Sebuah lengking teriakan tiba-tiba terdengar membahana. Beberapa orang berpaling ke sumber suara. Termasuk Maura.
Ia sudah berada di tengah jalan dan siap menyeberang ke arah angkot yang sudah menunggu untuk membawanya di seberang jalan ketika ia melihat sebuah motor melaju sangat kencang ke arahnya. Jantung Maura seolah hendak melompat saat melihat motor yang meraung cepat. Dengan jalan searah yang lebar kurang dari empat meter dan di depannya sudah ada angkot, ia sadar berada pada ruang yang amat sempit untuk menghindar. Dengan kecepatan motor – yang kemungkinan adalah si penjambret – demikian tinggi, Maura jadi terpaku. Wajahnya pucat pasi karena sadar bahwa dalam hitungan detik bisa jadi ia akan mengalami sebuah kecelakaan fatal yang luar biasa.
&nb
Ketika kursus privat kembali dilanjutkan, Lichelle baru sadar bahwa BJ ternyata bukan hanya jago bermain musik. BJ tak berdusta ketika di awal pertemuan mengatakan ia guru yang hebat. Dengan kemampuan mengajar yang unik, tak heran jika hal ini menolong suasana yang, sekali lagi, awalnya kaku menjadi hangat. Sejam kemudian, Lichelle mulai bisa tersenyum dan tertawa lepas. Malam itu, atas pengawasan BJ, setelah dua jam berlatih, untuk pertamakalinya Lichelle bisa membawakan satu lagu secara penuh tanpa ada bagian yang fals.Sesaat setelah menekan tuts terakhir, Lichelle terperangah. Kaget dan bahagia. Kedua tangannya mendekap mulut. Ia senang sekali. Tidak menyangka bahwa dalam permainan kali ini, hingga tuts terakhir ternyata dia tidak melakukan salah sedikit pun. Lichelle – untuk pertama kalinya - menikmati acara les musiknya.Segera, hubungan keduanya jadi semakin dan semakin cair lagi. Tak ada lagi perasaan marah, jengk
Di ruang tamu. Di ruang dimana les privat berlangsung, BJ merebah diri di sofa. Saat itu sudah lewat jam delapan malam. Perutnya gemuruh. Menandakan aksi unjuk rasa para cacing penghuni lambung agar segera dipenuhi tuntutan mereka yaitu makanan. Makanan berat, tidak cukup sekedang cireng.Dalam bayangan BJ para cacing berunjuk-rasa dengan memakai ikat kepala, mengibar spanduk, serta membawa pengeras suara, sambil berteriak: “Makan! Makan! Makan!“Lichelle belum muncul. Tapi dari suara-suara di balik tembok, ia tahu gadis itu ada di sana. Entah apa yang dikerjakan. Bermenit kemudian ia kembali dengan ibunya yang membawakan nampan berisi sepiring spagheti yang ternyata sudah disiapkan. Saat melihat wanita itu, BJ kaget. Ia kaget karena dua hal. Ia baru tahu bahwa ibunda Lichelle ternyata dari ras Caucasian alias bule Eropa timur. Paras cantiknya rupanya berasal dari sang Mama.Dan
Kalau sampai Lichelle memuji BJ dengan tulus, hanya ada satu penyebabnya. Bagi BJ, Lichelle sudah sepenuhnya melupakan rentetan kesalahpahaman yang lalu. Ini perkembangan berarti. Itu sebabnya BJ juga langsung berpikir satu hal yang perlu ia puji tentang Lichelle. "Lu juga punya bakat." "Bakat nggak penting. Yang lebih penting kerja keras. Iya kan, J?" "Itu paham umum. Sayangnya gue gak sependapat dengan paham itu.“Lichelle melihati BJ dan mengambil sikap mendengar. Matanya berkedip satu kali. Tanpa perlu melontar sepatahkata pun BJ mengerti arti kedipan itu. Lichelle meminta untuk menjelaskan maksudnya.Setelah menuntaskan makan malam dan menyeka mulut dengan tisyu yang memang
“Sehari setelah itu dia ngajak copy darat tapi untunglah Si Dobleh masih tau diri. Dia nolak karena ngerasa tindakan itu udah mulai nggak bener. Dia udah ngerasa ada yang nggak beres. Hhh, penampilan groom wedding dancer dengan diiringin mashed music emang begitu. Enerjik, entertaining, sekaligus seksi. Banyak orang demen sama sang penari. Tapi nggak ada salah seorang pun dari kami para dancers yang nyangka efeknya gawat yaitu: berpotensi merusak keluarga orang. Gila kan? Itu sebabnya sejak saat itu kami bubar dan nggak ngelanjutin lagi.“Mata Lichelle terpicing. “Tunggu. Tolong jawab jujur, siapa yang lu maksud dengan salah seorang dari kami? Kalo gue bisa ngeduga, Dobleh itu bukan nama benernya kan?“BJ tertawa lucu.“Atau.... si Dobleh itu lu ya orangnya?“ tanya Lichelle dengan tatap menyelidik. “Hayo ngaku.““Kok kepo sih?“ BJ usil balik bertanya.
