Lintang menunggu Vanka di depan rumahnya. Ia menyandarkan tubuhnya di motor sport miliknya. Sesekali berdecak karena Vanka yang tak kunjung keluar dari rumahnya.
Tak lama kemudian, Vanka keluar dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya.
"Pagi Lintang," sapa Vanka.
"Lama banget sih lo. Ngapain aja?" ketus Lintang.
"Maaf. Gue masih siap-siap."
"Siap-siap aja lama. Besok-besok kalau lo lama lagi, gue tinggalin lo. Kalau perlu gue gak mau jemput lo lagi," ucap Lintang membuat Vanka mencebikan bibirnya kesal.
"Kenapa sih lo selalu marah-marah sama gue? Padahal, kan itu cuma masalah kecil."
"Justru itu, masalah yang kecil aja gak boleh disepelin gitu aja."
"Buruan naik! Nanti telat."
Vanka meneriama helm dari Lintang dan memakainya, kemudian naik ke motor Lintang dengan bantuan cowok itu.
"Udah?" tanya Lintang.
"Udah."
Vanka melingkarkan tangannya di pinggang Lintang, namun cowok itu langsung melepasnya membuat Vanka kecewa.
"Gak usah meluk-meluk."
"Kenapa gak boleh? Emangnya gue gak boleh meluk pacar sendiri?"
Tanpa menjawab pertanyaan Vanka, ia langsung melajukan motornya.
****
Mereka sudah sampai di sekolah. Vanka berjalan di samping Lintang sembari mengalungkan tangannya pada tangan Lintang.
"Hai Lintang," sapa Lisa yang sudah berada di samping Vanka.
"Hai Lis," balas Lintang sembari tersenyum.
Lintang langsung melepaskan tangan Vanka dari tangannya membuat Vanka mendesah kecewa.
"Ke kelas bareng gue ya," pinta Lisa.
Lintang mengangguk. "Ayo."
"Eh, Tang. Kok lo ninggalin gue sih?" ucap Vanka.
"Gak usah manja. Ke kelas sendiri sana."
"Ck! Nyebelin banget sih."
"Halo Vanka cantik," sapa Vino sembari tersenyum.
Vanka menoleh kemudian tersenyum.
"Vin, gue bisa minta tolong gak?"
"Boleh. Minta tolong apa?"
Vanka mengeluarkan buku tugas milik Lintang dan sebungkus roti serta susu kotak.
"Lo tolong kasih ini ke Lintang ya. Bilangin ke dia gue udah kerjain tugas Matematikanya."
Vino menerima buku, roti, serta susu kotak tersebut dari Vanka.
"Lo baik banget sih, Van. Gue jadi pengin punya pacar kayak lo. Biar bisa ngerjain tugas gue," ucap Vino sembari tertawa.
Vanka tersenyum tipis. "Bisa aja lo. Ya gue cuma mau bantu dia aja. Kalau gue gak bantu dia pasti gak bakal kerjain tugasnya."
"Iya sih. Ya udah kalau gitu gue duluan ke kelas ya," pamit Vino.
Vanka hanya mengangguk membiarkan Vino berjalan ke kelasnya.
"Semoga aja Lintang mau makan roti dan minum susunya," gumamnya.
****
Vino duduk di samping Lintang kemudian menaruh buku tulis, roti, dan susu di hadapan Lintang. Membuat Lintang mengernyitkan keningnya.
"Buat lo, dari Vanka," ucap Vino.
Lintang mengambil buku tulisnya dan menaruh roti dan susu kotak di meja Vino.
"Buat lo aja. Gue gak butuh itu."
"Hadeh. Lo emang bener-bener ya. Jadi, lo pacaran sama Vanka cuma mau manfaatin dia doang?" Vino geleng-geleng kepala tidak habis pikir dengan sahabatnya.
"Gue gak manfaatin dia. Dianya aja yang nawarin diri buat ngerjain tugas gue."
"Tang, ini ada roti coklat sama susu buat lo," ucap Lisa sembari menyodorkan sebungkus roti coklat dan susu kotak pada Lintang.
Lintnag tersenyum kemudian menerimanya. "Makasih ya Lis."
"Sama-sama."
Lintang membuka bungkusan roti tersebut kemudian melahapnya. Vino menatapnya bingung.
