Mendengar suara keras dari pintu Alena berjalan menuju pintu kamar dan mengintip di luar pintu.
Kelihatan di pintu Bagus berdiri tegang sambil menendang-nendang pintu kamar tempat Alena berada.
"Ada apa malam-malam menggedor-gedor pintu kamar?" tanya Alena sambil melotot melihat kelakuan jin itu.
"Ada keanehan yang terjadi," Bagus menjawab dengan rasa tegang.
"Masak jadi jin penakut amat," Omel Alena kepada Bagus.
"Tapi non, ini benar-benar aneh," Jawab Bagus masih tegang
"Temui aku di ruang tamu, tapi bikin kopi dulu," Jawab Alena santai sambil melangkah menuju ruang tamu.
Bagus yang selesai membuat kopi berjalan terburu-buru menuju ruang tamu sambil tangannya menenteng kopi yang dia buat.
"Kenapa kau datang dengan raut muka tegang seperti itu?" Alena bertanya begitu Bagus datang meletakan gelas kopi di atas meja.
Mendengar bentakan menggelegar itu Alena langsung melompat mundur bersiaga. Di hadapan Alena kini berdiri makhluk tinggi besar wajahnya sama persis dengan Raja Negeri GendingSelaka namun yang berbeda hanya pada kulitnya.Jika warna kulit Raja Negeri Gending Selaka berwarna kuning namun sosok yang berdiri di hadapan Alena sekarang ini berwarna putih agak pucat.Melihat sosok di depannya Alena tersenyum menyeringai namun tatapan matanya tetap tajam mengarah ke sosok di hadapannya."Buyut Cendana walaupun kamu sudah dinkurung penjara sekian lama namun kamu belum juga sadar, seharusnya dewa yang dulu menangkapmu langsung membunuhmu atau menyeret kamu ke penjarah dewa bukan di kembalikan ke Negeri Gending Selaka," Alena berkata santai kepada Makhluk itu."Hahaha.... Dewa yang dahulu mengalahkanku itu karena keberuntungan, walaupun kamu berasal dari alam dewa jangan harap bisa mengalahkanku s
"Apakah non bidadari yakin dengan apa yang non lihat?" tanya Bagus Kepada Alena ketika sore hari Alena menceritakan yang dia lihat kepada Bagus."Aku sangat yakin dan sudah dua kali aku merasakan energi yang tersimpan di badannya, energi yang dia miliki adalah energi bidadari namun aku belum terlalu yakin sebab kekuatanku tidak bisa menembusnya," jawab Alena dengan serius."Apakah kamu menyadari sesuatu yang lain dari dalam tubuhnya?" Alena bertanya lagi kepada Bagus."Waduh non kalau dia mempunyai kekuatan bidadari sangat tidak mungkin kekuatan alam jin bisa menjangkaunya," Jawab Bagus sambil celingukan menggaruk kepalanya."Kalau begitu kita harus menyusun rencana supaya pemilik kekuatan bidadari itu bisa muncul" Alena berkata untuk kepada Bagus."Tapi bagaimana caranya non," Bagus balik bertanya dengan bingung."Nanti pasti ada jalannya" Jawab Alena penuh
Sekelebat bayangan putih keluar dari dalam danau itu dengan mata merah nampaknya Arwah yang menunggu danau itu seperti seorang perempuan.Begitu melesat ke atas danau dan posisi tubuhnya mengambang di atas air, Arwah itu langsung terbang dengan ganas menerjang Alena.Alena yang sudah maklum akan hal itu segera mengibaskan tangannya yang sudah berisi kekuatan berbentuk cambuk.Ctasss....Suara kekuatan Alena membentur udara membuat makhluk putih yang menyerangnya merasa terintimidasi.Setelah gema suara tersebut hilang di udara arwah itu tetap meneruskan terjangannya.Namun sebelum dia sampai ke dekat Alena kembali kekuatan berbentuk cambuk di tangan Alena membelit kaki makhluk itu.Begitu cambuk dari kekuatan di tangan Alena sudah membelit kaki makhluk itu, Alena langsung menyentak tangannya yang membuat makhluk itu terjatuh di depan kaki
