Aruna terperanjat dengan tubuh gemetar saat mendengar bisikan ancaman peringatan Karissa. Aruna merasakan aura yang sama sekali berbeda dari Karissa. Aura yang tajam menusuk, bahkan tadi saat Karissa tampak marah, Aruna tidak merasa setakut ini.
Segera setelah punggung Karissa yang melenggang pergi meninggalkan Aruna tidak lagi terlihat. Aruna bisa segera mendapatkan kesadarannya yang sempat melarikan diri karena takut tadi. Dia menarik nafas dalam-dalam agar kembali tenang.
''Mungkin, ini kali, ya?!'' ujar Aruna sendirian, ''Dasar, biar gimana juga, dia emang mafia... ampe gemeteran, gue...'' tambah Aruna saat masih termangu sendirian di teras.
Karena tidak lagi yang harus dilakukannya di luar, Aruna segera b
111 Raihan Surya DinataArdan duduk membanting tubuhnya saat duduk di kursi penumpang dalam taxi online yang di pesan olehnya. Dia duduk mendesah dengan nafas berat seiring dengan perasaan kesal yang karut marut mendera benaknya. Sempat terbayang wajah istrinya yang terluka perasaannya karena sikapnya.''Kenapa harus sekarang?!''''Bego banget gue, kenapa gue bisa enggak ngenalin dia?!''''Harusnya gue tahu, itu dia!'' ''Sialan, semuanya bertumpuk sekarang...''Ardan terus mengeluh sejadi-jadinya di dalam hatinya sepanjang perjalanannya. Berbagai penyesalan mulai mendera batinnya hingga kenangan pahit masa lalu membuatnya menitikkan air m
112 Kasih tahu apa enggak?''Ada apa?'' tanya Ardan saat dia sampai di tujuan dan menemui Rendra, orang yang memberikan pesan darurat kepadanya.''Gue dapet, lokasi orang yang selalu ngirim informasi...''''Dimana?''Terbelalak mata Ardan saat Rendra memperlihatkan peta lokasi kepadanya, wajahnya pucat seolah darah terkuras dari tubuhnya.''Bang?!'' panggil Rendra dengan nada bertanya karena reaksi aneh Ardan.''Iya...'' jawab Ardan dengan kikuk, ''Kenapa?! Ada apa lagi?'' tanya Ardan kemudian menyembunyikan gusar di hatinya dari Rendra.''Dia nunjukin data baru...'' jawab Rendra memberikan laporan.''Apa?''''Karissa, dia bilang pergeraka
113 Gunung kembar Karissa''Kenapa Dir?'' tanya Gavin saat tiba di meja di mana Kania dan Indira duduk, ''Ada masalah apa sih, kok keknya gawat banget...''''Sini, duduk dulu!'' seru Indira sambil menepuk bangku di sebelahnya, ''Mau pesen makanan enggak?''''Kenapa, lu mau traktir gue?!'' seru Gavin bertanya saat menempelkan bokongnya di bangku.''Ngarep, bayar ndiri! Gue nawarin doang...'' sahut Indira acuh.''Humph, dasar!'' seru Gavin menyahut kesal, ''Ya udah, entar dulu, gue pesen makanan dulu.''''Gih, sono!'' sahut Indira di sertai kekek tawa geli Kania melihat dua orang yang sebetulnya saling tertarik satu sama lain tapi keduanya gengsi untuk mengakuinya. Kania menik
114 Perasaan ArunaIsak tangis berusaha diredam oleh Aruna yang masih patah hati karena merasa kecewa dengan suaminya. Sejak perdebatannya dengan Ardan tadi pagi, dia masih mengurung diri di dalam kamar.''Gue cuma kuatir ama dia, kenapa di tanggepinnya begitu?!''''Emang salah kalo gue kasih perhatian buat lakik gue?!''''Lagian... apa sih yang dikasih sama Pak Juna sampe muka Bang Ardan kek gitu?''Aruna masih sibuk dengan pertanyaan yang terucap untuk yang kesekian kalinya. Entah di dalam hati atau terucap diantara keluhan dan gumamannya selama introspeksi di dalam kamar.''Runa, lohor udah lewa
114 Perasaan ArunaIsak tangis berusaha diredam oleh Aruna yang masih patah hati karena merasa kecewa dengan suaminya. Sejak perdebatannya dengan Ardan tadi pagi, dia masih mengurung diri di dalam kamar.''Gue cuma kuatir ama dia, kenapa di tanggepinnya begitu?!''''Emang salah kalo gue kasih perhatian buat lakik gue?!''''Lagian... apa sih yang dikasih sama Pak Juna sampe muka Bang Ardan kek gitu?''Aruna masih sibuk dengan pertanyaan yang terucap untuk yang kesekian kalinya. Entah di dalam hati atau terucap diantara keluhan dan gumamannya selama introspeksi di dalam kamar.''Runa, lohor udah lewa
115 Kegelisahan Ardan Dengan pernyataan tegas dari Karissa, jika itu adalah Ardan yang dulu, mungkin dia tidak akan gentar. Tapi, Ardan yang sekarang, tidak lagi bertanggung jawab untuk dirinya sendiri. Tapi, ada istri dan sepasang anak kembar yang telah di amanatkan kepadanya. Tentu saja, apa yang diperlihatkan Karissa sekarang membuat hati Ardan tersentak. Tapi, apapun itu tantangannya, Ardan bukan seorang amatir. Dia mengerti dengan apa yang sedang menjadi kegelisahan hatinya sekarang. Tapi jauh sebelum dia memegang tanggung jawabnya sekarang, ada misi dan tugas yang dia sendiri telah berkomitmen untuk menyelesaikannya meski nyawa adalah taruhannya. Ardan berdiri lalu menatap Karissa, ''Okey
116 Indra ''Ndra, ini gak bener, kan?!'' seru Deon menegur Ardan yang baru saja tiba di lobi gedung tempat di mana Dhani berada. ''Lo nungguin gue?!'' sahut Ardan santai, dia mengacuhkan Deon yang melihatnya dengan tatapan kecewa sekaligus marah. ''Ndra, jawab gue!'' seru Deon dengan segera berdiri di hadapan Ardan memotong jalurnya, ''Apa bener laporan yang gua dapet?'' ''Menurut lo?'' jawab Ardan balik bertanya dengan sebelah alisnya naik seolah menantang Deon. ''Ndra, berhenti maen-maen!'' seru Deon sambil meotot menatap Ardan, ''Selama ini banyak yang ngeraguin elo... tapi gue enggak pernah gubris.'' ''Jadi salah gue, gitu?!'' sahut Ardan yang masih santai menghadapi Deon yang
117 Lolos''Kemana dia?!'' seru Casdi saat semua anak buahnya mulai berkumpul, ''G0blok! Kalian segini banyaknya... cuma satu orang kalian enggak bisa dapet...''''Sorry bos, gedung juga udah di kepung, semua alternatif jalan keluar udah kita tutup... tapi, mau gimana lagi...''''Alah, alesan aja kalian!'' seru Casdi segera memotong ucapan salah satu anak buahnya, ''Cari, hari ini juga abisin dia!''''Tapi, bos...''''Gue enggak mau tauk,'' sahut Casdi yang lagi-lagi dia memotong ucapan anak buahnya, ''Segera, cari dia sampai dapet! Gua enggak peduli, idup apa mati. Yang penting kita dapetin dia...''*****''Huft...'' dengus Eki, salah satu anak buah Casdi dengan ekspresi kesal saat Casdi pergi m