Akibat benturan pukulan itu keduanya terbanting ke belakang sejauh berapa meter, Alena menahan rasa sakit yang dia derita dengan cepat dia segera bangun.
Begitu dia berdiri di depannya Jenderal sudah bangkit berdiri juga dari jatuhnya.
Tanpa memberi kesempatan lagi Alena langsung menyerang dengan sinar warna putih yang keluar dari telapak tangannya.
Berapa kali pukulannya bisa di tepis oleh makhluk itu namun dalam berapa kali serangan salah satu serangan yang di lepaskan Alena bersarang telak di dada lawan.
Lawan yang terkena pukulan langsung terbanting menghantam pinggiran balkon bangunan itu.
Melihat lawan terkapar dengan cepat Alena menyerang dengan sinar merah panjang berbentuk tali yang langsung melilit tubuh Jenderal Satir.
Setelah tubuh lawan terlilit cahaya berwarna putih, Alena segera menyentak tangannya untuk menarik lawan namun lawan bertahan sekuat tenaga untuk bertahan.
Namun sekuat apapun lawan mencoba bertahan makin lama dia t
"Kemana kita?" tanya Bagus."Kita langsung pulang," jawab Alena yang masuk ke dalam mobilnya di kemudikan Bagus menuju rumah.Ketika Alena yang sedang santai di depan rumahnya menikmati pemandangan langit di temani segelas kopi, tiba-tiba handphonenya berbunyi."Ada apa Kapten?," Tanya Alena mengangkat telpon dari Kapten Japar."Ini sangat aneh, dari benda yang di temukan di lapangan tidak di temukan sidik jari, begitu juga dengan bekas kaki tim belum bisa mengidentifikasinya," Jawab Kapten Japar dari seberang.Mendengar penjelasan Kapten Japar yang tidak masuk akal Alena menarik napas panjang bingung dengan keadaan yang di hadapi.Dia juga sudah menyusuri kasus itu secara gaib, namun seperti ada kekuatan yang menutupi penglihatannya supaya tidak menembus ke kuatan gaib yang melibatkan kasus itu.Sewaktu menerawang kejadian itu tiba-tiba HP Alena berbunyi lagi, ketika selesai memyambut panggilan itu Alena menutup telpon.
Alena tidak menghiraukan apa yang di katakan Bagus, dia hanya menatap orang tua yang duduk di kursi belakang mobil."Paman Dewa Pengelana, aku yakin bukan kebetulan kalau paman menemui kami di sini!" Alena berseru kepada lelaki tua itu, Bagus yang mendengarnya hanya bingung."Hehehe.... Ternyata kamu cukup jeli juga," Orang tua itu berkata kepada Alena.Tubuh orang tua itu tiba-tiba di selubungi dengan kabut pekat, ketika kabut yang menyelubungi tubuhnya hilang di bangku mobil telah duduk satu sosok tampan dengan badan tinggi besar.Melihat lelaki tinggi besar itu Bagus yabg merupakan jelmaan Jin itu, langsung menginjak rem ingin bersujud kepada dewa itu."Jin, tak perlu kamu bersujud jalankan saja terus mobil ini," Tegur Dewa Pengembara kepada Bagus."Baik tuan dewa," Jawab Bagus yang terus menjalankan mobilnya."Paman, aku yakin pertemuan ini bukan kebetulan pasti ada sesuatu sehingga paman menemuiku," Alena berkata kep
"Baguss….?" Teriak Alena memecah pagi membuat Bagus yang sedang memperhatikan orang lewat menjadi kaget dan tersentak.“Ada apa?!” Tanya Bagus sambal menekan rasa kagetnya."Apakah mungkin mungkin kamu mengenal pelaku pembunuhan yang sedang kita hadapi ini?" tanyaAlena menatap tajam Bagus."Maksud Non siapa?" Bagus Balik bertanya karena bingung."Apakah kamu tidak melihat tanda-tanda pembunuhan yang di lakukan ini berikut dengan bukti yang didapat di lapangan, ini menunjukan musuh yang kita hadapi berasal dari alam kamu," Alena berkata dengan pandangan mata yang tidak di alihkan dari Bagus."Aku juga sudah menduganya ke sana namun yang membuat aku bingung bagaimana dia keluar dari alam kami kecuali....." Bagus nampak ragu meneruskan kata - katanya."Kecuali apa?" Cecar Alena."Kecuali ada dukun yang mengikat sumpah dengannya melalui darah, aku harus menyelidiki ini cara menghancurkannya hanya melalui orang y
