"John, sepertinya aku bakalan ketiduran kalo kamu obati, tunggu dulu ya di kamar, aku lihat Catrina dulu" ucap Aditya di belakang punggung John.
"Ya ampun, tinggal serumah pake diliatin segala sih?" tanya John kesal.
"Hehe, tunggu ya aku belum ngucapin sesuatu" jawab Aditya sambil nyengir.
John hanya menggelengkan kepalanya,lalu dia pergi ke kamar yang dihuni oleh Catrina.
Tok. Tok. Tok.
Aditya mengetuk lembut pintu kamar kekasihnya itu.
"Sayang, ini aku udah tidur belum?" tanya Aditya.
<
Aditya tidak menjawab apa-apa, dia hanya tersenyum kecut lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur, untuk segera diobati oleh John."Oh iya Dit, si Jo kemana?" tanya John sok akrab."Dia keluar, kerjaannya di luar" jawab Aditya."Kerjain apaan tuh di outdoor?" tanya John lagi, terdengar sangat penasaran."ya, intinya dia itu adalah mata dan telingaku, dia harus lebih tahu dari para musuh-musuhku, apa kamu tahu? kenapa paman Yosef dan Ibuku bahkan Profesor Rahman menugaskan kamu untuk menjagaku?" Jawab Aditya lalu balik bertanya."Aku tidak tahu …" jawab John ragu.
"Tidak, aku tidak ngambek, ngapain pulang? Bukannya Papa lebih milih tinggal sama tante Teresa?" Jawab Catrina, lalu balik bertanya."Ya, Tante Teresa kan punya rumah, dia datang kalau ada kamu, sekarang di rumah gak ada kamu, jadi dia jarang datang" jawab Papa Catrina."Jangan alasan, jelas-jelas cuma nemenin Papa, sejak kapan aku akrab sama dia" ucap Catrina lagi."Ya sudah, pulang ya? Calvin juga nanyain kamu terus sayang, katanya ingin ketemu kamu" ucap Papa Catrina lagi."Tidak, aku sudah nyaman tinggal disini, tolong Papa jangan lagi menjodohkanku dengan Calvin, aku muak Pa, ini hidupku, tolong aku pun ingin hidup normal Pa" jawab Catrina, semakin terdengar ketus
"Ya sudah aku lihat" ucap John, lalu berdiri menghampiri pintu, dia melihat monitor dan itu Jonathan."Pagi" sapa Jonathan, "Tuan muda dimana?" tanyanya, lalu masuk melewati John."Oh, main seruduk saja, dasar banteng" gerutu John."Tuan muda, Jonathan datang" teriak John.Catrina dan Aditya yang mendengar ucapan John saat memanggilnya Tuan Muda, merasa sedikit geli lalu saling memandang dan nyengir bareng."Iya, sini Jo sudah sarapan belum? Tuan muda sedang sarapan, hihi" teriak Catrina dan cekikikan karena lelucon panggilan Tuan muda tersebut, dia sengaja mengerjai Aditya.
Jonathan mengangguk, lalu pergi meninggalkan ruangan tempat Aditya mengurus dokumen, di luar ruangan tampak Catrina dan John yang akan pergi ke Rumah sakit. "kalian akan pergi?" tanya Jonathan, dia berusaha berbaur meskipun masih sangar canggung, itu karena Catrina juga sudah mulai mau tersenyum padanya, setelah sebelumnya masih jutek dan marah karena ulahnya. "Iya Jo, belum mau keluarkan?" tanya Catrina. "Belum" jawab Jonathan. "Ya udah nitip dulu sebentar ya, aku sama John harus ke Rumah sakit sebentar, oh maksudku, aku akan lama, tapi John sebentar" ucap Catrina. "Baiklah, hati-hati dijalan" jawab Jonathan, lalu mengantar John dan Cat
Catrina merasa risih dengan sikap Calvin yang mulai duduk di sampingnya, lalu merangkul pundaknya."Jangan gini ah, banyak orang" ucap Catrina, lalu berusaha melepaskan tangan Calvin dari atas pundaknya."muach" tiba-tiba saja Calvin mengecup leher Catrina yang pada saat itu mengenakan atasan model sabrina yang terbuka, sehingga leher dan pundaknya polos tanpa sehelai kain menutupinya, dengan mudah Calvin mendaratkan bibirnya di leher mulus gadis itu.Catrina refleks mendorong tubuh Calvin hingga hampir terpelanting dan jatuh ke atas lantai, tiba-tiba saja dia merasa terhina dengan sikap Calvin itu, padahal sebelumnya hal tersebut sering Calvin lakukan padanya."Wow, aku hampir jatuh nih, ken
"Maaf Cal, aku tidak bisa" jawab Catrina mantap."Kenapa? apa kekuranganku Cat? Aku bisa seperti pria itu" tanya Calvin, mulai kembali tersulut emosi, karena keinginannya tidak tercapai."Aku tau sifat kamu, kamu menginginkanku dan harus mendapatkanku jika kamu mau, tapi sampai kapan pun kamu tidak akan bisa menghormatiku sebagai perempuan, apalagi status ayahku selalu kamu banding-bandingkan, padahal kamu sendiri tahu, ayahku tidak bekerja pada perusahaanmu, hanya karena ayahku bukan seorang pemimpin perusahaannya, jadi kamu selalu merendahkannya, bahkan di depanku, asal kamu tau saja Cal, aku ini dokter, dokter bedah VIP, bagiku tidak sulit jika ingin mendapatkan putra seorang pemimpin sepertimu, aku sudah menemukan banyak pria sepertimu di bangsal rumah sakitku, jadi … jika kamu tidak menyukai ayahku, jangan sek
"Oke, makasih kawan, aku hanya takut dia pergi ke bar, tidak biasanya pulang selarut ini, oh iya John, darimana Samantha tau nomorku?" tanya Aditya."Tadi dia minta, katanya disuruh profesor Rahman mengabari keadaan ayahmu, jadi terpaksa aku berikan, posisiku sedang di taxi tadi, aku takut penting banget jadi terpaksa aku berikan, apakah ada masalah?" jawab John menjelaskan, lalu balik bertanya."Oh, tidak apa-apa John, nanti jika ada yang meminta nomorku, siapapun itu kecuali orang tuaku dan Catrina, tolong jangan diberi ya, apapun alasan mereka" perintah Aditya, sambil sesekali melihat ke layar ponselnya."Baik kawan, apa Samantha …? Oh, apa dia mengirimi kamu sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan Ayahmu?" tanya John, dia mera
Catrina merasa jika sikap Aditya berbeda padanya, dia menyangka jika Samantha mungkin saja sudah menggoda Aditya hingga hatinya goyah, ada rasa khawatir jika Aditya akan berpaling pada Samantha yang terkenal cantik tapi pelakor itu."Baiklah, aku istirahat duluan ya, kamu juga istirahat" ucap Catrina, lalu pergi meninggalkan Aditya yang masih terlihat dingin terhadapnya.••••••••Keesokan paginya Aditya pergi lebih awal ke kantor tanpa menunggu Catrina bangun untuk berpamitan, dia masih kecewa dengan kebohongan Catrina semalam, dia tidak bisa mentolerirnya.Saat Catrina bangun dia hanya melihat John sedang sarapan dan s