"Kok lo makan roti pemberian Lisa, sih?" tanya Vino.
"Emang kenapa?" tanya balik Lintang.
"Kenapa lo gak makan pemberian Vanka?"
"Gue gak mau kalau dari dia. Gue cuma mau makan dari Lisa."
"Bener-bener lo ya. Vanka bakal marah kalau dia tahu."
"Emang gue pikirin," ucap Lintang cuek.
"Lo itu harusnya bersyukur punya cewek kayak Vanka. Udah cantik, baik, perhatian, pinter lagi sampai mau kerjain tugas lo."
"Lo tenang aja, kalau gue udah putus dari dia, lo boleh ambil dia."
"Bener-bener gila lo."
****
"Hai Lintang," sapa Vanka sembari tersenyum.
Sekarang ini, tidak ada guru yang masuk ke kelas mereka. Karena guru-guru sedang rapat. Hal itu menguntungkan Vanka, karena ia bisa menghampiri Lintang ke kelasnya.
Lintang yang sedang mengobrol dengan Vino dan Roy di depan kelas melirik sekilas ke arah Vanka.
"Ngapain ke sini?" tanya Lintang sedikit tidak suka.
"Pengin aja. Mumpung jamkos, gue bosen di kelas. Pengin ketemu lo."
"Sayangnya gue gak pengin ketemu lo."
"Em, Tang gue sama Vino masuk kelas dulu," pamit Roy.
Belum sempat Lintang membuka mulut untuk melarang mereka pergi, kedua sahabatnya sudah duluan ke kelas.
"Tang, gue boleh duduk di sini gak?" tanya Vanka.
"Duduk ya duduk aja. Ngapain juga minta ijin sama gue?"
"Lo tuh kenapa sih gak pernah lembut kalau ngomong sama gue? Sama Lisa aja lo ngomongnya lembut."
"Ngapain juga gue harus ngomong lembut sama lo?"
"Gue boleh tanya gak sama lo?"
Tatapan Lintang masih lurus ke depan.
"Apa?"
"Sebenarnya lo cinta gak sih sama gue?" tanya Vanka.
Lintang terdiam sejenak. Lidahnya terasa kelu untuk menjawab pertanyaan Vanka.
"Kenapa diam? Lo gak cinta ya sama gue? Jangan-jangan lo terpaksa ya pacaran sama gue?" tanyanya dengan kepala tertunduk. Takut-takut kalau Lintang akan marah padanya.
"Denger ya, mulai sekarang gue minta sama lo jangan pernah tanya itu lagi. Sekali lagi lo tanya itu, kita putus!"
Vanka langsung mengangkat kepalanya. Wajahnya tampak terkejut.
"Kok gitu sih? Emangnya salah kalau gue nanya?"
"Ya salah. Udah mendingan lo balik aja ke kelas lo." Setelah berucap demikian, Lintang langsung masuk ke kelasnya meninggalkan Vanka.
Ketika Vanka hendak pergi, suara Lisa menghentikannya.
"Kasihan banget dicuekin sama pacarnya sendiri," ucap Lisa diikuti tawanya.
"Oh iya, lo tahu roti sama susu pemberian lo itu gak dimakan sama Lintang. Dia kasih ke Vino. Tapi, lo tenang aja karena dia makan roti dan minum susu kotak pemberian gue kok," lanjutnya.
Vanka menatap Lisa terkejut.
"Jangan bohong lo," ucap Vanka.
"Gue gak bohong. Ngapain juga gue bohong sama lo. Asal lo tahu ya, Lintang itu gak suka sama lo. Dia itu cuma suka sama gue. Jadi, lo gak usah bangga karena lo jadi pacar dia. Emang sih lo pacar dia, tapi dia lebih perhatian sama gue."
"Terus lo bangga gitu? Karena berhasil bikin cowok orang suka sama lo? Harusnya lo tahu diri deh," ucap Vanka dengan senyum miring.
Sungguh, ia sangat kesal dengan Lisa. Karena cewek ini berani mendekati Lintang, padahal dia tahu kalau Lintang adalah pacarnya.
"Ya gue bangga lah. Lagian, cowok lo sendiri aja gak terganggu sama gue. Bahkan, dia selalu perhatian sama gue. Mendingan lo putus aja deh dari Lintang. Gak usah berharap kalau Lintang bakal peduli sama lo."
