Suara Anisa yang meninggi membuat beberapa pengguna jalan yang melintas menoleh ke arah mereka, dan Bagas menjadi tidak nyaman karena hal itu.Ia naik kembali ke atas motornya dan meminta Anisa untuk melakukan hal yang sama agar mereka bisa pergi dari tempat itu karena tidak mau mereka menjadi pusat perhatian orang-orang yang melintasi jalan tersebut.Namun, Anisa yang ingin permintaannya dipenuhi tidak mau melakukan hal yang diperintahkan oleh Bagas. Ia tetap berdiri di tempatnya sambil menatap Bagas dengan tatapan mata serius."Penuhi dulu permintaan aku, baru aku naik ke atas motor kamu!" katanya dengan wajah yang terlihat sangat menuntut."Kamu mau naik atau tidak?" tanya Bagas seraya berusaha untuk menahan diri agar ia tidak melampiaskan kemarahannya lantaran ulah Anisa."Aku akan naik kalau kamu menanggapi apa yang aku katakan tadi!"Anisa masih keras kepala di hadapan Bagas hingga Bagas semakin kesal dibuatnya. "Terserah kamu, aku harus berangkat bekerja!"Bagas membawa motorn
"Ada perlu apa, ya?" tanya Clara setelah beberapa saat ia hanya menyimak percakapan antara Nina dengan Sean. Wajah Clara tidak terlalu antusias karena sekarang pikirannya sedang ke mana-mana.Sean menghela napas mendengar pertanyaan Clara, apalagi ia melihat wajah Clara yang seperti itu, tidak bersemangat sama sekali. Clara sepertinya sedang tidak baik, aku rasa aku tunda dulu saja apa yang ingin aku sampaikan padanya....Sean bicara di dalam hati, sambil mengusap wajahnya perlahan, hingga akhirnya...."Kau sakit?" Bukan yang ingin dibicarakan, tapi itu yang dilontarkan oleh Sean, membuat mata Nina membulat, seolah tidak percaya dengan apa yang ia dengar sekarang dari seorang Sean untuk Clara."Waaaah, tumben banget ini, Bang Sean bisa perhatian sama temanku, ada apa ini? Aku kok ketinggalan berita?" goda Nina, tapi godaan itu disambut pelototan mata Clara, tidak mau ada yang salah paham dengan apa yang diucapkan oleh Nina tadi.Nina hanya senyum-senyum ketika melihat Clara yang mem
"Apa? Serius? Kamu enggak salah orang?" tanya Nina tidak dapat menyembunyikan perasaan terkejutnya."Aku serius, aku sempat berinteraksi pula dengan Bagas, tapi seperti biasa, dia bersikap acuh padaku.""Terus, Anisa nya kamu lihat?""Aku tidak melihatnya. Tapi dalam rekaman cctv hotel, Anisa yang bersama dengan Bagas itu memang Anisa yang berpakaian syar'i. Anisa Mutiara namanya.""Sialan banget itu cowok! Padahal, Clara sudah senang, sikap Bagas belakangan ini sangat baik dan lembut padanya, ternyata laki-laki ini brengsek! Aku harus ngasih tau Clara!"Nina ingin meninggalkan Sean setelah ia mengucapkan kalimat tersebut pada Sean, tapi gerakannya terhenti saat Sean menangkap salah satu lengannya.Harusnya, saat Sean melakukan itu padanya, Nina merasa suka dan akan merasakan terbang melayang ke langit yang ketujuh, karena yang memegangnya saat ini adalah Sean sang idola.Namun, karena terlalu marah, Nina jadi mengabaikan hal itu, perasaan Clara adalah hal yang utama bagi Nina, hingga
