Ledakan yang sangat keras terjadi di atas rumah membuat rumah Anwar Cokro tempat mereka berada berguncang sangat keras.
Guncangan itu menyebabkan rumah tempat mereka berada seperti dilanda gempa besar beberapa benda yang ada di dalam rumah terjatuh dari tempatnya.
Setelah guncangan itu berhenti sama sekali Alena tersenyum dia mengipas badannya yang terkena debu bekas pecahan berapa barang.
Lain dengan Alena makhluk yang terikat dengan tali cahaya nampak ketakutan ketika mendengar suara ledakan keras yang terjadi.
Sementara Bagus yang jatuh terbanting ketika terjadi guncangan menjadi bingung melihat senyum pada bibir Alena.
"Kenapa tersenyum non?" tanya Bagus yang bingung melihat reaksi Alena.
"Tongkat yang menjadi senjata andalan pertapa pemberi kutukan sudah hancur berarti sekarang dia tidak mempunyai kekuatan lagi maka menghancurkannya menjadi sangat mudah,
DDrrrttttDddrrrttttAlena yang sedang duduk santai di teras rumah mengangkat telponnya yang berbunyi.Dia melihat layar hpnya mengintip siapa yang menelpon, terlihat di layar telponnya muncul nama Kapten Japar. Dia tersenyum karen tahu pasti kasus misterius sebab Japar salah satu polisi yang sering meminta bantuannya ketika penyelidikan mereka menemui jalan buntu."Hallo kapten..." Alena menyapa begitu mengangkat telponnya."Alena kamu dimana?, aku bisa minta bantuan lagi nggak" Kapten Japar langsung bertanya kepada Alena."Aku lagi di di rumah kapten, ada apa?" Alena balik bertanya."Bisakah kamu mampir sebentar ke pekuburan yang ada di komplek perumahan Astra Giri, ada kejadian aneh di sini," jawab Kapten Japar dari seberang."Baik Kapten aku akan kesana," jawab Alena sambil menutup telponnya."Ada apa non?"
Ketika Alena dan Bagus sampai di hotel kepunyaan Tante Santi mereka melihat kalau dari depan hotel itu terlihat seperti rimba belantara. Sementara ada bagian rimba itu yang menjadi bagian tengah hotel seperti sebuah istana.Keseluruhan bagian hotel itu di tutup kabut warna hitam sehingga sangat wajar kalau tamu tidak mau datang atau yang sudah datang ingin pindah karena merasa seperti berada di sebuah kuburan.Begitu masuk kedalam hotel Alena melihat tante Santi menunggu di lobi, dia di temani beberapa orang karyawan yang masih bertahan. Sementara tamu tidak ada satu orangpun yang ada."Beginilah keadaannya sekarang, sehingga membuat hotel ini merugi dari hari ke hari," Tante Santi menjelaskan keadaannya kepada Alena."Wajar tidak ada yang menginap tante yang pasti hotel ini ada yang menutupi. Entah orang yang iri pada tante atau memang ada kekuatan gaib yang menghuni tempat ini," jawab Alena mengata
Dengan cepat Alena menghantamkan sinar merah di tangan kirinya yang berbentuk tali kepada dua pengawal Dewi Mayat sementara tangan kanannya terus menghantam Dewi Mayat.Duuuaaarrrr!!!Ledakan keras terjadi memekakkan telinga, untung ruangan itu berupa ruangan yang kedap suara jadi ledakan keras tidak sampai terdengar keluar.Pengawal Dewi Mayat yang terkena hantaman Alena keduanya terjatuh dengan seluruh tubuhnya gosong dan mengepulkan asap.Sementara Dewi Mayat gontai berdirinya, setelah menyeimbangkan tubuhnya dia menghardik galak kepada Alena.Alena sendiri setelah suara ledakan terseret mundur berapa langkah namun tetap dalam posisi berdiri, melihat Dewi Mayat menjadi marah dia menyalurkan kembali kekuatan bercahaya merah pada kedua tangannya.Dewi Mayat yang amarahnya sudag memuncak langsung kembali menyerang Alena dengan bola-bola api yang keluar dari t