Malam datang sangat cepat melingkupi Kota Palembang, setelah lepas magrib sebuah mobil meluncur santai menuju ke arah wilayah yang ada di luar kota Palembang bernama Sako Kenten.Begitu melewati wilayah Sako Kenten mereka keluar dari jalan besar sekarang memasuki jalanan yang berbatu. Berapa kali badan mereka terhempas bantingan mobil yang melewati jalanan berbatu itu."Masih lamakah tempat yang di tuju?" tanya Bagus kepada Kapten Japar memecah kesunyian."Berdasarkan informasi habis desa ini kita akan memasuki desa tempat dukun itu berada," jawab Japar dengan suara bergetar karena tegang.Jalanan yang mereka lewati belum tersentuh aspal, jalanan ini masih terbuat dari tanah yang di kasih kerikil sebagai pengerasan hal ini menunjukkan kalau mereka sudah jauh berada di luar kota Palembang.Laju mobil tidak bisa cepat, Bagus mengemudikan mobil deng
Alena menoleh kepada Bagus yang ada di belakangnya bersama dengan Japar. "Bagus bersiap membantu tapi jangan lupa Japar harus selalu di samping kamu," Alena berkata kepada Bagus "Iya, aku akan selalu siap membantu," jawab Bagus sambil menganggukan kepalanya matanya sekilas melirik Japar yang bingung. "Bagaimana kalau kita tidak selamat?" tanya Japarpenuh ketakutan. "Maka selamanya kita akan berkubur di dalam alam ini," jawab Bagus sambil menyeringai kepada Japar. Mendengar Jawaban Bagus membuat Japar semakin ketakutan, perlahan Makhluk tinggi besar berwarna hijau di hadapan mereka mulai bergerak. Melihat makhluk itu bergerak Japar semakin merasakan ketakutan dia makin mengkeretkan badannya di samping Bagus. "Hoooaaammm.... Aku mencium bau bidadari dan Jin yang membuat tidurku terganggu," makhluk itu bangkit dengan bad
Alena yang sedang santai tiba-tiba kaget begitu bagus dengan kekuatan jinnya tiba-tiba muncul di samping Alena dengan membawa kertas fotocopy yang sangat tebal."Apa yang kamu bawa?" tanya Alena yang kebingungan melihat tingkah Bagus."Ini kasus pemerkosaan yang menghebohkan di koran kemarin," jawab Bagus santai."Untuk apa? dan kamu dapat dari mana?" tanya Alena lagi dengan bingung."Tadi aku menemui Kapten Japar, aku bilang kamu menyuruhku bertanya mengenai kasus ini, makanya dia memberiku fotocopian mengenai kasus ini supaya di berikan kepada kamu," Jawab Bagus dengan enteng.Alena geleng-geleng melihat kelakuan yang Bagus tunjukkan."Dasar jin sontoloyo," Geram Alena melihat kelakuan Bagus.Namun gerakan tangannya yang ingin menjitak kepala Bagus dia hentikan karena melihat keseriusan Bagus meneliti halaman demi halaman tentang lapora
Melihat tangan besar itu muncul Alena segera meloncat mundur menjauh dari jangkauannya. Suara gemboran marah juga tidak dia perdulikan dia hanya menatap tajam menuju gerbang itu yang akhirnya hilang secara sempurna. Walaupun gerbang itu sudah hilang secara sempurna dari pandangan matanya namun Alena tetap berdiri di sana. "Kenapa kulitnya berbeda, suaranya juga berbeda sementara gerbang itu aku yakin merupakan gerbang kerajaan yang dia punya atau... ahhh sudahlah," batin Alena. Kemudian dia mengajak Bagus kembali ke mobil, melihat Alena hanya berdiam Bagus tidak bertanya apapun dia tahu kelakuan majika bidadarinya ini, dengan cepat Bagus langsung duduk di kursi sopir. "Kenapa bengong non?" tanya Bagus sambil mengemudikan mobil. "Tidak apa-apa aku hanya memikirkan gerbang sembilan langit," Jawab Alena singkat. "
Mendengar suara keras dari pintu Alena berjalan menuju pintu kamar dan mengintip di luar pintu.Kelihatan di pintu Bagus berdiri tegang sambil menendang-nendang pintu kamar tempat Alena berada."Ada apa malam-malam menggedor-gedor pintu kamar?" tanya Alena sambil melotot melihat kelakuan jin itu."Ada keanehan yang terjadi," Bagus menjawab dengan rasa tegang."Masak jadi jin penakut amat," Omel Alena kepada Bagus."Tapi non, ini benar-benar aneh," Jawab Bagus masih tegang"Temui aku di ruang tamu, tapi bikin kopi dulu," Jawab Alena santai sambil melangkah menuju ruang tamu.Bagus yang selesai membuat kopi berjalan terburu-buru menuju ruang tamu sambil tangannya menenteng kopi yang dia buat."Kenapa kau datang dengan raut muka tegang seperti itu?" Alena bertanya begitu Bagus datang meletakan gelas kopi di atas meja.
