347“Bang De ….” Amanda memekik sebelum menutup mulut dengan kedua tangan. Dadanya mendadak bertalu karena detak jantung yang tak terkontrol.Dewangga menggantung dengan kedua tangan berpegangan erat tepian mesin tersebut. Wajahnya terlihat meringis menahan bobot tubuhnya yang menggantung. Sementara kakinya bergerak-gerak mencari pijakan.Amanda bergerak cepat setelah dapat menguasai dirinya. Wanita itu mundur dengan wajah memucat, kemudian berlari masuk kamar dan segera mencari bantuan. Sayangnya, kamarnya yang berada di lantai dua dan rumah yang besar membuatnya terlalu lama tiba di bawah. Waktu yang sudah lumayan malam juga membuat Amanda sulit bertemu dengan seseorang di dalam rumah hingga ia harus meminta bantuan petugas keamanan di posnya juga seorang sopir yang sibuk mencari tangga.Bersama mereka Amanda berlari ke arah di mana Dewa menggantug di dinding. Rasa cemasnya sudah bercampur ketakutan. Takut Dewa keburu jatuh karena tidak sanggup bertahan.Kenapa pemuda itu sampai nek
348“Dewa ke mana? Kenapa tidak ikut sarapan?”Pagi ini Sultan bertanya heran karena tidak melihat keberadaan anak sulungnya di meja makan. Tidak ada yang menjawab. Viola dan Sultan saling pandang. Malvino melirik Amanda, sedangkan Amanda sendiri tetap menunduk menekuri piringnya. Ia tidak ingin bereaksi apa pun, agar tidak ada kecurigaan dari keluarganya.Sungguh, Amanda tidak mau terlibat lebih jauh lagi dengan Dewa. Soal semalam, biarlah orang tuanya tahu sendiri dan membawanya ke dokter. Karena Dewa sendiri yang menolak semalam. Amanda mencoba tidak peduli.“Kak, kenapa Kakak tidak lihat Bang De ke kamarnya?”Pertanyaan Malvino membuat Amanda menghentikan aktivitasnya, dan kedua oarng tuanya sontak mengalihkan pandangan ke arah mereka.“Coba deh, Kakak lihat di kamarnya. Mungkin Bang De butuh bantuan Kakak.” Lanjutan ucapan Malvino seolah sengaja memancing Amanda yang malah jadi curiga jika adiknya mengetahui kejadian semalam.Amanda mengangkat kepala dan menghadap Malvino yang du
349 “Vin, Amanda diculik di depan kampusnya. Ini Abang sedang mengejarnya. Kasih tahu Papa biar Papa kerahkan orang.” Dengan tangan gemetar, Dewa mematikan sambungan telepon. Matanya tak lepas mengamati sekeliling, takut kehilangan jejak mobil yang membawa Amanda. “Pak, cepat kejar mobil itu!” Dewa menunjuk mobil yang ia yakini membawa Amanda di dalamnya. Jangan tanya bagaimana perasaan Dewa saat ini, di saat ia tengah berjuang untuk cintanya lagi. Di saat berjuang untuk meyakinkan Amanda jika mereka bisa, aral rintang terus saja menghadang. Seolah memang benar jika mereka tidak berjodoh. Namun, Dewa tidak mau menyerah. Ini pasti hanya ujian. Tidak ada cinta sejati yang bermuara bahagia tanpa perjuangan panjang dan keras. Ia pernah mendengar kisah kedua orang tua angkatnya yang perjuangan untuk menyatukan cinta mereka begitu panjang dan berliku. Ia bahkan tidak mengira jika mereka yang kini terlihat sangat romantis dan harmonis, dulunya juga melewati perjuangan panjang yang bukan h
