"Lintang? Ngapain malam-malam ke sini?" tanya Vanka ketika membuka pintu rumah dan mendapati Lintang yang sedang berdiri di depan rumahnya.
"Maaf." Hanya satu kata itu yang Lintang ucapkan.
"Em, duduk dulu deh."
Lintang mengangguk. Cowok itu duduk di kursi yang ada di teras.
"Mau minum?" tawar Vanka namun cowok itu hanya menggeleng.
"Lo ngapain malam-malam ke sini? Bukannya lo lagi marah sama gue?"
"Maafin gue."
"Iya gue maafin. Tapi, kalau boleh gue tahu, kenapa lo marah sama gue? Emangnya gue buat kesalahan, ya?"
Lintang menggeleng. Tidak mungkin ia memberitahu Vanka kalau ia marah pada cewek itu karena taruhannya dengan Evan. Bisa-bisa Vanka akan marah.
"Enggak. Lo gak ada salah kok. Tadi itu gue cuma lagi ada masalah aja, makanya lampiasin ke lo."
Vanka manggut-manggut. "Jadi sekarang lo udah gak marah lagi kan sama gue?"
Lintang menggeleng. "Enggak."
Vanka mengembangkan senyumnya. Syukurlah cowo
Vanka berjalan mondar-mandir di kamarnya membuat kedua temannya menatap bosan ke arahnya. Sela dan Lia memang sedang berada di rumah Vanka. Mereka ingin meminta Vanka mengajari mereka beberapa materi pelajaran yang tidak mereka pahami."Bisa gak lo gak usah mondar-mandir kayak gitu? Gue bosan tahu gak liatnya," ucap Lia."Van, ini nomor dua kerjainnya gimana?" tanya Sela yang berkutat dengan soal yang ada di buku paket.Vanka menghentikan kegiatannya lalu menoleh pada mereka berdua."Lo berdua bisa diam dulu gak sih? Gue itu lagi mikir," ucap Vanka.Vanka memilih duduk di kursi plastik."Mikir apa sih lo?" Lia melirik Vanka sembari mengunyah camilan."Tadi, Lintang itu lagi ribut sama Lisa. Katanya sih gara-gara Lisa cemburu sama gue.""Ya bagus dong kalau mereka ribut. Biar Lintang gak dekat-dekat lagi sama dia. Lagian, nih, ya, cewek kayak dia itu kerjaannya cuma merusak hubungan orang," sahut Lia."Lagian dia it
"Tang, gimana?" Vino segera duduk di samping Lintang.Lintang yang sedang menyalin PR dari ponselnya pun, menatap sekilas ke arah Vino."Gimana apanya?""Lo sama Vanka berantem, kan?""Enggak."Vino mengembuskan napas lega."Syukur deh kalau gitu. Gue pikir lo berantem hebat sama Vanka."Lintang menghentikan kegiatannya sejenak, lalu beralih menatap Vino."Bentar, kok lo bisa mikir kalau gue sama Vanka berantem? Jangan-jangan lo cerita ke Vanka ya kalau gue suka sama Lisa?" tuding Lintang.Vino langsung menggeleng cepat."Enggak. Mana mungkin gue cerita sama Vanka.""Terus kenapa lo bisa mikir kayak gitu?""Jadi gini, sebenarnya kemarin itu Vanka ngajak gue sama Roy ketemuan di cafe. Dan, ternyata dia ngajak kita ketemuan buat nanya-nanya tentang lo sama Lisa. Dia curiga kalau lo itu suka sama Lisa. Apalagi dia juga tahu kalau lo sama Lisa sempat ribut di kelas, jadi dia makin curiga," jelas Vino."T
Pagi yang cerah namun tidak secerah hatinya. Begitulah yang dirasakan oleh Vanka sekarang. Harusnya pagi ini Vanka masih berbaring di kasur empuknya sambil memeluk guling, tapi sekarang dia malah sedang jogging di sekitar kompleks rumahnya bersama Lintang.Ya, Lintang. Tadi pagi, cowok itu datang ke rumahnya untuk mengajak Vanka jogging.Padahal, Lintang sangat tahu kalau Vanka itu tidak suka jogging. Vanka lebih memilih tidur di kasur empuknya daripada harus jogging yang membuat tubuhnya lelah."Ayo Vanka. Jangan berhenti mulu. Kalau kayak gini kapan mau selesainya?" Lintang masih jogging, sedangkan Vanka berhenti sejenak mengatur napasnya."Gue capek, Tang. Kita istirahat aja, ya?"Lintang menggeleng. "Enggak. Ayo lanjut. Sampai taman baru istirahat."Vanka mengerucutkan bibirnya karena tidak mendapat persetujuan dari Lintang untuk beristirahat sejenak.Dengan terpaksa, ia kembali melanjutkan jogging."Yang semangat. Jangan malas kay