Alena yang melihat tatapan mata Bagus dan Sutarjo tertuju kepadanya menjadi serba salah apalagi ketika memperhatikan pandangan mereka di sana seakan meminta penjelasan maksud dari perkataan Alena."Sebelum aku menjawabnya aku mau bertanya kepada Sutarjo selain guci yang dipajang di sini apakah ada guci lain yang di simpan di sini?" Alena bertanya sambil menatap kepada Sutarjo."Aku juga tidak tahu namun ada sebuah brankas kuno yang aku pindahkan ke sini dari rumah, brankas ini merupakan warisan turun temurun dari kakek buyut kami namun selama brankas ini diwariskan kepadaku aku sama sekali tidak pernah membukanya jadi aku tidak tahu apa isinya," jelas Sutarjo dengan polos."Apakah boleh kami membukanya?" tanya Alena kepada Sutarjo."Tidak masalah silakan di buka,"Sutarjo berkata sambil menuju ke pojokan ruangan, tangannya menyentuh sebuah tombol di sana begitu tombol itu di buka
"Siapa kira-ira yang menguntit kita kemarin?" Bagus bertanya kepada Alena saat mereka sedang sarapan."Aku juga belum tahu namun setiap melihat wajah orangnya aku seperti merasa sangat mengenalnya tapi belum dapat aku ketahui siapa wanita itu," jawab Alena sambil terus menikmati sarapannya."Apakah tidak ada kemungkinan kalau orang itu merupakan seorang yang non bidadari kenal?" tanya Bagus lagi."Aku juga belum bisa memastikannya walaupun kemungkinan itu selalu ada, karena sepanjang yang aku rasakan orang itu mempunyai kekuatan Bidadari tapi aku belum bisa memastikan siapa dia" Jelas Alena kepada Bagus.Mereka berdua cukup lama terdiam mengurai misteri yang selama ini menggelayuti mereka entah rahasia apa yang menanti mereka kedepannya.Ketika mereka sedang duduk menikmati sarapan tiba-tiba tanah yang mereka pijak bergetar hebat seakan mau merobohkan apa saja yang ada di atas du
Mobil yang di kemudikan Alena sudah memasuki halaman hotel tempat perempuan yang dia ikuti tempo hari.Begitu mobilnya sudah terparkir di depan hotel itu hatinya terus berdebar-debar dia sandarkan dulu badannya di kursi mobil untuk menenangkan pikiran.Setelah mereguk air putih yang tadi dia beli di jalan dan menarik napas panjang berulang kali dia baru merasakan perasaan hatinya sudah sedikit lega kemudian baru Alena memberanikan diri melangkah ke lobi hotel.Alena melangkah dengan pikiran yang tak karuan berbagai pikiran menggelayut di benaknya setelah hampir sampai di lobbi hotel dia kembali merasa ragu.Namum demi mengetahui kebenaran siapa wanita yang selalu menguntit perjalanannya akhirnya dia mencoba kembali menguatkan hatinya."Permisi," Alena menyapa resepsionis hotel itu. "Maaf apakah tamu yang menginap di kamar 502 masih menginap di sini?" tanya Alena lagi.&nbs
Alena menatap ibunya yang memandangnya dengan pandangan serius, pandangan ibunya berulang kali di alihkan ke arah Sungai Musi yang mengalir membelah kota Palembang melewati samping tempat mereka duduk sekarang."Kamu ikut ibu berjalan-jalan di samping Sungai Musi!" Ibunya berkata sambil beranjak dari duduknya.Mereka berdua berjalan menyusuri tepian Sungai Musi yang merupakan satu-satunya sungai yang membela kota Palembang."Alena kamu tahu kenapankamu di turunkan di sini dalam menjalankan misimu mencari pedang kuasa dewa yang hilang?" Tanya Bidadari Atas Angin kepada Alena ketika mereka berjalan menyusuri tepian sungai."Tidak tahu ibu, aku tahunya ini kehendak dewa tertinggi," Jawab Alena dengan polos.Ibunya yang mendengar jawaban yang di berikan Alena menatap putrinyandengan tatapan matanya yang bening."Benar turunnya kamu ke sini karena kehendak Dewa Te
Pagi hari semua media memuat berita tentang kematian mendadak penduduk di berapa wilayah yang ada di Palembang.Dari pagi sampai malam berita televisi mengabarkan tentang kematian penduduk itu, Alena yang dari tadi memantau berita dari semua saluran televisi menjadi melamun menonton berita tersebut."Apa yang non lamunkan?" Bagus yang tiba-tiba muncul langsung bertanya melihat Alena merenung mendengar berita tersebut."Ohhh... tidak hanya merenung melihat kejadian yang di beritakan di TV, kenapa aku merasa ada sesuatu yang aneh dengan kejadian ini," Ujar Alena kepada Bagus."Aneh bagaimana non?" Bagus Bertanya lagi."Coba kamu perhatikan setiap korban yang di tayangkan di TV ada satu kesamaan dari korban itu yakni bagian lehernya," Jelas Alena kepada Bagus."Benar aku melihat ada kesamaan kejadian yang menimpa warga Palembang kali ini dengan wabah maut hitam