Vanka terdiam. Ia membalikkan badannya dan pergi dari sana.
Ia merasa sakit, ketika Lisa berbicara seperti itu. Itu memang benar adanya. Lintang selalu baik dan perhatian pada Lisa. Sedangkan, dirinya tidak pernah diperhatikan oleh Lintang. Padahal, ia adalah pacar Lintang.
"Kenapa harus kayak gini sih?"
******
Saat ini, Vanka, Sela, dan Lia sedang berada di mall. Sela dan Lia memaksa Vanka untuk pergi ke mall agar bisa bersenang-senang. Padahal, Vanka sudah mati-matian menolak ajakan mereka, tapi tetap saja kedua sahabatnya itu terus memaksanya dan akhirnya ia menuruti mereka."Jangan lama-lama ya. Soalnya gue masih mau ngerjain tugas Fisika," ujar Vanka."Ya ampun Van, hari ini libur loh. Masih aja lo mikirin tugas," sahut Lia."Iya. Kita kan mau senang-senang. Sekali-kali jangan belajar mulu. Kita juga butuh refreshing kali," timpal Sela."Iya gue tahu. Tapi kan kita ini udah kelas dua belas. Kita kelas ujian loh, harus persiapin diri sebelum ujian. Emangnya lo berdua gak mau lulus?""Udah lah gak usah mikirin itu. Kita mau lulus kok. Lo tenang aja. Gue yakin kita bakal lulus.""Iya emang lulus. Tapi, kalau nilainya jelek gimana? Lo berdua mau nilai kalian jelek?""Udah deh nanti aja bahas nilainya. Sekarang kita senang-senang dulu." Lia menarik
Lintang menatap bosan Vanka yang sedari tadi sibuk membaca buku paket. Mereka sedang berada di perpustakaan sekolah.Vanka meminta Lintang untuk menemaninya ke perpustakaan. Sebenarnya, Lintang sudah menolak, tapi karena Vanka terus-terusan memohon membuatnya terpaksa mengikuti kemauan gadis itu."Van, udah selesai belum bacanya? Gue udah laper, nih," ucap Lintang sembari melipat tangannya di depan dada."Bentar Tang. Ini gue masih baca materinya. Lo mau baca? Ini tuh materinya lengkap banget. Siapa tahu dengan lo baca buku ini lo bisa kerjain tugas lo sendiri," ucap Vanka sembari tersenyum."Ogah. Ngapain juga baca buku? Gak bakal masuk ke otak gue," ucap Lintang."Tapi, Tang ini tuh bagus banget bukunya. Lo harus baca.""Enggak," tolak Lintang. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari perpustakaan."Eh, Lintang! Tungguin gue!" Vanka segera menaruh kembali buku paket ke rak dan berlari mengejar Lintang.Ia langsung menggengga
Hari ini Lintang terlambat ke sekolah. Bukan hanya Lintang, melainkan Vanka juga.Sebenarnya, Vanka tidak terlambat ke sekolah, tapi karena ia menunggu Lintang untuk menjemputnya jadilah ia ikut terlambat. Dan, sekarang mereka sedang menjalani hukuman mereka. Yaitu, berlari memutari lapangan sebanyak sepuluh kali."Capek banget," keluh Vanka."Lemah banget sih jadi cewek. Baru satu putaran aja udah ngeluh," ejek Lintang."Ih Lintang! Ini semua juga gara-gara lo tahu. Coba aja kalau lo jemput gue cepat, pasti kita gak bakal telat kayak sekarang," omel Vanka."Bisa diem gak lo? Salah lo sendiri, gue kan udah nyuruh lo berangkat duluan. Lo aja yang ngotot mau nunggu gue. Jadi, jangan salahin gue kalau sekarang lo dihukum," ucap Lintang masih terus berlari.Vanka terdiam. Ia kembali berlari, tapi tidak bersuara lagi. Hal itu membuat, Lintang menoleh ke belakang memastikan apa Vanka baik-baik saja atau tidak."Kenapa diam?" tanya Lintang masih te