Vanka menatap Lintang, Vino, dan Roy yang sedang berdiri di tengah lapangan.Ketiganya sedang dihukum oleh Bu Reni."Berdiri yang tegak. Hormat yang benar," ucap Bu Reni tegas.Mereka bertiga segera menegakkan tubuh lalu menaruh tangan di pelipis."Lagi-lagi mereka yang dihukum. Mereka bertiga kayaknya hobi banget dihukum sama Bu Reni," ucap Lia yang baru datang lalu berdiri di samping Vanka."Lintang emang benar-benar. Padahal, gue udah peringatin dia berkali-kali, tetap aja buat masalah.""Ya kalau orang yang suka buat masalah, mau dinasehati berapa kali pun tetap aja gak pernah mau dengar. Jadi percuma kalau lo nasehati dia."Vanka manggut-manggut membenarkan ucapan Lia. Orang-orang seperti Lintang, Vino, dan Roy memang tidak akan pernah mendengar nasehat orang lain. Meskipun dihukum berulang kali, mereka tidak akan pernah jera."Gak ke kantin?" tanya Lia saat mendengar suara bel istirahat."Lo duluan aja sama Sela. Gue mau sa
Vanka menatap layar ponselnya dengan raut wajah kesal. Sesekali ia berdecak."Ini serius dia gak mau balas chat gue?" gumamnya.Sedari tadi, Vanka terus mengirim pesan pada Lintang, namun cowok itu sama sekali tidak membalas pesannya. Jangankan membalas, membacanya saja pun tidak.Vanka pikir ucapan Lintang tadi cuma bercanda. Ternyata cowok itu benar-benar tidak mau membalas pesannya. Bahkan, Vanka juga sudah berulang kali menelepon Lintang, tapi tidak juga diangkat oleh cowok itu."Benar-benar si Lintang. Oke kalau dia cuekin gue. Gue juga bakal cuekin dia. Lo kira lo doang yang bisa? Gue juga bisa."Vanka menekan kontak Lintang lalu memblokir kontak Lintang.Biarlah cowok itu terkejut. Walaupun Vanka tidak rela memblokir nomor Lintang, tapi ini hanya sementara. Vanka harus mengerjai cowok itu agar Lintang tidak semena-mena padanya.*****Lintang baru saja sampai di rumahnya. Tadi, ia menemani Sarah ke minimarket untuk membel
"Hai cantik," sapa seorang cowok pada Vanka.Vanka yang hendak berjalan ke perpustakaan pun, mendadak berhenti karena cowok itu menghadang jalannya. Sialnya, bukan hanya cowok itu, tapi ada tiga cowok juga yang ikut menghadangnya."Minggir, gue mau lewat.""Eits, jangan pergi dulu dong. Kita kan mau kenalan sama lo.""Anak IPA, ya?""Iya. Kenapa?""Gak nyangka ternyata anak IPA ada yang bening juga, ya," ucap cowok itu sembari tersenyum.Namun, senyuman cowok itu membuat Vanka merasa risih.Vanka menatap mereka satu per satu. Keempat cowok ini sepertinya niat sekali ingin menganggunya."Mendingan kalian minggir. Jangan gangguin gue, sebelum kalian dipukul sama cowok gue." Ucapan Vanka membuat keempat cowok itu tertawa. Vanka mengernyit heran. Apa mereka pikir Vanka sedang bercanda?"Panggil aja cowok lo. Kita gak takut."Vanka menghela napas. Empat cowok ini memang benar-benar ingin cari masalah dengannya.&