350Seorang wanita yang meringkuk di sebuah ranjang mencoba membuka mata yang terasa sangat rapat. Namun, ia terus mencobanya walaupun rasa tidak nyaman di tubuhnya membuatnya tidak leluasa bergerak. Gadis itu terus memaksa matanya terbuka hingga ruangan yang asing perlahan tertangkap jelas matanya. Bola mata itu bergerak mencoba mengenali di mana dirinya berada. Sayang, benda-benda yang tertangkap matanya semua terasa asing hingg ia tak mengenali tempat itu. Sang gadis mencoba menggerakkan tubuhnya yang sejak tadi tidak nyaman dan sulit bergerak. Rasa pegal di sekujur tubuh karena berbaring meringkuk dalam waktu lama, membuatnya ingin meluruskan tubuh. Namun, saat ia berbalik, baru disadarinya rasa tidak nyaman itu ternyata karena kedua tangan yang diikat jadi satu. Keningnya berkerut menatap kedua tangan yang menyatu. Kemudian mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum mendapati dirinya di sini. Saat ingatannya masih berputar, tetiba suara pintu yang berderit mengalihkan perhatia
351“Apa yang anda lakukan dokter Shakeil?” Dengan suara yang nyaris tak terdengar dan sudut bibir yang terasa perih, Amanda masih memberanikan diri bertanya. Kini, tubuhnya berada dalam pelukan lelaki yang sumpah demi apa pun ia sudah tak mengenalinya lagi.Laki-laki yang sejak awal dikenalkan orang tuanya terlihat sangat tampan, lembut, dan sangat manis memperlakukan wanita. Laki-laki yang sejak mereka bertemu sudah menancapkan kharisma sebagai lelaki terpelajar dan berattitude, karena sejatinya ia seorang dokter muda yang cerdas. Satu nilai plus yang ia tangkap dari sosok Shakeil sejak awal, ia laki-laki yang sangat menghormati wanita. Tercermin dari sikapnya terhadap sang ibu yang sangat memujanya seperti Tuhan.Semua kelebihan itulah yang akhirnya membuat Amanda luluh setelah sekian lama bertahan dengan penolakan perjodohan mereka. Semua sikap lembut dan manis terhadap wanita itu yang akhirnya membuat Amanda menyerahkan diri secara ikhlas terhadap lelaki itu.Kini, semua itu tida
352Suara gaduh di luar sana membuat lelaki yang tengah menggagahi wanita tidak sadarkan diri, menghentikan aksinya. Ia menarik diri dari sang wanita yang wujudnya sudah tak karuan. Darah yang keluar dari lubang-lubang di wajahnya saja masih basah, kini cairan serupa juga mulai keluar dari bagian bawah tubuh sang wanita.Si lelaki melebarkan mata melihat wanita yang belum tuntas ia gagahi kini tergeletak dengan banyak cairan merah keluar dari tubuhnya. Gegas lelaki itu meraih kacamtanya, juga pakaian yang terserak di lantai karena suara gaduh di luar sana semakin ramai dan dekat.Dadanya bergerak cepat perpaduan hasrat yang tidak tuntas, juga menyadari jika dirinya kini berada dalam bahaya. Lelaki itu gegas membuka pintu setelah memasang pakaiannya dengan asal. Bahkan underwear tak sempat ia kenalan.Ia berniat pergi karena suara teriakan beberapa orang semakin jelas di telinganya. Sekali lagi ia menatap wanita yang tergelatak mengenaskan di atas ranjang. Namun, saat tangannya meraih
353“Ringkus dia dan selamatkan Amanda!” Sultan menggeram setelah tubuhnya ambruk dan malah menyisakan kedua anak lelakinya mematung karena shock.Malvino dan Dewa mengerjap dan langsung memburu Shakeil yang sudah bergerak cepat dengan beringsut mendekati pintu. Keduanyanya berlari mengejar, terlebih saat lelaki itu sudah berada di ambang pintu dan berlari keluar.Dewa mencegah Malvino. “Vin, kamu urus Papa dan Amanda saja, biar aku yang mengejar bajingan itu.”Malvino menghentikan kakinya, mengangguk dan kembali ke ruangan di mana ayah dan kakaknya kini terkapar. Ya, walaupun sama-sama bernapsu ingin melumatkan Shakeil, mereka tetap harus berbagi tugas. Karena Sultan dan Amanda juga butuh penanganan secepatnya.Malvino memanggil sopir dan beberapa orang kepercayaan Sultan untuk membantu membawa ayah mereka yang sudah bersimbah darah, setelah memakaikan pakaian Amanda dulu. Tak lupa memanggil ambulance.Dengan dada yang terus bergejolak, ia membopong tubuh Amanda yang mengenaskan seor
