman sudah memberitahu hal ini pada Anda?" tanya Sandra, dengan posisi berdiri berpangku tangan di luar pintu masuk ruangan yang sempat dilewati oleh Aditya dan Aletta."Iya ma
Catrina pun tersentak dibuatnya, bagaimana mungkin Nyonya Sandra yang biasanya bersikap lemah lembut, elegan menawan itu, hari ini bisa bersikap seperti harimau betina, sangat galak, dan tampaknya Catrina tidak bisa berbuat demikian juga, meskipun ingin, karena perasaannya sangat tersinggung juga, mungkin sekarang para kolega di Rumah sakit tersebut sedang membicarakannya."Oh Cat, kenapa kamu sebodoh ini? Kenapa bisa-bisanya saat mencaci Aletta si ganjen itu bisa sampai ketahuan sama Nyonya Sandra, bodoh!" teriak Catrina di dalam hati, dia begitu putus asa, harus bagaimana lagi cara meminta maaf pada Nyonya Sandra, apalagi dia juga berpikir dan penasaran dengan apa yang dilakukan Aditya di dalam bersama Aletta, dia bertanya-tanya kenapa Aditya tidak datang untuk membelanya, kenapa dia tidak keluar sebentar saja dan membujuk Ibunya agar memaafkannya.
Catrina hanya lemas, sikapnya tidak karuan, sesekali hanya menggeram, seolah-olah dia sangat kesal, jengkel, putus asa terhadap sesuatu hal yang sudah menimpanya, Jhon hanya menggelengkan kepalanya."Sana mandi dulu, bersih-bersih, bentar lagi Adit pasti pulang" perintah Jhon."Gimana aku bisa mandi Jhon, aku dipecat!" teriak Catrina."Ya, aku tidak terkejut, sifat aslimu keluar dan yang kamu lawan malah akan menjadi boomerang bagi diri kamu sendiri, ah … terima nasib aja" desah Jhon pasrah, lalu menyeruput kembali kopinya."Kok, kamu bilang gitu sih? emang kamu tau masalahnya apa?" tanya Catrina, terperanjat dan duduk dengan tegap secara tiba-tiba sambil memand
"Ya sekarang gimana baiknya, besok setelah tenang meminta maaflah pada profesor Rahman, lalu kembali mengetuk pintu hati Nyonya Aletta, Nyonya Sandra, nanti malam coba berbicara baik-baik dengan Aditya, dewasalah Cat, jangan cemburu keterlaluan, jelas-jelas yang berbohong dan tidak jujur itu kamu, Aditya menurutku sangat baik, penyayang dan jujur juga cinta banget sama kamu, dari awal kamu yang salah, tapi kamu juga yang uring-uringan" ucap Jhon, kali ini dia memberi masukan pada sahabatnya itu, bagaimanapun nasi sudah menjadi bubur, semua sudah terjadi, yang bisa diperbaiki cobalah perbaiki, tidak ada jalan keluar lagi, selain meminta maaf dengan tulus dan menyesali perbuatan tersebut.Catrina diam dan hanya mengangguk lemas, "maafin aku ya Jhon, aku sudah salah, tapi … gimana nih Jhon, sebenarnya Nyonya Sandra udah ngusir aku dari sini, apa aku masih berhak tinggal disini
"Profesor kirim pesan, menyuruh kita break dulu katanya, nanti dihubungi lagi" jawab Jhon dengan raut muka yang kecewa."lho ada apa katanya?" tanya Catrina sambil mencari-cari keberadaan ponselnya, lalu setelah menemukannya, dia langsung membuka ponselnya tersebut dan benar saja ada pesan dari profesornya, agar dia jangan dulu datang ke Rumah sakit sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan, alias tidak jelas kapan bisa masuk Rumah sakit lagi.Jhon hanya menggeleng, sementara Catrina termenung, dia amat merasa bersalah, karena ulahnya, Jhon akhirnya terbawa-bawa masalah, lalu dia mencoba membalas dan mengetik sesuatu untuk membalas chat grup dari profesor Rahman.[Prof maafkan kecerobohan dan keegoisan Saya, tapi tolong jangan bawa-baw
Aditya hanya tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya, seraya menyibukkan diri membuka sepatu, kaos kaki juga dasi yang melingkar erat pada lehernya. "Apa kamu sudah sarapan? Mau aku buatkan sesuatu?" tanya Catrina, dia berusaha sebisa mungkin mengambil hati kekasihnya itu, padahal selama ini dialah yang selalu dibuatkan sarapan oleh Aditya. "Tidak terima kasih, Ibuku sudah membuatkanku sarapan tadi, sekarang aku buru-buru, harus segera mandi dan pergi ke Kantor" jawab Aditya, lalu bergegas berjalan menuju kamar tidurnya. Catrina tidak mau kalah, dia segera mengikuti Aditya dan memasuki kamarnya, tampak Aditya sedang membuka jas juga kancing kemejanya satu persatu, tanpa basa basi Catrina segera memeluk kekasihnya itu dari belakang.
Catrina terlihat pasrah, dia berjinjit untuk menyamaratakan ukuran tubuhnya dengan tubuh kekasihnya itu, lalu dia mulai mendekatkan bibirnya dan melumat bibir aditya secara perlahan, tangannya dengan lincah meraba setiap bagian tubuh Aditya yang sensitif termasuk Juniornya, dia juga membuka sabuk celana yang masih dikenakan Aditya, Catrina begitu lihai mempermainkan Junior milik kekasihnya itu.Aditya berusaha menolak, tetapi ajakan itu semakin kuat, apalagi sekarang di pagi hari, dorongan keinginan bercinta begitu menggelora, Catrina juga sudah seperti sangat kesetanan, Aditya bimbang antara harus menyalurkan birahinya itu atau mencoba menolak seperti biasanya, karena bukan kali ini saja Catrina menggodanya, hanya saja saat ini beda suasana, suasana hati Aditya sedang galau, dia butuh pelampiasan begitupun Catrina dia pun sudah sangat menginginkan hal itu, apalagi dulunya memang
Catrina terus mendesah saat kedua gunung kembarnya dipermainkan oleh tangan Aditya, lalu Aditya bangun, dia duduk sambil memangku tubuh Catrina, mereka berciuman, tangannya sibuk melepas kain tipis yang melekat pada tubuh Catrina, kini Catrina benar-benar polos, kulit tubuhnya sesekali menempel pada dadanya yang juga polos. Catrina sudah sangat basah, apalagi saat Aditya mencium leher serta dadanya, puncaknya saat Aditya melahap kedua gunung dan sesekali menyedotnya, Catrina terus mendesah dan mengejang.Tiba-tiba Aditya menghentikan aktivitasnya, dia membenamkan wajahnya di atas dada kekasihnya itu, "Kenapa berhenti sayang? tanggung …" tanya Catrina.Aditya memandang ke arah Catrina yang sudah berkeringat itu, "aku tidak bisa Sayang, jika hanya pelampiasan saja nanti kamu menyesalinya" jawab Aditya.