"Lintang?"Lintang mendekati dua orang itu yang masih tampak terkejut."Kenapa? Kaget karena gue udah dengar semuanya?" tanya Lintang sinis."Lis, gue cabut dulu," pamit cowok yang tadi mengobrol dengan Lisa.Kini, tinggal Lintang dan Lisa.Lisa hanya menundukkan kepalanya. Tidak berani menatap wajah Lintang."Jadi, lo yang nyuruh tuh cowok buat lecehin Vanka?"Lisa mengangkat kepalanya menatap Lintang."Dengarin dulu penjelasan gue, Tang." Lisa hendak meraih tangan Lintang, namun cowok itu langsung menepis tangannya."Kenapa lo nyuruh tuh cowok buat lecehin Vanka? Emangnya Vanka ada salah apa sama lo?" Lintang berusaha untuk menahan emosinya di depan Lisa. Ia tidak ingin membuat cewek itu takut dan berujung tidak mau menjawab pertanyaannya."Gue benci sama dia, Tang. Gara-gara dia, kita gak jadian. Lo malah fokus sama dia. Sekarang juga lo udah gak pernah peduli sama gue lagi. Padahal, gue udah nunggu lo dari
Vanka terus menatap ponselnya. Ia baru saja tiba di sekolah. Vanka pikir Lintang sudah membalas pesannya, nyatanya tidak. Vanka sudah menelepon Lintang, tapi nomor Lintang tidak aktif.Setibanya di kelas, Vanka menaruh tasnya di meja, lalu keluar dari kelas. Ia ingin pergi ke kelas Lintang untuk menemui cowok itu. Memastikan apa Lintang ada di kelasnya atau tidak."Eh, pagi Vanka cantik," sapa Vino yang sedang duduk di depan kelas. Cowok itu tidak sendiri, melainkan bersama Roy."Lintang udah datang belum?" tanya Vanka."Belum. Palingan juga dia telat. Biasalah, tuh anak kan hobinya tidur mulu," ucap Vino."Semalam lo berdua sempat chatingan sama Lintang gak?"Vino menggeleng. "Enggak. Semalam sih gue sempat chat dia, tapi cuma centang satu. Mungkin kuotanya habis.""Mana mungkin kuotanya Lintang habis? Tuh, anak kan hobi nge-game, ya pasti kuotanya full terus," sahut Roy."Iya juga ya. Dia kan nge-game mulu. Gue aja sering minta hotsp
Hari ini adalah hari yang paling tidak menyenangkan bagi Vanka. Bagaimana tidak, tadi pagi saja Lintang tidak menjemputnya sehingga ia harus berangkat dengan ojek online. Padahal Vanka sudah menghubungi cowok itu, tapi Lintang seolah mengabaikannya.Dan, saat ia tiba di sekolah, Sela dan Lia malah mendiaminya. Vanka mencoba mengajak mereka mengobrol, namun mereka hanya diam."Pagi Vanka," sapa Vino yang berjalan memasuki kelas Vanka.Vanka yang masih berusaha mengajak kedua sahabatnya mengobrol pun menoleh pada Vino."Kenapa Vin?" tanya Vanka."Tadi lo berangkat sama Lintang?"Vanka menggeleng. "Enggak. Tadi pagi gue chat dia aja gak dibalas. Emang dia belum datang?""Belum. Apa mungkin dia kesiangan, ya? Tuh anak kan hobinya nge-game mulu.""Tapi belakangan ini dia udah jarang main game. Soalnya gue udah larang dia."Vino manggut-manggut. "Terus dia ke mana, ya? Apa jangan-jangan dia gak datang sekolah?""Coba aja
Pagi ini, Lintang dan Vanka menjadi sorotan murid-murid yang ada di sekolah. Mereka baru saja sampai di sekolah, tapi sudah banyak murid-murid yang mengerubungi mereka."Lintang, Vanka. Lo berdua balikan, ya?" tanya salah satu murid cewek."Iya." Jawaban yang singkat dari Lintang, namun mampu membuat kaum hawa yang ada di sana sakit hati.Mereka berpikir, Lintang akan mencari pengganti Vanka, namun harapan mereka pupus saat mengetahui kalau Lintang dan Vanka sudah kembali berpacaran."Yah, parah banget sih. Padahal kan gue udah berharap lo mau pacaran sama gue," ujar cewek berambut pirang yang tampak centil.Jujur, Vanka tidak suka dengan cewek-cewek yang tampak tidak terima karena Lintang dan dirinya kembali berpacaran. Namun, ia mencoba menutupi rasa kesal dan cemburunya itu. Vanka sudah memutuskan untuk menjadi pacar yang lebih dewasa, yang tidak mudah cemburu. Karena ia sadar, di sekolah ini, Lintang adalah cowok populer yang disukai oleh hampi