354Kedua tubuh itu berguling-guling hingga menemukan area lebih landai. Semua kesakitan di tubuh Dewa akibat kecelakaan dan berguling yang membuat tubuhnya terkadang berada di bawah Shakeil, tak lebih besar dari amarahnya.Saat tubuh mereka berhenti karena tersangkut batang sebuah pohon, gegas pemuda itu bangkit dan menindih Shakeil yang belakangan sampai. Dihujaninya wajah itu dengan pukulan bertubi-tubi untuk melepaskan amarah yang kian menumpuk dan semakin besar karena ejeken dari wajah lelaki yang kacamatanya sudah terlempar entah ke mana.Shakeil terus saja memperlihatkan ejekan hingga Dewa merasa terus direndahkan. Bahkan setelah wajahnya babak-belur pun, laki-laki itu tak memperlihatkan raut ketakutan sama sekali. Ia tetap merasa dirinya lebih hebat dan Dewa hanya seorang pecundang. Hanya karena ia yang berhasil merenggut kesucian Amanda dan bahkan pernah membuat wanita itu jatuh cinta padanya. Yang artinya Amanda pernah berpaling dari Dewa.“Makan ini, Bajingan!” teriak Dewa
445 “Jadi begitu, De. Kamu sama Amanda tidak masalah, kan?” Sultan menatap sepasang suami istri muda yang duduk di hadapannya. Di mana bayi tiga bulan terus mengeluarkan suara-suara lucu khas bayi dalam pangkuan Dewa. “Papa sudah ingin pensiun. Menikmati hidup berdua saja dengan Mama kalian. Ya, itung-itung bulan madu lagi untuk mengganti masa-masa awal pernikahan kami yang sempat carut-marut.” Dewa, Amanda, dan Vino yang duduk di sofa lainnya saling pandang sebelum memiringkan bibir masing-masing. ‘Siapa yang nikah, siapa yang bulan madu.’ Batin mereka mengejek. “Vino memang baru memasuki dunia ini, dan ia juga masih sangat muda. Tapi jika ia ada kemauan untuk belajar, pasti bisa kok. Apalagi didampingi wanita yang berbakat. Papa yakin perusahaan tidak akan dibawa tenggelam. Lagipula, Papa tidak akan melepas sepenuhnya. Ada orang kepercayaan Papa yang akan membimbing dan mengawasi Vino.” Sekali ini Dewa melirik Amanda di sampingnya seraya membenahi bayi Devano yang sudah mulai t
443“Abang, emang nggak berat?” tanya Kirani sesaat setelah Vino menurunkan tubuhnya di sofa. Ia baru saja dari kamar mandi. Dan sejak kejadian jatuh itu, Vino selalu membopongnya setiap hendak ke kamar mandi.Kedua tangan Kirani masih melingkar manja di leher sang suami, hingga lelaki itu meminta dilepaskan dengan isyarat dagu. Awalnya Kirani tak mau melepaskan tangannya. Tentu saja untuk menggoda sang suami.“Ok,” ujar wanita itu akhirnya seraya melepaskan tangannya karena Vino menatapnya tanpa kedip seolah bersiap kembali menerkamnya. Mereka baru saja menyelesaikan satu ronde percintaan pagi ini. Masa iya mau mengulang lagi bahkan sebelum sarapan.Sungguh, mereka tidak menyangka jika pernikahan akan seindah ini. Tiga hari di hotel, hanya makan, tidur, dan bercinta. Begitu seterusnya selama tiga hari tanpa melakukan apa pun lagi.“Nggak berat, kan, aku?” ulang Kirani karena Vino belum menjawab pertanyaanya.“Nggak,” jawab Vino yang duduk di sampingnya. Tangannya meraih remote TV, m
