Ting Tong
Terdengar suara bel penthouse milik Aditya berbunyi, John yang kebetulan tinggal sementara disitu untuk menjaga Aditya segera menghampiri pintu, sebelumnya dia mengecek dulu dimonitor siapa yang datang, dan itu adalah Paman Yosef bersama seseorang lainnya, John membukakan pintu.
"Selamat Siang Tuan Yosef, silahkan masuk" sapa John ramah.
"terima kasih dokter, ayo Tuan Chen silahkan masuk" jawab Paman Yosef, lalu mengajak pria paruh baya yang dia panggil Tuan Chen.
Pria itu hanya mengangguk gugup lalu duduk di tempat yang sudah Paman Yosef tunjukkan untuknya.
"Gimana keadaan Tuan Muda dok?" tanya Paman Yosef tanpa basa
"Hm… baiklah jadi anda ini ayahnya Jonathan? orang yang paman Yosef maksud? yang menusukku?" Tanya Aditya, setelah dirasa Tuan Chen tenang.Paman Yosef menunduk, begitupun Tuan Chen dan Aditya pun sangat mengerti sekarang keadaannya."Anda tidak perlu seperti ini datang meminta maaf untuk kesalahan putra anda, sebaiknya nanti biarlah putra anda yang datang langsung menemui saya, oh iya Paman Yosef bisa cabut saja tuntutan kita pada putra Tyan Chen, aku tidak ingin memperpanjangnya lagi" ucap Aditya lagi.Secara bersamaan Paman Yosef dan Tuan Chen saling berpandangan, tidak ada kata-kata yang keluar dari bibir Paman Yosef."Tidak Tuan muda, Saya datang kesini buk
"Ya ampun ada apa denganmu Jo?" Tanya Aditya seraya tersenyum lucu karena melihat sikap Jonathan yang tiba-tiba cengeng itu."haaa … bukankah ini racun? setelah meminum ini aku akan lenyap dari muka bumi ini?" tanya Jonathan polos.Saat mendengar pertanyaan itu, Aditya terbahak-bahak, begitu nikmat rasanya tawa kali ini, Jonathan benar-benar gila hingga mampu menghiburnya seperti itu.Berbanding terbalik dengan Aditya, justru Jonathan semakin merasa bergetar karena senyuman Aditya di matanya seperti seringaian ketua mafia sadis yang bisa kapan saja membunuhnya sedangkan tawanya bagaikan malaikat maut yang sedang menikmati kematian orang berdosa sepertinya, sungguh Jonathan begitu berimajinasi saat melihat dan datang ke tempat itu, y
Hari itu juga tercatat Jonathan yang tadinya musuh Aditya berbalik menjadi orang yang akan menjadi sahabatnya di masa depan, Aditya sangat puas dengan pencapaian tersebut karena dia tidak pernah memiliki teman sebelumnya.Ketika Jonathan sedang duduk di sofa, sedangkan Aditya berada entah dimana, tiba-tiba pintu utama Penthouse terbuka, Jonathan langsung waspada saat dua orang memasuki Penthouse tersebut.Jonathan sangat kaget karena wajah itu tak asing baginya, ya, dia adalah Catrina, wanita yang sempat ingin dia miliki tetapi menolaknya hingga tragedi penusukan Aditya pun terjadi waktu itu."Sedang apa kamu disini?" tanya Catrina sedikit marah hingga John pasang badan saat sahabatnya itu mendadak bersembunyi di belakang punggungnya.
Malam hari di Penthouse milik Aditya, Catrina terlihat mondar-mandir di depan Aditya yang fokus pada laptopnya, terlihat dia sedang membaca dan menandatangani beberapa dokumen yang masuk melalui surelnya."Dasar si gila kerja, lagi sakit pun masih saja mengurusi masalah kantor" gerutu Catrina di dalam hati sambil terus mondar mandir dengan lingerie merahnya, dia juga memangku tangan dan terlihat menggigit kuku-kuku pada tangannya.Aditya menghentikan ketikan pada keyboard laptop miliknya, kemudian memandangi wajah kekasihnya yang terlihat kesal itu."Ada apa sih Sayang? Lapar?" Tanya Aditya.Catrina tersenyum genit lalu mendekati kekasihnya itu dan duduk dengan manja di atas kedua paha Aditya
"John, sepertinya aku bakalan ketiduran kalo kamu obati, tunggu dulu ya di kamar, aku lihat Catrina dulu" ucap Aditya di belakang punggung John."Ya ampun, tinggal serumah pake diliatin segala sih?" tanya John kesal."Hehe, tunggu ya aku belum ngucapin sesuatu" jawab Aditya sambil nyengir.John hanya menggelengkan kepalanya,lalu dia pergi ke kamar yang dihuni oleh Catrina.Tok. Tok. Tok.Aditya mengetuk lembut pintu kamar kekasihnya itu."Sayang, ini aku udah tidur belum?" tanya Aditya.
Aditya tidak menjawab apa-apa, dia hanya tersenyum kecut lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur, untuk segera diobati oleh John."Oh iya Dit, si Jo kemana?" tanya John sok akrab."Dia keluar, kerjaannya di luar" jawab Aditya."Kerjain apaan tuh di outdoor?" tanya John lagi, terdengar sangat penasaran."ya, intinya dia itu adalah mata dan telingaku, dia harus lebih tahu dari para musuh-musuhku, apa kamu tahu? kenapa paman Yosef dan Ibuku bahkan Profesor Rahman menugaskan kamu untuk menjagaku?" Jawab Aditya lalu balik bertanya."Aku tidak tahu …" jawab John ragu.
"Tidak, aku tidak ngambek, ngapain pulang? Bukannya Papa lebih milih tinggal sama tante Teresa?" Jawab Catrina, lalu balik bertanya."Ya, Tante Teresa kan punya rumah, dia datang kalau ada kamu, sekarang di rumah gak ada kamu, jadi dia jarang datang" jawab Papa Catrina."Jangan alasan, jelas-jelas cuma nemenin Papa, sejak kapan aku akrab sama dia" ucap Catrina lagi."Ya sudah, pulang ya? Calvin juga nanyain kamu terus sayang, katanya ingin ketemu kamu" ucap Papa Catrina lagi."Tidak, aku sudah nyaman tinggal disini, tolong Papa jangan lagi menjodohkanku dengan Calvin, aku muak Pa, ini hidupku, tolong aku pun ingin hidup normal Pa" jawab Catrina, semakin terdengar ketus
"Ya sudah aku lihat" ucap John, lalu berdiri menghampiri pintu, dia melihat monitor dan itu Jonathan."Pagi" sapa Jonathan, "Tuan muda dimana?" tanyanya, lalu masuk melewati John."Oh, main seruduk saja, dasar banteng" gerutu John."Tuan muda, Jonathan datang" teriak John.Catrina dan Aditya yang mendengar ucapan John saat memanggilnya Tuan Muda, merasa sedikit geli lalu saling memandang dan nyengir bareng."Iya, sini Jo sudah sarapan belum? Tuan muda sedang sarapan, hihi" teriak Catrina dan cekikikan karena lelucon panggilan Tuan muda tersebut, dia sengaja mengerjai Aditya.