"Jadi apa jawabannya?"Vanka menghembuskan napasnya, mencoba menenangkan dirinya."Gue mau balikan sama lo.""Serius? Lo beneran mau balikan sama gue?" tanya Lintang dengan wajah terkejut. Masih tidak menyangka dengan jawaban Vanka."I... iya." Tanpa ragu, Lintang langsung membawa Vanka ke dalam pelukannya. Meskipun terkejut dengan perlakuan Lintang, Vanka tidak bisa membohongi perasaannya kalau ia senang bisa dipeluk oleh Lintang lagi."Makasih Van. Makasih karena udah mau nerima gue lagi. Gue senang banget.""Iya. Sama-sama."Lintang melepas pelukannya."Gue janji gak bakal kecewain lo lagi, Van.""Ini kesempatan terakhir buat lo. Kalau lo kecewain gue lagi, gue gak bakal mau balikan lagi sama lo."Lintang menaruh tangannya di pelipis seperti sikap hormat. "Siap bos.""Ya udah sana pulang.""Kok lo ngusir gue? Kan kita baru aja balikan. Udah lama juga gue gak mampir ke rumah lo, kan?"Vanka
"Maaf karena dulu udah sia-siakan lo. Gue tahu gue gak tahu diri, tapi boleh gak kita balik kayak dulu. Boleh gak gue jadi pacar lo lagi?"Vanka menahan napasnya untuk beberapa saat ketika mendengar ucapan Lintang. Ia tidak menduga Lintang akan meminta balikan dengannya. Karena ia pikir cowok itu masih menyukai Lisa."Bukannya lo suka sama Lisa? Kok minta balikan sama gue?" tanya Vanka mencoba menghilangkan rasa gugupnya."Gue gak suka sama Lisa, Van. Gue sukanya lo.""Please kasih gue satu kesempatan lagi, ya?""Kasih gue waktu dulu buat mikir, ya."Lintang tersenyum lalu mengangguk. "Oke. Tapi jangan lama-lama, ya. Soalnya gue gak bisa nunggu lama-lama.""Kenapa gak bisa nunggu lama-lama?""Karena kalau gue nunggu lama, ntar gue diambil cewek lain lagi. Emangnya lo rela gue sama cewek lain?""Rela-rela aja tuh," jawab Vanka cuek."Yakin?""Yakin.""Yakin aja atau yakin banget?""Yakin banget
Pagi-pagi sekali, Lintang sudah berada di depan rumah Vanka. Cowok itu merapikan rambutnya sembari menatap kaca spion motornya."Ngapain ke sini?" Pertanyaan Vanka membuat Lintang langsung beralih menatap cewek itu lalu tersenyum."Mau jemput lo lah. Gue kan udah chat lo.""Gue gak mau berangkat bareng lo.""Gue gak mau dengar penolakan dari lo." Lintang menarik pelan lengan Vanka lalu memakaikan helm pada gadis itu."Gue bilang gue---" Ucapan Vanka terhenti saat Lintang menempelkan jari telunjuknya pada bibir Vanka."Please, Van, sekali ini aja jangan nolak gue. Kasih gue kesempatan sekali lagi."Vanka tidak membalas ucapan Lintang, tapi ia berjalan mendekati motor Lintang. Hal itu membuat Lintang sedikit kecewa, tapi itu tidak masalah. Karena setidaknya, Vanka mau berangkat bersamanya."Buruan!""Iya."*****"Loh, Lintang sama Vanka berangkat barengan? Bukannya mereka udah putus, ya?""Iya sih mere