Suara ledakan keras menggelegar di tempat itu yang membuat semua orang menutup telinganya sebab suara itu terasa memekakkan telinga mereka.Bagus yang tadi mengalami benturan tenaga gaib nampak berdiri dengan gontai dia merasakan sebuah aliran energi itu sangat menekannya, namun belum sempat dia berdiri sempurna, sebuah serangan energi hitam muncul lagi mengincar dirinya.Kali ini Bagus tak punya pilihan lain, dengan cepat dia melipat gandakan kekuatan jin miliknya sebelum melepas pukulan yang mempunyai cahaya berwarna ungu dari tangannya, tepat bersama dengan melesatnya cahaya ungu yang di lepaskan oleh Bagus, dari belakang tubuhnya terlihat juga bergerak cepat sebuah sinar berwarna merah yang membantu pukulannya menghantam sinar hitam yabg datang.Booommm!Ledakan keras terjadi lagi, tubuh Bagus yang terjajar beberapa langkah kebelakang, namun segera berhenti karena tertahan oleh seseorang yang sudah berdiri di belakangnya."Non Alena...." Bagus
Amin yang sudah duduk bersila tersentak kaget, tiba-tiba timbul rasa kecut di hatinya muncul, dia menjadi kecut dan ingin kembali saja ke rumah.Namun dia terngiang kembali lagi perkataan dukun yang dia temui kemaren sore di rumah sang dukun."Ingat, sekali kamu masuk kamu tidak akan keluar, jika kamu sudah duduk bersila tidak boleh mundur lagi atau kamu akan mati oleh penghuni pohon beringin, jika kamu lulus mengadakan tapa semalaman maka kamu akan mampu mencapai apa yang kamu inginkan," Suara sang dukun terngiang membuat dia menjadi mantap, rasa takut yang masuk perlahan sirna oleh tekadnya yang kuat.Amin merupakan seorang kuli bangunan di daerah Maskarebet, dia di kenal sebagai laki-laki miskin sehingga dia selalu di hina oleh warga yang rata-rata kaya.Ditambah lagi di wilayah Maskarebet ini dia mencintai seorang gadis cantik yang bekerja pada perusahaan besar di Kota Palembang, namun Amin tidak
Alena segera mempercepat langkahnya mendekati jendela namun tidak mendapati orang di sana.Kemudian dia keluar dari kamar, di luar dia melihat seorang pemuda sedang berbicara dengan ibu bayi yang hilang.Nampaknya dia memberikan sejumlah uang kepada ibu itu dalam jumlah yang besar, Alena yang masih mengaktifkan kekuatan gaibnya melihat bayangan sosok lain di samping orang itu.Sementara badan pemuda itu seperti di selimuti kabut berwarna gelap yang menutupi dari kepala sampai ujung kaki.Alena berjalan melewati orang itu menuju luar rumah, semakin jelas dia melihat sosok gaib seram yang mendampingi pemuda itu."Siapa orang yang memberikan uang kepada ibu si bayi itu?" tanya Alena kepada warga yang berkumpul di luar."Ohhh itu nak Amin, dia termasuk orang terkaya baru yang ada di sini, beberapa waktu yang lalu dia menjalankan bisnis di Kota Palembang dan bisnisnya berhasil, sehingga dia bisa menjadi orang paling kaya di sini. Selain itu dia j
Tepat tengah malam di belakang rumahnya di atas lapangan berumput, Alena duduk bersila menghadap Risa.Di atas halaman rumput itu terdapat kembang tujuh rupa yang sudah di masukan kedalam wadah seperti baskom warna putih.Tak jauh dari tempat Alena melaksanakan ritual, pada bangku dari kayu duduk Bagus sambil senyum-senyum bersama dengan Tante Sinta yang tak bisa menyembunyikan ketegangan yang terlihat di mukanya.Alena yang melihat jam sudah tengah malam mendengar suara Risa yang bergetar merasa ketakutan."Aku takut, aku merasa ada sosok seram yang mendekatiku dari jauh," Risa dengan suara bergetar tiba-tiba berkata kepada Alena.Mendengar perkataan Risa, Alena tidak menjawab dia hanya memejamkan matanya, kemudian setelah matanya terbuka dengan cepat Alena menempelkan tangannya pada kepala Risa.Sinar merah keluar dari tangan Alena, sekitar lima belas menit
Mendengar teriakan keras itu semua orang yang tadi memukul Amin berhenti semua mereka melihat Amin sudah terkapar tak daya."Sekarang kita bakar rumahnya," laki-laki itu berkata dengan keras.Mendengar teriakan orang itu semua warga setelah mengikat tubuh Amin langsung berduyun-duyun menuju rumahnya.Tanpa dapat di cegah rumah besar yang baru saja selesai Amin bangun itu menjadi amukan si jago merah.Hanya makan waktu sekitar setengah jam rumah itu habis di lalap api dan hanya menyisakan puing-puingnya saja, masyarakat yang tadi beringas kini tersenyum puas.Satu jam kemudian polisi datang mengambil tubuh Amin yang sudah di penuhi darah mengering, dua hari kemudian kabar dari rumah sakit sampai. Amin yang menjadi korban amukan masa menjadi gila dan harus di pindah ke rumah sakit jiwa.********Malam hari udara malam bertamba