Alena yang sudah bersiaga, dengan cepat membungkus dirinya dengan sinar berwarna merah terang.Ketiga lawan melihat tubuh Alena terbungkus sinar merah terang sejenak terkesiap namun tetap nekat meneruskan serangannya.Ketika tubuh ketiga orang itu menghantam cahaya terang yang membungkus tubuh Alena dalam sekejap ketiga tubuh itu terbanting kebelakang."Sudah aku bilang kalian tidak ada apa-apa sebab kalian tidak lebih dari kacung, namun kalian masih nekad menyerangku," ejek Alena melihat ketiga orang itu terbanting.Mendengar ejekan Alena dengan cepat ketiga penyerang tanpa memperdulikan rasa sakit dari hantaman Alena segera bangkit dan kembali menyerang Alena.Namun kali ini Alena memakai Cahaya merah yang berbentuk tali namun pada ujung cahaya itu berbentuk lancip.Lawan yang menyerang Alena begitu tali cahaya tersebut bergerak segera berhamburan untuk men
"Mbak, gawat kenapa mbak?" tanya Alena di telpon."Warga mengamuk tanpa sebab, pasukan kewalahan menghadapinya kami sudah mendatangkan pasukan cadangan namun belum bisa menangani situasi," jelas Mbak Devi dengan napas yang memburu sama seperti Kapten Japar."Kalau begitu ada baiknya bawa mundur pasukan, dan adakan penjagaan di luar lokasi warga mengamuk, sambil selamatkan warga yang tidak mengamuk," jelas Alena lagi."Ini sedang kami upayakan, kamu di mana?" tanya Mbak Devi."Aku sedang menuju pusat kota, dimana lokasi warga mengamuk?" tanya Alena."Sekarang hampir di semua wilayah kota warga mengamuk, kita harus mencari solusinya," jawab Mbqk Devi."Baik mbak, aku menuju ke pusat kota membantu menangani wilayah itu," jawab Alena sambil mematikan hanphonenya.Dengan cepat Alena bersandar dikurdi penumpang mobil yang di kemudikan Bagus, se
Suara ledakan keras yang di timbulkan benda itu memekakkan telinga Alena dan Bagus.Dengan cepat Alena meloncat untuk berlindung, air yang tadi ada di dalam baskom membasahi tempat itu.Benda yang ada di dalam air itu meledak tidak meninggalkan sisa sedikitpun, seperti menguap di udara benda itu menghilang begitu saja.Alena yang keluar dari balik kursi karena berlindung menggelengkan kepalanya menyaksikan benda di hadapan mereka itu meledak tanpa sebab.Begitu dia bangkit dia melihat di pintu seperti ada kelebat orang berlari meninggalkan runah kediamannya.Dengan cepat Alena berlari menuju pintu dan mengejar ke arah bayangan orang tersebut hilang.Cukup lama Alena mengejarnya namun sampai di ujung lorong yang tak jaih dari rumahnya dia tidak menemukan orang yang dia kejar.Merasa kesal karena orang yang dia kejar tidak dapat di temukan,
Malam hari yang menyelimuti Kota Palembang membuat aktifitas siang hari yang semarak berganti dengan malam yang begitu berbeda.Alena yang sedang ada di kamar kaget mendengar teriakan Bagus dari luar, dengan cepat Alena buru-buru keluar kamar."Ada apa Bagus?" Tanya Alena dengan suara lembut."Ada orang yang datang non dia bilang utusan," Jawab Bagus.Alena melihat tangan kanan Bagus seperti mencengkram leher seseorang, orang itu terlihat sangat menderita karena leherbya tercekik tangan bagus."Lepaskan, orang itu bisa mati," Alena berkata kepada Bagus.Setelah tangan Bagus lepas dari lehernya terlihat pemuda itu dengan terburu-buru menarik napas untuk memenuhi paru-parunya dengan oksigen."Kawan sekarang kamu bisa mengatakan apa yang kamu bawa," Alena berkata lembut."Baaiik," Jawab Pemuda itu dengan tubuh gemetar.