442“Manis,” ujar Kirani seraya menarik wajahnya. Menjauhkan dari wajah lelaki di bawahnya. Semburat merah langsung menghiasi wajahnya. Ia ingin beranjak, tetapi tangannya ditahan.“Apanya yang manis?” tanya sang lelaki dengan tatapan lekat. Melihat wanita yang duduk di pangkuannya tersipu, adalah sesuatu yang membuatnya gemas. Padahal mereka sudah dua hari menikah. Tak terhitung sudah berapa kali melihat tubuh polos masing-masing. Tapi wanitanya selalu saja tersipu dan malu-malu.Tangan sang lelaki menarik lembut pinggang wanitanya agar kembali mendekat, kemudian berbisik di telinganya.“Apanya yang manis, hem?”Semburat merah tak henti-hentinya menghiasi wajah wanita yang pagi ini hanya memakai kemeja putih milik sang suami. Kemeja yang terlihat kebesaran di tubuh mungilnya, tetapi sangat seksi di mata sang suami.Cup.Sebuah kecupan singkat mendarat di bibir sang wanita.“Ini yang manis?”“Ish, Abang apaan, sih?” Tangan sang wanita mengibas di depan wajah merahnya.“Jadi, kamu baru
441Kirani mengerjap sebelum menoleh perlahan ke sisi kanannya di mana seorang lelaki tengah tertidur pulas dengan setengah tengkurap. Ditatapnya dengan seksama wajah yang walaupun terlihat lelah, tetapi senyum kebahagiaam dan kepuasan berpendar di sana. Tak terasa kedua sudut bibirnya tertarik ke samping. Ia ikut tersenyum melihat wajah sang lelaki yang penuh kepuasan.Pandangannya beralih perlahan menyusuri tangan kekar sang lelaki yang menumpang di atas tubuhnya. Dengan hati-hati, Kirani mengangkat tangan itu dan munurunkan dari atas tubuhnya, ia ingin ke kamar mandi. Rasa tidak nyaman di tubuh bagian bawah, membuatnya ingin ke kamar mandi.Namun, saat ia mencoba untuk bangkit, rasa tidak nyaman itu berubah perih yang membuatnya urung bangkit. Kirani menyibak selimut putih yang menutupi tubuhnya. Tapi gegas ia menutupnya lagi saat sadar jika tubuhnya masih polos.Wanita itu kembali merebahkan kepalanya. Matanya memejam, hingga semua yang terjadi semalam, terbayang dengan jelas. Die
441Vino duduk di tepi ranjang pengantin yang sudah dihias demikian rupa. Aroma mawar yang segar menguar dari kelopak-kelopak merah yang terhampar di atas kasur. Kedua tangan pemuda tersebut menopang tubuhnya di belakang punggung. Wajahnya menengadah dengan bibir terus menyunggingkan senyum.Terbayang bagaimana Kirani memeluknya sepanjang jalan tadi karena ketakutan. Triknya membuat wanita yang sudah disahkan tadi pagi berhasil. Ia tidak lagi melepaskan pelukan bahkan hingga mereka tiba di hotel.Padahal semua hanya akal-akalannya saja. Vino tahu jika gadis itu sebenarnya hanya pura-pura tidur, untuk menghindarinya.“Kena, kau!” gumamnya geli masih sambil tersenyum-senyum sebelum menyadari sesuatu.Vino menegakkan duduknya, kemudian menoleh dan memandang pintu kamar mandi di kamar hotel itu. Baru disadarinya jika Kirani sudah sangat lama berada di dalam sana. Terlalu asyik melamun, membuat Vino bahkan melupakan jika ia tengah menunggu wanita itu keluar.Sang pemuda berdiri, kemudian b
438“Dilihatin terus bininya. Nggak bakal aku ambil juga.” Sebuah sindiran disertai tepukan di pundak Vino membuat pemuda itu mengerjap dan menoleh. Hingga tampak olehnya Dewa yang tengah memiringkan bibir di sampingnya.“Abang manusia paling maruk dan munafik kalau sampai ngambil istriku juga.” Vino balas melemparkan sindiran pedas.“Sudah ditinggal nikah sama perempuan lain, eh masih mau diambil lagi? Ter-lan-jur.”“Ter-la-lu, kali ….”“Suka-suka akulah.” Setelah mengatakan itu, Vino langsung berjalan menyongsong mempelai wanitanya yang baru selesai berganti kostum.Ya, hari ini adalah hari yang telah ditentukan untuk menyatukan cintanya dengan Kirani. Hari yang akan Vino catat dalam buku besar hidupnya sebagai hari bersejarah di mana ia akhirnya melepas masa lajang dengan gadis yang sejak lama menarik perhatiannya.Hari ini adalah hari bahagia yang bukan saja untuknya dan Kirani, tetapi juga untuk kedua keluarga. Terbukti dari wajah-wajah keluarga inti yang berbinar dan berseri ba