Alena yang sudah bersiaga, dengan cepat membungkus dirinya dengan sinar berwarna merah terang.Ketiga lawan melihat tubuh Alena terbungkus sinar merah terang sejenak terkesiap namun tetap nekat meneruskan serangannya.Ketika tubuh ketiga orang itu menghantam cahaya terang yang membungkus tubuh Alena dalam sekejap ketiga tubuh itu terbanting kebelakang."Sudah aku bilang kalian tidak ada apa-apa sebab kalian tidak lebih dari kacung, namun kalian masih nekad menyerangku," ejek Alena melihat ketiga orang itu terbanting.Mendengar ejekan Alena dengan cepat ketiga penyerang tanpa memperdulikan rasa sakit dari hantaman Alena segera bangkit dan kembali menyerang Alena.Namun kali ini Alena memakai Cahaya merah yang berbentuk tali namun pada ujung cahaya itu berbentuk lancip.Lawan yang menyerang Alena begitu tali cahaya tersebut bergerak segera berhamburan untuk men
"Mbak, gawat kenapa mbak?" tanya Alena di telpon."Warga mengamuk tanpa sebab, pasukan kewalahan menghadapinya kami sudah mendatangkan pasukan cadangan namun belum bisa menangani situasi," jelas Mbak Devi dengan napas yang memburu sama seperti Kapten Japar."Kalau begitu ada baiknya bawa mundur pasukan, dan adakan penjagaan di luar lokasi warga mengamuk, sambil selamatkan warga yang tidak mengamuk," jelas Alena lagi."Ini sedang kami upayakan, kamu di mana?" tanya Mbak Devi."Aku sedang menuju pusat kota, dimana lokasi warga mengamuk?" tanya Alena."Sekarang hampir di semua wilayah kota warga mengamuk, kita harus mencari solusinya," jawab Mbqk Devi."Baik mbak, aku menuju ke pusat kota membantu menangani wilayah itu," jawab Alena sambil mematikan hanphonenya.Dengan cepat Alena bersandar dikurdi penumpang mobil yang di kemudikan Bagus, se
Suara ledakan keras yang di timbulkan benda itu memekakkan telinga Alena dan Bagus.Dengan cepat Alena meloncat untuk berlindung, air yang tadi ada di dalam baskom membasahi tempat itu.Benda yang ada di dalam air itu meledak tidak meninggalkan sisa sedikitpun, seperti menguap di udara benda itu menghilang begitu saja.Alena yang keluar dari balik kursi karena berlindung menggelengkan kepalanya menyaksikan benda di hadapan mereka itu meledak tanpa sebab.Begitu dia bangkit dia melihat di pintu seperti ada kelebat orang berlari meninggalkan runah kediamannya.Dengan cepat Alena berlari menuju pintu dan mengejar ke arah bayangan orang tersebut hilang.Cukup lama Alena mengejarnya namun sampai di ujung lorong yang tak jaih dari rumahnya dia tidak menemukan orang yang dia kejar.Merasa kesal karena orang yang dia kejar tidak dapat di temukan,
Malam hari yang menyelimuti Kota Palembang membuat aktifitas siang hari yang semarak berganti dengan malam yang begitu berbeda.Alena yang sedang ada di kamar kaget mendengar teriakan Bagus dari luar, dengan cepat Alena buru-buru keluar kamar."Ada apa Bagus?" Tanya Alena dengan suara lembut."Ada orang yang datang non dia bilang utusan," Jawab Bagus.Alena melihat tangan kanan Bagus seperti mencengkram leher seseorang, orang itu terlihat sangat menderita karena leherbya tercekik tangan bagus."Lepaskan, orang itu bisa mati," Alena berkata kepada Bagus.Setelah tangan Bagus lepas dari lehernya terlihat pemuda itu dengan terburu-buru menarik napas untuk memenuhi paru-parunya dengan oksigen."Kawan sekarang kamu bisa mengatakan apa yang kamu bawa," Alena berkata lembut."Baaiik," Jawab Pemuda itu dengan tubuh gemetar.