Bagas bungkam. Ia hanya mengusap wajahnya dengan kasar mendengar apa yang dipertanyakan oleh Fauzi padanya, dan ini membuat Fauzi curiga, jangan-jangan apa yang ia dengar tadi memang benar. Bagas dan Anisa menginap di hotel yang sama!"Sob. Aku sahabatmu. Apapun yang sekarang mungkin sedang terjadi padamu, terbuka aja, siapa tahu aku punya jalan keluarnya."Suara Fauzi terdengar lagi, membuat kebimbangan Bagas semakin meraja. Anisa sudah bertindak terlalu jauh. Nina sampai tahu hal yang mereka lakukan, Bagas berpikir itu pasti dari Anisa. Sekarang, pikiran Bagas yang biasanya masih bisa ditenangkan oleh dirinya sendiri, jadi tidak tenang karena hal itu. Anisa pasti akan bertindak semakin jauh nantinya, begitu pikir Bagas."Sebenarnya, aku memang sedang terbelit situasi yang pelik."Bagas bicara setelah beberapa saat hanya diam."Perkara Anisa yang menekan kamu karena dia merasa sudah membantumu?""Ya.""Kau bukan orang yang mudah ditekan, bukan?""Untuk kali ini akan sangat sulit,
"Gas, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah kau dan Anisa sudah terlibat hubungan yang semakin jauh?" tanya Fauzi disaat Bagas hanya bisa menekap kepalanya seperti seseorang yang memiliki hutang milyaran rupiah."Aku khilaf...."Akhirnya, Bagas menanggapi juga pertanyaan yang diajukan oleh sahabatnya. "Khilaf?""Ya.""Khilaf dengan Anisa?" Fauzi semakin penasaran, dan Bagas kembali menghela napas panjang, sampai kemudian, mengalirlah cerita tentang apa yang sudah ia lakukan dengan Anisa belakangan ini."Astaghfirullah...."Setelah mendengar cerita singkat Bagas Fauzi hanya bisa mengucapkan istighfar sambil mengacak rambutnya pertanda ia juga merasa kacau mendengar apa yang sekarang ini dialami oleh Bagas."Aku khilaf, Fauzi bukan suka, aku tidak suka dengan Anisa!"Bagas berusaha untuk meyakinkan sahabatnya melihat Fauzi benar-benar shock mendengar kejujurannya tadi."Kau itu dirasuki setan apa, Gas?! Kurang apa Clara sama kamu? Bisa-bisanya kamu mengkhianati dia seperti itu!""Aku ti
"Aku bukannya tidak menghargai apa yang kamu lakukan padaku, Nisa. Aku sangat menghargainya, itu sebabnya aku ingin membayarmu, jadikan semua yang kau lakukan itu sebagai bisnis, tapi kau sendiri yang tidak mau dihargai, apa itu semua salahku?""Aku kan sudah bilang, aku tidak butuh uang kamu, aku butuh kamu! Aku mau dinikahi, Bagas, mau jadi istri kedua atau satu-satunya aku tidak peduli, apa susahnya?""Sulit karena aku tidak mencintaimu!""Aku tidak peduli! Mau kamu cinta atau tidak aku tidak peduli, karena perasaan cinta itu bisa datang dengan sendirinya, yang penting aku menyukaimu itu sudah cukup!" balas Anisa tidak mau kalah, hingga membuat Bagas mengepalkan telapak tangannya dengan erat mencoba menahan perasaannya yang dongkol setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Anisa tadi."Nisa. Sadarlah, pernikahan itu akan bahagia jika orang yang menjalankannya itu sama sama saling menyukai, bukan hanya sepihak saja, aku sudah bilang padamu, hubungan kita hanya sebatas teman saja tid
Mendengar teriakan itu diucapkan oleh Anisa, Bagas menghentikan langkahnya, dan ia berbalik lalu kembali mendekati perempuan berpakaian syar'i tersebut dengan wajah yang terlihat merah padam pertanda Bagas marah dengan apa yang diucapkan oleh Anisa tadi padanya."Kamu mau mengancam aku?" tanyanya dengan sorot mata penuh perasaan marah. "Ini bukan sekedar ancaman, tapi sebuah peringatan buat kamu!"Grep!Anisa terkejut ketika satu tangan Bagas mencengkram lehernya yang terbungkus kerudung yang dipakainya hingga ia mengernyit menahan sakit karena hal itu. "Akh! Sakit...."Perempuan itu mengeluh sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan Bagas tapi kekuatannya tidak sepadan dengan kekuatan yang dimiliki oleh Bagas."Aku bisa mencekik mu sampai mati kalau kamu berani main-main sama aku, Nisa!" ancam Bagas dengan nada suara yang pelan tapi terdengar dingin di telinga."Kamu gila!" kata Anisa dalam rasa sulitnya menarik napas ketika lehernya dicengkeram seperti itu oleh Bagas."Kamu yan