Vanka duduk di samping Lisa. Cewek itu sedang berada di rumahnya. Vanka cukup terkejut karena cewek itu tiba-tiba datang ke rumahnya. Apalagi mereka tidak akur, jadi wajar saja kalau Vanka merasa heran dan aneh."Ngapain lo ke sini?" tanya Vanka."Gue mau minta maaf.""Minta maaf buat apa?""Karena gue udah kirimin videonya Lintang sama Evan," jawab Lisa.Terlihat jelas dari raut wajah Lisa kalau cewek itu menyesal akan perbuatannya."Jadi lo yang kirim videonya?" Vanka tidak menduga kalau Lisa adalah orang yang mengirim video tersebut. Pasalnya, cewek itu tidak memiliki nomor Vanka.Lisa mengangguk pelan. "Iya. Gue pikir dengan lo putus dari Lintang, gue bisa sama Lintang. Gue pikir Lintang masih suka sama gue, tapi ternyata enggak. Perasaannya udah gak buat gue lagi.""Sekarang lo bisa kejar dia lagi, Lis. Karena gue udah gak cinta lagi sama Lintang." Lisa segera melepas tangan Vanka dari tangannya.Lisa menggeleng. "Eng
Sudah seminggu Lintang dan Vanka putus. Dan seminggu itu pula Vanka tampak tidak bersemangat. Ia seperti tidak ingin melakukan kegiatan apa pun. Bahkan, belajar saja ia tidak bisa fokus.Apalagi Lintang juga sering mendekatinya. Cowok itu masih berusaha agar hubungan mereka bisa kembali. Walaupun Lintang sudah berulang kali mengatakan pada Vanka kalau dia sudah menyukai Vanka, tetap saja Vanka masih tidak percaya dengan Lintang. Ia masih yakin kalau Lintang masih menyukai Lisa. Dilihat dari manapun, memang Lintang menyukai Lisa. Tatapan Lintang pada cewek itu berbeda ketika Lintang menatap dirinya. Dan, Vanka bisa merasakan itu.Walaupun Vanka masih belum bisa melupakan Lintang, tapi ia akan berusaha."Vanka," panggil Lintang. Tanpa menoleh, Vanka sudah tahu siapa yang memanggilnya. Tapi Vanka memilih tidak menoleh dan terus melangkah. Namun baru beberapa langkah, tiba-tiba Lintang menahan lengannya membuat langkah Vanka terhenti."Van, please jangan hind
"Hai," sapa Vanka.Lintang yang berdiri di hadapan Vanka menatap gadisnya itu tanpa berkedip.Malam ini, gadisnya itu terlihat sangat cantik.Tang." Vanka melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Lintang membuat cowok itu segera berkedip."Kok bengong? Ayo jalan sekarang," ujar Vanka."Ah, iya." Lintang meraih tangan Vanka membawa gadis itu mendekati mobilnya."Kok bawa mobil? Motor lo ke mana?" tanya Vanka.Ini kali pertama seorang Lintang mengendarai mobil. Biasanya, cowok itu selalu mengendarai motor kesayangannya.Lintang tersenyum. "Malam ini gue sengaja bawa mobil biar rambut lo gak berantakan. Gue gak mau wajah cantik lo harus kena angin malam.""Bisa aja lo." Vanka memukul pelan lengan Lintang membuat cowok itu terkekeh.Lintang membuka pintu mobil untuk Vanka membuat gadis itu tersenyum."Makasih.""Sama-sama."*****Vanka menatap takjub ke sekeliling rooftop restauran. Lintan
Lintang melirik Vanka yang sedari tadi sedang sibuk membaca novelnya. Mereka kini sedang berada di depan kelas Vanka. Lintang sengaja ke kelas Vanka agar ia bisa terbebas dari Lisa.Lintang pikir setelah ia memberitahu Lisa kalau ia sudah tidak menyukai cewek itu, Lisa akan berhenti menunggunya. Namun, nyatanya lebih parah. Lisa bukan hanya menunggunya saja melainkan cewek itu juga terus mengganggunya. Tentu saja Lintang terganggu."Baca novel apa? Serius banget."Vanka menutup novelnya lalu beralih menatap Lintang. "Baca novel horor. Mau baca?" Vanka menyodorkan novelnya, namun langsung ditolak oleh Lintang."Gue gak suka baca novel.""Udah baca aja. Ini seru kok. Gue yakin lo yang malas baca novel bakal ketagihan baca novel ini. Karena novelnya itu selalu bikin kita penasaran.""Enggak. Gue gak mau. Ngapain baca novel? Yang ada buang-buang waktu. Kayak gak ada kerjaan yang lebih penting aja." Ucapan Lintang membuat Vanka mengerucutkan