Hai, aku wolfy... Penulis cerita ini. Simak juga ceritaku yang lainnya... WANITA UNTUK MANUSIA BUAS (sudah tamat tapi sulit sekali mendapat kontrak dari GOODNOVEL) PAMANKU SUAMIKU MENJEMPUT ISTRIKU DUNIA MANUSIA BUAS SUAMIKU YANG BERBAHAYA KARENA KEBODOHANKU, AKU HAMPIR KEHILANGAN SUAMIKU SINGA BETINA MILIKKU (sequel lanjutan dari WANITA UNTUK MANUSIA BUAS, hanya saja kali ini wanita dari DUNIA MANUSIA BUAS yang terlempar ke DUNIA MODERN dan bertemu dengan CEO gahar.
Sesampainya Gavin dan Aruna di rumah ternyata sudah ada seorang wanita sebaya mereka, menanti mereka, menghalangi pintu masuk di pagar rumah.''Vin!'' Atikah memanggil Gavin sambil berkacak pinggang, ''Pantesin elu enggak pernah mau pulang bareng gue... Elu balik nyamperin Aruna?!''Ternyata Atikah menghadang di depan pintu pagar rumah, menegur Gavin dan Aruna dengan ketus. Terlihat jelas kalau dia merasa kesal.''Owh! Elu Tik... Iya, emang napa?'' sahut Gavin malah balik bertanya dengan santainya, padahal dia tahu kalau Atikah sedang kesal.Gavin yang sudah sejak balita bermain bersama Atikah tahu betul dengan sifat manja Atikah. Selama ini biasanya Atikah akan di bonceng oleh Gavin saat pulang sekolah karena mereka bersekolah di SMP yang sama.''Kagak! Gue pikir elu jemput cewek elu...'' Atikah menjawab sambil melirik tajam pada Aruna yang duduk di belakang di boncengan motor Gavin.''Gua cuma bosen... Balik bareng elu mulu... Kali-kali, gue pen ganti suasana,'' ujar Gavin menjawab A
Gavin tahu kalau Aruna sudah mulai terpancing emosinya. Aruna yang baru tiga bulan menyandang status sebagai adiknya itu, tipe wanita keras kepala yang tidak mau kalah kalau dia merasa ada di posisi yang benar. Hal itulah yang di tangkap Gavin selama beberapa bulan mengenal Aruna. Hal itu sebetulnya tidak buruk tapi waktunya tidak tepat untuk saat ini. Bagi Gavin sekarang sebaiknya menghindari pertikaian dengan bibinya yang juga sama keras kepalanya seperti Aruna.*****''Bang! Karsih tauk semuanya... Karsih tauk, kenapa si Aisyah bisa keguguran...''''Maksud lu apa, Sih?! Ngegosip apa lagi lu... gue baru pulang tauk-tauk lu ngomong aneh...''''Bukan aneh, orang Karsih emang tahu kejadiannya...''''Jangan ngegosip! Apa lagi yang lu omongin bininya bang Arga...''''Karsih enggak ngegosip... Orang Karsih jelas denger sendiri, si Aisyah masuk rumah sakit pasti gegara dia kaget, itu dia kenapa jadinya dia keguguran... gegara ada guru yang dateng kerumah. Tuh guru, laporan semuanya ama si A
Aisyah terkejut mendengar Suaminya menyebut nama Aruna putrinya. Aisyah bingung, tapi akhirnya dia pasrah setelah melihat wajah Pak Arga suaminya yang menatap lembut merayunya untuk agar tenang dan menceritakan semua kegelisahannya. Ibu Aisyah pasrah, dia takluk dengan pesona suaminya. Tapi, Aisyah juga memang tidak pernah berniat menyembunyikan apa pun dari suaminya. Hanya saja dia belum mendapatkan waktu yang tepat.**''Makanya Bang... Aisyah juga bingung enggak ngerti... Emang, kapan Aruna pernah hamil?... Sumpah bang. Aisyah enggak lagi nutup-nutupin keburukan Aruna. Tapi, sesibuk-sibuknya Aisyah, masa sih, Aisyah enggak tahu kalau Aruna hamil terus ngegugurin kandungan... Kalau pun iya. Di mana? Lagian, punya duit dari mana dia?''''Jadi, guru juga belum jelas, sama masalahnya?! Bukannya, gurunya juga bilang itu cuma isu. Gosip?''''Iya sih, bang.''''Makanya... Yang di tanya, ya, si Arunanya, biar jelas.''''Aisyah belum sempet bang... 'Kan terus di rawat di Rumah Sakit.''''Ya,
Masa lalu Aruna saat di SMP (bag. 6)Dengan desakan dan bujukan dari orang tua Aruna. Akhirnya Aruna mau menceritakan kenapa Aruna yang sangat rajin dan menyukai sekolah tiba-tiba jadi anak yang suka bolos.Ternyata awal mula masalah adalah ketika Aruna sembuh dari penyakit tipes (demam tifoid) yang di deritanya saat dia kelas dua SMP. Saat itu status Aisyah masih seorang janda, dia belum menikah dengan Pak Arga. Aisyah saat itu hanya bekerja sebagai buruh harian pabrik dengan gaji yang sangat kecil. Saat Aruna sakit dia tidak punya uang untuk membawa Aruna untuk berobat ke dokter. Kebetulan, tidak jauh dari rumah kontrakan tempat Aruna tinggal ada klinik bersalin.Aisyah yang tidak punya cukup uang saat itu membawa Aruna berobat pada bidan yang bertugas di sana. Karena mereka adalah tetangga dengan ikhlas bidan itu memberikan perawatan gratis pada Aruna. Dia ingin membantu Aruna yang yatim, dia tidak tega dengan keadaan dua wanita miskin yang tak punya siapa-siapa.Karena Aruna mendap