Alena yang sudah bersiaga, dengan cepat membungkus dirinya dengan sinar berwarna merah terang.Ketiga lawan melihat tubuh Alena terbungkus sinar merah terang sejenak terkesiap namun tetap nekat meneruskan serangannya.Ketika tubuh ketiga orang itu menghantam cahaya terang yang membungkus tubuh Alena dalam sekejap ketiga tubuh itu terbanting kebelakang."Sudah aku bilang kalian tidak ada apa-apa sebab kalian tidak lebih dari kacung, namun kalian masih nekad menyerangku," ejek Alena melihat ketiga orang itu terbanting.Mendengar ejekan Alena dengan cepat ketiga penyerang tanpa memperdulikan rasa sakit dari hantaman Alena segera bangkit dan kembali menyerang Alena.Namun kali ini Alena memakai Cahaya merah yang berbentuk tali namun pada ujung cahaya itu berbentuk lancip.Lawan yang menyerang Alena begitu tali cahaya tersebut bergerak segera berhamburan untuk men
"Mbak, gawat kenapa mbak?" tanya Alena di telpon."Warga mengamuk tanpa sebab, pasukan kewalahan menghadapinya kami sudah mendatangkan pasukan cadangan namun belum bisa menangani situasi," jelas Mbak Devi dengan napas yang memburu sama seperti Kapten Japar."Kalau begitu ada baiknya bawa mundur pasukan, dan adakan penjagaan di luar lokasi warga mengamuk, sambil selamatkan warga yang tidak mengamuk," jelas Alena lagi."Ini sedang kami upayakan, kamu di mana?" tanya Mbak Devi."Aku sedang menuju pusat kota, dimana lokasi warga mengamuk?" tanya Alena."Sekarang hampir di semua wilayah kota warga mengamuk, kita harus mencari solusinya," jawab Mbqk Devi."Baik mbak, aku menuju ke pusat kota membantu menangani wilayah itu," jawab Alena sambil mematikan hanphonenya.Dengan cepat Alena bersandar dikurdi penumpang mobil yang di kemudikan Bagus, se
Suara ledakan keras yang di timbulkan benda itu memekakkan telinga Alena dan Bagus.Dengan cepat Alena meloncat untuk berlindung, air yang tadi ada di dalam baskom membasahi tempat itu.Benda yang ada di dalam air itu meledak tidak meninggalkan sisa sedikitpun, seperti menguap di udara benda itu menghilang begitu saja.Alena yang keluar dari balik kursi karena berlindung menggelengkan kepalanya menyaksikan benda di hadapan mereka itu meledak tanpa sebab.Begitu dia bangkit dia melihat di pintu seperti ada kelebat orang berlari meninggalkan runah kediamannya.Dengan cepat Alena berlari menuju pintu dan mengejar ke arah bayangan orang tersebut hilang.Cukup lama Alena mengejarnya namun sampai di ujung lorong yang tak jaih dari rumahnya dia tidak menemukan orang yang dia kejar.Merasa kesal karena orang yang dia kejar tidak dapat di temukan,
Malam hari yang menyelimuti Kota Palembang membuat aktifitas siang hari yang semarak berganti dengan malam yang begitu berbeda.Alena yang sedang ada di kamar kaget mendengar teriakan Bagus dari luar, dengan cepat Alena buru-buru keluar kamar."Ada apa Bagus?" Tanya Alena dengan suara lembut."Ada orang yang datang non dia bilang utusan," Jawab Bagus.Alena melihat tangan kanan Bagus seperti mencengkram leher seseorang, orang itu terlihat sangat menderita karena leherbya tercekik tangan bagus."Lepaskan, orang itu bisa mati," Alena berkata kepada Bagus.Setelah tangan Bagus lepas dari lehernya terlihat pemuda itu dengan terburu-buru menarik napas untuk memenuhi paru-parunya dengan oksigen."Kawan sekarang kamu bisa mengatakan apa yang kamu bawa," Alena berkata lembut."Baaiik," Jawab Pemuda itu dengan tubuh gemetar.