Pagi-pagi sekali Bagus dan Alena sudah kelihatan duduk di teras depan, Alena sedang seksama mendengarkan penjelasan Bagus mengenai hasilnya dari hutan Purwosari.Ketika mereka sedang berbincang di teras rumah tiba-tiba dari arah gerbang terlihat satu sosok tubuh yang memencet bel berapa kali."Sepertinya ada tamu dari jauh, buka gerbang dan ajak tamu kita masuk," Alena berkata kepada Bagus.Mata Alena terbelalak melihat sosok setengah baya yang ada di belakang Bagus, di tangan sosok itu terlihat memegang sesuatu."Ada apa non?" tanya Bagus bingung melihat reaksi Alena ketika melihat tamu yang ada di belakangnya.Alena tak menghiraukan pertanyaan dari bagus, dia langsung berdiri dan membungkuk hormat terhadap tamu yang abru datang itu.Bagus yang bingung mengernyitkan keningnya melihat melihat reaksi yang di tunjukkan oleh Alena."Dewa Kur
Bersama dengan suara ledakan itu tersebut ikut juga meledak tubuh Bidadari Kuning yang membuat tubuh bidadari itu juga ikut lebur.Alena yang sudah menarik kekuatannya badannya langsung jatuh berlutut badannya bergetar menunjukkan dia menangis karena kematian sahabatnya itu.Bersamaan dengan itu juga samapi di tempat itu Bagus bersama dengan Adisaka."Dimana Bidadari Kuning?" tanya Adisaka."Dia sudah menebus semua kesalahannya," jawab Alena sambil menghapus air matanya."Itu bukan kesalahan kamu, Bidadari Kuning Sudah menerima akibat dari perbuatannya, lebih baik sekarang kamu tenangkan diri kamu dahulu sebab masalah ini belum akan selesai dengan matinya bidadari kuning," Adisaka mencoba menghibur Alena."Iya aku tahu, masih ada Raja Kegelapan yang harus di hancurkan," jawab Alena."Baiklah aku akan melaporkan ini pada paman, mungkin sek
"Ada apa?" tanya Adisaka kepada Alena yang mematikan telponnya."Nampaknya ada kejadian gawat di kantor polisi, kita harus menuju ke sana," jawab Alena tegang.Tanpa di minta Adisaka dan Bagus langsung mengikuti Alena.Sekitar lima belas menit kemudian mobil yang mereka kendarai sudah meluncur cepat di jalanan Kota Palembang menuju kantor polisi.Sampai di kantor polisi mereka semua membelalakkan matanya, mereka hampir tidak percaya melihat apa yang ada di depan mata.Kantor polisi berada dalam keadaan yang berantakan, berapa gedung hancur api masih terus membakar gedung sisa namun pemadam kebakaran belum datang."Apa yang terjadi?" tanya Alena dengan tegang."Ruang penyimpanan barang bukti meledak keras dan merambat ke gedung lain," jawab orang yang di tanya."Apakah mobil pemadam belum datang?" tanya Alena lagi."Kantor pemadam juga mengalami hal yang sama," jawab Orang itu yang kelihatan ingin buru-buru pergi dari san
Bagus memarkirkan mobil di tempat pertemuan dengan Adisaka, dari jauh dia melihat kakak sepupunya sedang duduk minum.Dengan tenang Alena bersama Bagus menghampiri Dewa Gerbang Timur duduk santai dan duduk di bangku yang ada di samping kakaknya itu."Sesuatu yang gawat seperti apa yang kakak katakan di telpon?" tanya Alena kepada Adisaka."Aku rasa kamu perlu membaca sendiri tulisan yang ada di batu ini," jawab Adisaka sambil mengeluarkan batu persegi panjang dari dalam tas yang dari tadi dia letakkan di sampingnya.Alena dengan hati-hati menerima batu itu dan membaca apa yang di tunjukkan oleh Kakaknya itu kepadanya.Ketika kami hadir.Kegelapan akan kembali meraja.Kami akan datang di tempat tertinggi.Tempat tertinggi dan bercahaya.Yang pendar cahayanya menerpa langit.Dari sana permula kehancuran di mulai.Darah persembahan akan meme
"Ratap Bidadari?" Tanya Alena bingung.Adisaka menatap Alena lebih dalam lagi melihat adik sepupunya tidak tahu apa yabg terjadi di atas langit tadi."Apakah kamu benar-benar lupa dengan Ratap Bidadari?" tanya Adisaka menyelidiki."Aku sedang mengingat apa sebenarnya Ratap Bidadari, namun sampai sekarang otakku buntu," jawab Alena."Ratap Bidadari merupakan tarian tantangan buat Dewa-Dewi di langit, adapun yang membawa tarian itu merupakan salah seorang bidadari yang tak lain kawan kamu yakni Bidadari Kuning atau Padmi," Jelas Dewa Gerbang Timur."Ternyata Padmi, aku tidak akan memaafkan dia yang sudah membuat aku terbuang ke dunia ini," Alena berkata sambil mengepalkan tangannya."Apakah ada petunjum yang mungkin di katakan seseorang yang kamu lupakan?" Tanya Adisaka kepada Alena."Petunjuk apa yang aku lupakan?" Tanya Alena bingung.