''Maafin bapak Run... Bapak sebetulnya enggak mau ngungkit kejadian itu... Tapi, Runa mesti tahu. Kalau perempuan itu rentan fitnah, dan bapak enggak mau, harga diri Runa rusak sekali lagi karena hal-hal kek gitu... Runa paham maksud bapak?'' tanya Pak Arga di jawab anggukkan dari Aruna yang masih terisak.Aruna tidak paham dengan ucapan Pak Arga barusan. Apa kaitannya hal itu dengan dua adik kembarnya sekarang. Kenapa hal itu harus disebut oleh Pak Arga? Tapi, Aruna hanya bisa pasrah karena tidak mungkin dia harus berdebat dengan orang yang bahkan sudah sangat kesulitan meski hanya untuk bicara. Aruna hanya bisa tetap fokus memandang Pak Arga dengan wajah sayu yang berekspresi heran penuh tanya.''Runa... Maaf... Tapi, Runa sendiri pun tahu rasanya di sia-sia sama keluarga... Keluarga dari bapak kandung Runa, enggak mau ngurus Runa, sepeninggalnya dia... Bapak bener?!'' seru Pak Arga menegaskan, walau dia tahu kalau itu akan menyakiti hati anak perempuannya tapi dia merasa Aruna harus
Beberapa jam kemudian Ardan datang bersama Pak RT, Pak Amil, dan Pak Ustad yang biasa memberi tausiah di pengajian bapak-bapak atau ketika Salat Jum'at. Dia menjumpai Aruna yang sedang termangu di depan pintu kamar ICU tempat bapaknya di rawat, Aruna terlihat lesu, dia seperti sedang stres memikirkan sesuatu pikir Ardan. Karena melihat Aruna menempelkan dahi lebarnya di tembok yang bersisian dengan pintu ruangan ICU.''Aruna!... Ngapain?!!!'' seru Ardan bertanya pada Aruna, membangunkannya dari lamunan.''Mang Ardan!'' terkejut Aruna melihat kedatangan Ardan membuatnya kikuk tidak karuan, ''Enggak mang... Enggak. Kenapa?''ASSALAMU ALAIKUM WR WBPak RT dan yang lainnya memberi salam hampir secara bersamaan saat melihat Aruna di depan pintu ruang rawat ICU Pak Arga.''Wa alaikum salam wr wb. Pak RT, Pak Ustad, Pak Amil...'' sapa Aruna menjawab salam mereka sambil menganggukkan kepala.Aruna terkejut melihat Ardan dengan Pak RT dan yang lainnya mengekor di belakangnya. Sekarang Aruna men
Keputusan Mang TatangAruna mengetuk pintu meminta ijin kemudian memberi tahu kalau Mang Tatang sudah tiba. Segera saja, Ardan dan Pak Arga meminta agar Mang Tatang masuk dan bicara bertiga di dalam. Tapi, tetap tidak membiarkan Aruna untuk ikut masuk di dalam, mereka kembali meminta agar Aruna menunggu bersama yang lain di luar.**''Kang! Masa' begitu kang?... Aruna masih anak-anak...'' sahut Mang Tatang setelah mendengar permintaan Pak Arga.Mang Tatang sebetulnya sangat tidak menyetujui keputusan itu, tapi dia tetap berusaha sopan dan mengendalikan suara dan ekspresinya. Sebagai seorang manusia, Mang Tatang juga sangat bersimpati dengan keadaan Pak Arga yang sangat memprihatinkan.''Tang!... Saya minta maaf sama kamu... Tang, saya tahu, kamu wali sah Aruna. Tapi, saya minta kamu pikirin lagi. Anak itu sekarang yatim piatu. Kamu yakin bisa urus dia! Kalau kamu yakin bisa lakukan itu... Saya tidak akan memaksa untuk menikahkannya dengan Ardan, adik saya. Karena saya tahu seperti apa
Ijab tertundaSeperti yang di sarankan Pak Ustad. Aruna pergi ke Musala Rumah sakit untuk menunaikan sembahyang sunah istikharah. Aruna ingin mendapatkan jawaban pasti atas keragu-raguannya.''Kenapa Mang Tatang bukan nolak malah ngedukung pernikahan kacau kek gini?''''Apa sebegitu susahnya ya cuma buat kasih makan gue?!''''Mang, Aruna janji akan balas semuanya kalau Aruna sudah kerja nanti. Aruna enggak akan minta biaya kuliah kok, tenang aja...''''Apa begini nasib anak yatim piatu? Semoga aja enggak...''''Mak. Runa harus gimana? Runa bingung mak...''Aruna berkutat dengan berbagai perasaan negatif di dalam hatinya. Banyak hal yang membuatnya tidak nyaman. Dia sedang berduka atas kematian ibunya yang mendadak. Tapi, rasa-rasanya tidak ada seorang pun yang mau memahami hal itu. Dia juga merasa kesal karena satu-satunya wali yang dia pikir tidak akan menyetujui hal itu malah memberikan dukungannya.Berderai air mata Aruna saat dia hampir menyelesaikan sembahyang sunah dua rakaatnya.