Pagi-pagi sekali Bagus dan Alena sudah kelihatan duduk di teras depan, Alena sedang seksama mendengarkan penjelasan Bagus mengenai hasilnya dari hutan Purwosari.Ketika mereka sedang berbincang di teras rumah tiba-tiba dari arah gerbang terlihat satu sosok tubuh yang memencet bel berapa kali."Sepertinya ada tamu dari jauh, buka gerbang dan ajak tamu kita masuk," Alena berkata kepada Bagus.Mata Alena terbelalak melihat sosok setengah baya yang ada di belakang Bagus, di tangan sosok itu terlihat memegang sesuatu."Ada apa non?" tanya Bagus bingung melihat reaksi Alena ketika melihat tamu yang ada di belakangnya.Alena tak menghiraukan pertanyaan dari bagus, dia langsung berdiri dan membungkuk hormat terhadap tamu yang abru datang itu.Bagus yang bingung mengernyitkan keningnya melihat melihat reaksi yang di tunjukkan oleh Alena."Dewa Kur
Bersama dengan suara ledakan itu tersebut ikut juga meledak tubuh Bidadari Kuning yang membuat tubuh bidadari itu juga ikut lebur.Alena yang sudah menarik kekuatannya badannya langsung jatuh berlutut badannya bergetar menunjukkan dia menangis karena kematian sahabatnya itu.Bersamaan dengan itu juga samapi di tempat itu Bagus bersama dengan Adisaka."Dimana Bidadari Kuning?" tanya Adisaka."Dia sudah menebus semua kesalahannya," jawab Alena sambil menghapus air matanya."Itu bukan kesalahan kamu, Bidadari Kuning Sudah menerima akibat dari perbuatannya, lebih baik sekarang kamu tenangkan diri kamu dahulu sebab masalah ini belum akan selesai dengan matinya bidadari kuning," Adisaka mencoba menghibur Alena."Iya aku tahu, masih ada Raja Kegelapan yang harus di hancurkan," jawab Alena."Baiklah aku akan melaporkan ini pada paman, mungkin sek
"Ada apa?" tanya Adisaka kepada Alena yang mematikan telponnya."Nampaknya ada kejadian gawat di kantor polisi, kita harus menuju ke sana," jawab Alena tegang.Tanpa di minta Adisaka dan Bagus langsung mengikuti Alena.Sekitar lima belas menit kemudian mobil yang mereka kendarai sudah meluncur cepat di jalanan Kota Palembang menuju kantor polisi.Sampai di kantor polisi mereka semua membelalakkan matanya, mereka hampir tidak percaya melihat apa yang ada di depan mata.Kantor polisi berada dalam keadaan yang berantakan, berapa gedung hancur api masih terus membakar gedung sisa namun pemadam kebakaran belum datang."Apa yang terjadi?" tanya Alena dengan tegang."Ruang penyimpanan barang bukti meledak keras dan merambat ke gedung lain," jawab orang yang di tanya."Apakah mobil pemadam belum datang?" tanya Alena lagi."Kantor pemadam juga mengalami hal yang sama," jawab Orang itu yang kelihatan ingin buru-buru pergi dari san
Bagus memarkirkan mobil di tempat pertemuan dengan Adisaka, dari jauh dia melihat kakak sepupunya sedang duduk minum.Dengan tenang Alena bersama Bagus menghampiri Dewa Gerbang Timur duduk santai dan duduk di bangku yang ada di samping kakaknya itu."Sesuatu yang gawat seperti apa yang kakak katakan di telpon?" tanya Alena kepada Adisaka."Aku rasa kamu perlu membaca sendiri tulisan yang ada di batu ini," jawab Adisaka sambil mengeluarkan batu persegi panjang dari dalam tas yang dari tadi dia letakkan di sampingnya.Alena dengan hati-hati menerima batu itu dan membaca apa yang di tunjukkan oleh Kakaknya itu kepadanya.Ketika kami hadir.Kegelapan akan kembali meraja.Kami akan datang di tempat tertinggi.Tempat tertinggi dan bercahaya.Yang pendar cahayanya menerpa langit.Dari sana permula kehancuran di mulai.Darah persembahan akan meme
"Ratap Bidadari?" Tanya Alena bingung.Adisaka menatap Alena lebih dalam lagi melihat adik sepupunya tidak tahu apa yabg terjadi di atas langit tadi."Apakah kamu benar-benar lupa dengan Ratap Bidadari?" tanya Adisaka menyelidiki."Aku sedang mengingat apa sebenarnya Ratap Bidadari, namun sampai sekarang otakku buntu," jawab Alena."Ratap Bidadari merupakan tarian tantangan buat Dewa-Dewi di langit, adapun yang membawa tarian itu merupakan salah seorang bidadari yang tak lain kawan kamu yakni Bidadari Kuning atau Padmi," Jelas Dewa Gerbang Timur."Ternyata Padmi, aku tidak akan memaafkan dia yang sudah membuat aku terbuang ke dunia ini," Alena berkata sambil mengepalkan tangannya."Apakah ada petunjum yang mungkin di katakan seseorang yang kamu lupakan?" Tanya Adisaka kepada Alena."Petunjuk apa yang aku lupakan?" Tanya Alena bingung.