Wacana lockdown sudah semakin santer disuarakan beberapa pihak. Buat pemerintah ini hal tidak mudah karena lockdown berarti akan ada pembatasan ekonomi bagi aktifitas masyarakat. Dulu di saat krisis moneter tahun 1997, hantaman terjadi di sektor usaha UMKM alias Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Mereka jadi tonggak ekonomi yang menolong banyak orang untuk tetap survive, selamat, di era krisis.Pandemi yang merebak makin ganas di tahun 2020 ini sangat berbeda. Pandemi justeru membabat sektor ekonomi skala UMKM tadi. Masyarakat jadi semakin takut berkumpul dan bersosialisasi secara fisik karena akan mempermudah penyebaran virus. Ini dibuktikan dengan semakin banyaknya warga negara Indonesia yang terpapar virus dan mulai menempati rumah-rumah sakit.Pemerintah langsung antisipatif dengan segera menyiapkan rumah-rumah sakit baru.*Malam itu benar-benar malam tak terduga. Lichelle baru me
Tidak perlu menjadi jenius untuk menyadarkan BJ bahwa ada sesuatu yang membuat keluarganya kini harus ekstra berhemat. Tapi ia tidak tahu seberapa parahkah kesulitan ekonomi yang kini membayang. Apakah mereka di ambang krisis? BJ berpikir keras. Jika tebakannya benar, beasiswa sekolah yang diburu Happy dan Dedot, mungkin perlu juga untuk ia perjuangkan.“Kantong kresek item titipan mas Bayu udah dikasih ke Lies?”“Udah. Tapi BJ ada cerita yang Emak pasti nggak duga.““Kalo cerita serem Emak nggak mau dengar.““Bukan Emak sayang. Bukan. Tau nggak, Mak. Yang dimaksud dengan Si Lies ternyata Lichelle, temen sekolah BJ sendiri.""Ohhh begitu? Wah, kejutan sekali.““Yang lebih kejutan, Bayu sama Lichelle nggak taunya di kelas yang sama.““Ya ampuuuun. Dunia sempit banget ya. Ini artinya kamu dengan Bayu satu sekolah,“ Emak ikut terkaget. “Terus titi
Saat itulah baru BJ tersadar bahwa ia memang secara asal saja melantunkan reffrain lagu “Sorry” dari penyanyi yang tadi disebut Lichelle.“Gue suka. Tapi gak hafal semua lirik.”Lichelle yang semula bersemangat jadi lemas. “Sama dong. Gue juga gak hafal semua. Hanya bagian-bagian tertentu aja.”BJ mencibir lucu dan kemudian duduk di sofa yang lain daripada yang Lichelle duduki. Ia merebahkan diri sambil meregangkan tubuhnya di sandaran sofá. “Nggak berasa kita udah lewat waktu dari seharusnya. Latihan hari ini bikin capek.”“Tapi gue semangat nih diajar sama lu.”“Ngeliat orang yang gue ajarin ternyata bisa ngikutin, capek gue jadi gak ada apa-apanya,” kata BJ sambil menyeruput teh yang disediakan.“Muji lagi.”“Yang jelas gue bisa liat bahwa lu bukan cuma punya bakat musik. Bakat vokal lu malah lebih bagus. Waktu tadi
“Kalian tinggal di ruko?” “Kami buka usaha toko kayu.” Lichelle meng-ooo tanpa bersuara. “OK, bilang sama nyokap terima kasih untuk makan malamnya. Menu malam ini yaitu nasi goreng baso bener-bener maknyus,“ BJ bersiap pergi. “Itu sosis,“ Lichelle mengoreksi. “Iya, maksud gue nasi goreng sosisnya enak. Begitu juga kerupuk udangnya.“ “Itu kerupuk bawang.“ “Nasi goreng enak, kerupuk enak, sambel terasinya juga.“ “Itu sambel kacang.“ Lichelle mendengus. “BJ, lu gak bisa bedain sambel terasi sama sambel kacang?“ “Kok gue disalahin melulu?“ walau jelas salah BJ tak malu untuk protes. “Lu tu ye, udah salah melulu masih ngotot juga!“ BJ tertawa mengakak. Tapi setelahnya diam lagi. Bukan apa-apa. Ini sudah saatnya untuk pulang. Tapi sama seperti pertemuan sebelumnya cuaca hujan menghalangi kepulangan. Ini membuat BJ mau tidak mau jadi lebih lama di rumah Lichelle. Waktu menunjukkan bahwa ia sudah hampir