"Lupakan soal itu, aku dan Pak Christ tidak cocok."Bagas hanya menanggapi demikian perkataan sang ibu, lalu ia ingin melangkah meninggalkan ruang tamu untuk ke kamar tapi tetap saja ibunya mencegah."Tidak cocok kenapa? Anisa bilang-""Berhenti menyebut nama Anisa, Ma! Dia bukan siapa-siapa di dalam keluarga kita, tidak perlu terlalu dipuja-puja!" potong Bagas, dan itu membuat Berlina dan Bella saling pandang mendengar apa yang diucapkan oleh Bagas tadi."Kamu ini kenapa sih, Bagas? Mama enggak ngerti sama kamu, dulu kamu setuju sama Mama, bahwa Anisa itu wanita yang sempurna, pria yang jadi suaminya pasti akan sangat beruntung, tapi sekarang kenapa kamu jadi selalu sinis sama dia? Apa salah dia? Anisa itu sudah banyak bantu kita, lho!"Berlina akhirnya mengemukakan apa yang ia rasakan belakangan ini pada Bagas, tentang rasa herannya karena Bagas tidak lagi bersikap respect pada Anisa dan ucapannya itu disambung oleh Bella. "Benar! Aku rasa, kalau Kak Bagas menikah dengan Kak Anisa
"Aku tidak akan bercerai dengan Clara, Nisa, ingat itu!" kata Bagas dengan nada suara yang meninggi hingga Anisa menarik napas panjang.Sebenarnya, ia ingin sekali mengamuk seperti biasanya jika ia sedang kesal. Tapi karena sekarang ia sedang menjalankan misi, Anisa terpaksa menahan diri untuk tidak melakukan hal itu."Ya, aku tahu. Yang harus bercerai itu aku, sudahlah jangan marah, aku paling sedih kalau melihat kamu marah-marah.""Aku akan memberikan Clara hukuman kalau dia terbukti seperti yang kamu katakan!""Itu hak kamu, kamu suaminya."Bagas membuang napas kesal, ia berbalik dan melangkah keluar kamar tanpa peduli lagi Anisa menatapnya dengan senyuman penuh arti di bibir."Aku mau melihat, ketika nanti kamu tahu Clara tidur dengan Pak Christ, apa yang akan kamu lakukan pada Clara, Bagas...."Anisa bicara sendiri, sambil terus saja tersenyum penuh arti, seolah tidak sabar menantikan kabar dari Pak Christ bahwa ia sudah meniduri Clara yang berada di bawah pengaruh obat perangsan
Awalnya, Bagas tidak mau membiarkan Anisa membakar gairahnya. Namun lama kelamaan, Bagas terpancing juga hingga pada akhirnya hanya terdengar rintihan merasa nikmat Anisa di kamar itu ketika Bagas sudah aktif menyentuh dua dadanya bergantian. Mata Anisa terpejam merasakan sentuhan itu di dadanya, dalam sekejap kewanitaannya basah dan Anisa benar-benar ingin Bagas memberikannya kepuasan dengan milik laki-laki itu hingga ia merengek pada Bagas ingin dimasuki. "Kau hamil muda. Aku khawatir itu akan membuat kamu keguguran."Bagas menolak ketika Anisa memintanya untuk dimasuki."Pelan pelan aja, bisa, kan?" rengek Anisa dengan tatapan mata penuh birahi."Kau tidak terbiasa untuk perlahan, begitu juga aku, tidak. Aku tidak mau.""Tapi aku mau punya kamu, Gas.""Kamu bisa menyentuhnya dengan mulutmu, kan?""Terus, punyaku?"Mendengar apa yang diucapkan oleh Anisa, salah satu tangan Bagas yang tadi hanya fokus di dada Anisa turun ke bawah. Tangan itu menelisik ke bawah dan bermain di bagia