438 “Hallo, jagoan. Tunggu, ya, nanti Om buatkan teman bermain yang lucu-lucu buat kamu.” Lontaran Vino yang tengah menggoda bayi laki-laki berumur dua bulan membuat ruangan yang baru saja dipakai acara lamaran menjadi hangat dan ceria. “Kamu mau teman bermain laki-laki atau perempuan? Atau dua-duanya?” tanya sang pemuda lagi seolah sedang bicara dengan orang dewasa. Semua orang yang berada di ruangan itu tersenyum melihatnya. Kecuali gadis berhijab yang memerah pipinya. “Apa? Dua-duanya? Ya, udah, nanti Om Vino ganteng bikinin dua-duanya sekaligus biar ramai, ya. Biar kamu banyak teman mainnya.” Sebuah toyoran pelan mendarat di kepala Vino pasca kalimat itu terucap dari bibirnya. Pemuda itu mendongak. Tapi tak lama kembali menghadapkan wajahnya ke arah bayi laki-laki yang juga menatapnya dengan bibir mungilnya bergerak-gerak lucu. Vino tak peduli walaupun Amanda baru saja menoyornya gemas. “Lihat, ibumu, Jagoan! Dia iri. Karena bapakmu cuma bisa bikin satu aja. Eh, tapi nanti b
437 Malvino berdiri menunduk di antara orang-orang berpakaian serba hitam. Hatinya tak urung teriris menyadari jika sahabat kecilnya kini sudah terbujur kaku di balik gundukan tanah merah yang sedang ia dan orang-orang itu kelilingi. Berkali-kali tetesan embun jatuh dari pelupuk matanya tanpa siapa pun tahu. Sebuah kacamata hitam menutupi kenyataan jika sejak awal datang ke sana, matanya sudah basah. Vino tidak pernah menyangka jika nasib Nada akan berakhir setragis ini. Ia harus meregang nyawa di tangan laki-laki yang sudah membuatnya berbadan dua, setelah sebelumnya bayi yang ia kandung juga harus keluar paksa. Vino menahan napas, membayangkan jika Nada harus mengirimnya pesan dengan menahan sakit yang teramat. Tuhan selalu punya rencana yang tak terduga. Di saat ia hampir saja menjadi kambing hitam atas meninggalnya Nada karena semua diarahkan padanya sebagai pembunuh, di saat itu seorang wanita datang ke apartemen Nada dan memergoki jika Nada tengah meregang nyawa di tangan su
436Vino tersenyum saat mengingat bagaimana reaksi Kirani tadi. Bola mata kecil gadis itu sampai nyaris loncat dari rongganya sebelum akhirnya menunduk dengan pipi merona.“Sudah Vino, jangan mengganggu Kirani. Mama hanya memintamu menyerahkan makanan. Sana tunggu di luar lagi.” Ucapan sang ibu membuyarkan kenikmatannya menatap wajah merah karena malu itu.“Jangan hiraukan dia, Kiran. Laki-laki memang begitu, tidak malu mengabarkan dirinya masih perjaka padahal kita tidak pernah bertanya.” Viola mengusap lengan Kirani yang masih menunduk.“Kenapa harus malu, Ma? Itu bukan aib, kan? Itu justru kebanggaan kami. Dan itu sangat penting diketahui wanita yang akan menikah dengan kami karena akan menjadi nilai plus—”“Sudah, sudah. Tidak perlu memaksa, berikan Kirani waktu untuk berpikir. Karena keputusan yang tepat akan didapat dengan berpikir jernih tanpa emosi. Kalau kamu terus menggodanya seperti ini, bisa-bisa ia memutuskan tidak lagi mempertimbangan kamu saat ini juga karena ketakutan