Pagi-pagi sekali Bagus dan Alena sudah kelihatan duduk di teras depan, Alena sedang seksama mendengarkan penjelasan Bagus mengenai hasilnya dari hutan Purwosari.Ketika mereka sedang berbincang di teras rumah tiba-tiba dari arah gerbang terlihat satu sosok tubuh yang memencet bel berapa kali."Sepertinya ada tamu dari jauh, buka gerbang dan ajak tamu kita masuk," Alena berkata kepada Bagus.Mata Alena terbelalak melihat sosok setengah baya yang ada di belakang Bagus, di tangan sosok itu terlihat memegang sesuatu."Ada apa non?" tanya Bagus bingung melihat reaksi Alena ketika melihat tamu yang ada di belakangnya.Alena tak menghiraukan pertanyaan dari bagus, dia langsung berdiri dan membungkuk hormat terhadap tamu yang abru datang itu.Bagus yang bingung mengernyitkan keningnya melihat melihat reaksi yang di tunjukkan oleh Alena."Dewa Kur
Bersama dengan suara ledakan itu tersebut ikut juga meledak tubuh Bidadari Kuning yang membuat tubuh bidadari itu juga ikut lebur.Alena yang sudah menarik kekuatannya badannya langsung jatuh berlutut badannya bergetar menunjukkan dia menangis karena kematian sahabatnya itu.Bersamaan dengan itu juga samapi di tempat itu Bagus bersama dengan Adisaka."Dimana Bidadari Kuning?" tanya Adisaka."Dia sudah menebus semua kesalahannya," jawab Alena sambil menghapus air matanya."Itu bukan kesalahan kamu, Bidadari Kuning Sudah menerima akibat dari perbuatannya, lebih baik sekarang kamu tenangkan diri kamu dahulu sebab masalah ini belum akan selesai dengan matinya bidadari kuning," Adisaka mencoba menghibur Alena."Iya aku tahu, masih ada Raja Kegelapan yang harus di hancurkan," jawab Alena."Baiklah aku akan melaporkan ini pada paman, mungkin sek
"Ada apa?" tanya Adisaka kepada Alena yang mematikan telponnya."Nampaknya ada kejadian gawat di kantor polisi, kita harus menuju ke sana," jawab Alena tegang.Tanpa di minta Adisaka dan Bagus langsung mengikuti Alena.Sekitar lima belas menit kemudian mobil yang mereka kendarai sudah meluncur cepat di jalanan Kota Palembang menuju kantor polisi.Sampai di kantor polisi mereka semua membelalakkan matanya, mereka hampir tidak percaya melihat apa yang ada di depan mata.Kantor polisi berada dalam keadaan yang berantakan, berapa gedung hancur api masih terus membakar gedung sisa namun pemadam kebakaran belum datang."Apa yang terjadi?" tanya Alena dengan tegang."Ruang penyimpanan barang bukti meledak keras dan merambat ke gedung lain," jawab orang yang di tanya."Apakah mobil pemadam belum datang?" tanya Alena lagi."Kantor pemadam juga mengalami hal yang sama," jawab Orang itu yang kelihatan ingin buru-buru pergi dari san
Bagus memarkirkan mobil di tempat pertemuan dengan Adisaka, dari jauh dia melihat kakak sepupunya sedang duduk minum.Dengan tenang Alena bersama Bagus menghampiri Dewa Gerbang Timur duduk santai dan duduk di bangku yang ada di samping kakaknya itu."Sesuatu yang gawat seperti apa yang kakak katakan di telpon?" tanya Alena kepada Adisaka."Aku rasa kamu perlu membaca sendiri tulisan yang ada di batu ini," jawab Adisaka sambil mengeluarkan batu persegi panjang dari dalam tas yang dari tadi dia letakkan di sampingnya.Alena dengan hati-hati menerima batu itu dan membaca apa yang di tunjukkan oleh Kakaknya itu kepadanya.Ketika kami hadir.Kegelapan akan kembali meraja.Kami akan datang di tempat tertinggi.Tempat tertinggi dan bercahaya.Yang pendar cahayanya menerpa langit.Dari sana permula kehancuran di mulai.Darah persembahan akan meme
"Ratap Bidadari?" Tanya Alena bingung.Adisaka menatap Alena lebih dalam lagi melihat adik sepupunya tidak tahu apa yabg terjadi di atas langit tadi."Apakah kamu benar-benar lupa dengan Ratap Bidadari?" tanya Adisaka menyelidiki."Aku sedang mengingat apa sebenarnya Ratap Bidadari, namun sampai sekarang otakku buntu," jawab Alena."Ratap Bidadari merupakan tarian tantangan buat Dewa-Dewi di langit, adapun yang membawa tarian itu merupakan salah seorang bidadari yang tak lain kawan kamu yakni Bidadari Kuning atau Padmi," Jelas Dewa Gerbang Timur."Ternyata Padmi, aku tidak akan memaafkan dia yang sudah membuat aku terbuang ke dunia ini," Alena berkata sambil mengepalkan tangannya."Apakah ada petunjum yang mungkin di katakan seseorang yang kamu lupakan?" Tanya Adisaka kepada Alena."Petunjuk apa yang aku lupakan?" Tanya Alena bingung.