Melihat hal itu, perempuan paruh baya yang pernah bekerja di rumah Sean itu sudah paham lewat apa yang ia lihat pada sikap Sean ketika usai membantu Clara meminum obat untuk meredakan pengaruh obat perangsang di tubuh istri Bagas tersebut.Sean menganggap perempuan yang disebutnya teman itu penting, dan itu membuat sang mantan pelayan tersenyum.Ia melangkahkan kakinya mendekati posisi Sean yang terduduk begitu saja di lantai ketika ia mundur saat selesai membantu Clara meminum obat tradisional yang dibuat mantan pelayan di rumahnya tersebut."Sudah terminum, insya Allah pengaruhnya akan hilang perlahan-lahan tapi tidak secara keseluruhan," katanya pada Sean dan Sean mengerutkan keningnya.Ia mendongak dan perlahan sang mantan pelayan duduk di hadapan Sean, karena ia tidak nyaman dan merasa tidak sopan jika harus berdiri sementara Sean duduk di lantai kamar rumahnya seperti itu."Maksudnya, tidak keseluruhan itu, Bibi mau bilang dia masih di bawah pengaruh obat kemungkinan besar?" ta
Degup jantungnya mulai berpacu tidak beraturan, hingga Sean merasa kesulitan untuk menahan Clara maupun menahan dirinya sendiri untuk tidak terpancing gairah. "Bantu aku, rasanya panas sekali, ini sangat menyiksaku," celoteh Clara dengan tatapan mata sayu pada Sean dengan jarak wajah mereka yang sangat dekat hingga napas mereka menyapa wajah mereka satu sama lain.Sean menatap Clara yang saat itu setengah tidak sadar dengan siapa sekarang ia bersikap agresif. "Clara, kau tahu aku siapa? Aku bukan suamimu, jadi aku tidak bisa membantumu untuk melepaskan pengaruh obat perangsang itu."Sean bicara dengan suara perlahan disela deru napasnya yang memburu ketika Clara mendesaknya yang berusaha ingin menstater mobilnya untuk membawa Clara pergi.Namun, karena kesulitan untuk menahan Clara yang dibawah pengaruh obat perangsang, Sean tidak bisa melakukan niatnya yang ingin membawa Clara pergi lantaran ia khawatir tidak bisa menyetir dengan baik dalam situasi kondisi seperti itu.Mendengar ap
Ketika Pak Christ mulai menyentuh tepi tempat tidur untuk ikut naik ke atasnya di mana Clara di sana kesulitan untuk menahan diri agar tidak membuka pakaiannya lantaran pengaruh obat perangsang yang diminumnya, tiba-tiba saja....Brak!Pintu kamar dibuka dari luar dengan keras dan terdengar suara teriakan seseorang memanggil Pak Christ dengan sebutan papi hingga Pak Christ yang sudah membuka pakaian atasnya terkejut lalu ia berbalik dan wajahnya berubah melihat anak sulungnya, Carli bersama dengan pria yang pernah menggagalkan aksinya untuk menyentuh Clara dua kali menerobos masuk kamar dengan wajah yang juga sama terkejutnya seperti dirinya. Carli terlihat sangat marah melihat ayahnya yang buru-buru meraih pakaiannya yang teronggok di lantai lalu memakainya tergesa-gesa."Papi selingkuh dengan model ini?" tanya Carli sambil menunjuk Clara di mana saat itu Sean langsung mendekati sisi tempat tidur dan membenahi pakaian Clara agar perempuan itu tidak menanggalkan pakaiannya keseluruha
Sebenarnya, amarah Clara terpancing mendengar apa yang diucapkan oleh Anisa tadi padanya, tapi ia tidak mungkin melampiaskannya sekarang lantaran ia harus bisa merealisasikan apa yang ia niatkan agar persoalannya cepat selesai."Nisa. Apakah ada seorang perempuan suka dimadu? Apakah ada perempuan yang ikhlas pasangannya selingkuh? Meskipun poligami dibolehkan, tapi menurutku tidak ada yang suka diduakan."Wajah mencemooh Anisa berubah menjadi merah mendengar apa yang diucapkan oleh Clara. Perempuan itu memaki di dalam hati setelah tadi merasa puas sudah mampu membuat hati Clara menjadi sesak."Sudahlah, daripada membahas sesuatu yang tidak seharusnya kita bahas, aku ingin mengatakan niatku yang mengajakmu bicara."Suara Clara kembali terdengar hingga Anisa membuang napas."Bantu aku untuk bisa membuat Bagas mengabulkan permohonan cerai ku."Clara bicara lagi, dan Anisa memaki di dalam hati untuk yang kesekian kalinya ketika entah kenapa ia tidak suka mendengar perkataan yang diucapkan
Sean melakukan apa yang diminta oleh Carli, mengikuti mobil yang dimaksud oleh Carli dengan kecepatan yang tinggi. "Gue tuh curiga sama bokap gue belakangan ini, dia kayak selingkuh gitu!" Carli bicara sambil terus memperhatikan mobil yang ia minta Sean untuk mengikuti."Mobil itu mobil bokap lu?" tanya Sean sambil melirik ke arah Carli untuk sesaat sebelum kembali fokus menyetir."Iya."Sean manggut-manggut, pertanda ia sudah paham apa yang dirasakan oleh Carli sekarang. Carli kayaknya yakin kalau ayahnya selingkuh, apa jangan-jangan perempuan yang jadi selingkuhan ayahnya itu Anisa?Hati Sean bicara, menebak-nebak apa yang sebenarnya sudah terjadi dalam keluarga Carli."Apa lu punya bukti kalau bokap lu selingkuh?" tanyanya pada pria anak sulung Pak Christ tersebut sambil terus mengikuti mobil yang dikendarai oleh ayahnya."Gue belum dapat bukti yang kuat sih, tapi gue yakin ada yang aneh dilakukan bokap gue belakangan ini, dan gue yakin itu membuat nyokap gue pergi lama dari rum
"Clara bisa menuntut Bagas kalau sampai itu dilakukannya!" kata Sean tegas tapi Nina menggelengkan kepalanya perlahan seolah ucapan Sean itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan."Lalu bagaimana dengan karir Clara? Menuntut bisa, aku juga pernah mengatakan hal itu pada Clara, tapi kenyataannya, Clara tidak akan sanggup seluruh dunia tahu dia model seperti apa jika Bagas melakukan hal itu padanya!""Aku paham. Tapi, mau sampai kapan Clara bertahan dalam pernikahan yang seperti itu? Bagas akan sengaja menekan Clara dengan senjata yang ia miliki dan Clara akan semakin tersiksa.""Jadi, gimana? Apa yang harus dilakukan?""Memangnya, apa yang sudah diputuskan Clara sekarang?""Clara akan mencari video itu dan menghapusnya.""Itu sulit.""Benar, sampai sekarang pun, Clara tidak menemukannya."Sean terdiam sejenak. Wajah pria itu seperti sedang memikirkan sesuatu dengan keras hingga Nina sangat berharap, Sean mampu membantu Clara dengan cara apapun agar sahabatnya itu bisa terbebas dari bele
"Tidak. Aku tidak bisa.""Kenapa?" tanya Fauzi dengan wajah yang terlihat penasaran dengan alasan Bagas tentang ia yang tidak sanggup untuk menjadi suami yang baik untuk dua istrinya sekarang."Karena aku tidak mencintai Anisa, Zi. Aku hanya mencintai, Clara.""Faktanya, cinta saja tidak cukup untuk menyelesaikan semua masalah kamu, kan?""Ketika Anisa melahirkan, aku akan mengakhiri semuanya.""Gas, anak kamu akan menanggung perpisahan orang tuanya, itu tidak mudah. Kasihan dia. Lebih baik, kamu berusaha untuk membuat para istri kamu rukun, itu adalah jalan keluar terbaik."Bagas menghembuskan napas tidak yakin dengan apa yang diucapkan oleh Fauzi. Akan tetapi, untuk sekarang ia tidak bisa mengucapkan apapun lagi selain bungkam meskipun ia ingin sekali mendebat nasihat yang diucapkan oleh Fauzi, tapi Bagas sekarang sangat kacau hingga ia diam saja bergulat dengan pikirannya sendiri.Sementara itu, Nina yang sedang membantu Clara untuk merapikan penampilannya yang akan memulai pemotr