Lintang menatap bosan Vanka yang sedari tadi sedang memilih-milih novel yang ada di rak buku. Sekarang mereka sedang berada di toko buku. Vanka meminta Lintang untuk menemaninya ke toko buku. Meskipun, Lintang sedang kesal dengan gadis itu mengingat kejadian di kantin antara Dean dan Vanka, namun ia tetap menuruti permintaan Vanka. Karena ia sudah berjanji akan menemani gadis itu."Tang, kira-kira gue beli novel yang mana ya?" tanya Vanka pada Lintang sembari menunjukkan dua novel yang ada di tangannya pada Lintang."Beli aja yang lo suka," jawab Lintang singkat."Tapi gue suka dua-duanya.""Ya udah, beli dua-duanya aja.""Tapi, uang gue gak cukup kalau beli dua-duanya. Gimana dong?""Ck! Buruan! Gue gak punya banyak waktu buat nunggu lo di sini. Lo pikir gue gak ada kerjaan lain apa?" ketus Lintang.Ia sudah sangat bosan menunggu Vanka di sini. Karena sudah hampir dua jam mereka berada di toko buku. Salah satu alasan Lintang malas menemani
Vanka berdiri di depan Lintang yang sedang menatapnya. Pagi ini, Vanka berangkat sekolah sendiri. Ia tidak menunggu Lintang. Cowok itu tidak tahu kalau Vanka sudah berangkat duluan. Ia tadi sempat ke rumah Vanka, namun gadis itu sudah tidak ada. Dan, sekarang Lintang sedang berada di depan kelas Vanka."Kenapa lo berangkat duluan? Kenapa gak chat gue dulu?" tanya Lintang."Gue gak mau telat kayak kemarin," jawab Vanka singkat."Telat dari mana? Ini aja masih jam setengah tujuh. Gue aja gak telat.""Gue cuma gak mau berangkat sama lo aja."Lintang menatap Vanka bingung. Kenapa gadis ini terlihat jutek padanya? Apa kesalahannya?"Lo kenapa sih? Lo marah sama gue? Emang gue salah apalagi?" tanya Lintang."Harga novel yang lo beliin buat gue berapa? Biar gue ganti uangnya," ucap Vanka tanpa menjawab pertanyaan Lintang."Gak usah ganti uang gue. Gue ikhlas kok beliinnya," tolak Lintang. Tapi ucapannya tidak dipedulikan o
Lintang dan Vanka sedang berada di cafe. Mereka kini sedang menikmati ice cream. Bahkan, Vanka sudah dua kali memesan ice cream.Lintang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan pacarnya."Doyan banget lo," ucap Lintang.Vanka tersenyum kecil. "Iya lah. Soalnya ice cream di sini enak banget. Makasih ya atas sogokannya."Lintang mengernyitkan keningnya bingung. "Sogokan? Maksud lo?" tanya Lintang tidak mengerti."Iya sogokan. Lo nyogok gue biar gue gak marah lagi sama lo, kan?""Gue gak nyogok. Gue emang mau traktir lo aja," jawab Lintang seadanya.Sebenarnya, ia memang sengaja mengajak Vanka untuk makan ice cream, agar gadis itu tidak marah lagi padanya. Lintang tahu Vanka sangat menyukai ice cream.Setiap Vanka marah padanya, ia pasti akan berusaha membujuk Vanka dengan ice cream, dan hal itu berhasil. Walaupun, kadang-kadang gagal."Oh gitu." Vanka kembali menyuapkan ice cream coklat kesukaannya ke dalam mulutnya.
"LINTANGGG!" teriak Vanka memenuhi ruang kelas Lintang. Hal itu membuat seisi kelas menatap tajam ke arahnya.Vanka tersenyum kikuk. Ia segera meminta maaf pada mereka, karena telah mengganggu mereka.Lintang menatap kesal ke arah Vanka. Ia langsung berjalan menghampiri Vanka yang sedang berada di depan pintu kelasnya."Ngapain lo ke sini?" tanya Lintang."Gue mau minta tolong boleh?""Minta tolong apa?""Temenin gue ke perpus. Mau ya?" pintanya."Enggak. Minta tolong sama temen-temen lo aja," tolak Lintang cepat.Ia sangat malas menemani Vanka ke perpustakaan. Ia tidak mau menunggu Vanka berjam-jam di tempat memuakkan itu.Vanka mengerucutkan bibirnya."Kenapa gak mau temenin gue?" tanya Vanka mencoba menahan rasa kesalnya."Ya gue gak mau. Udah sana pergi. Ganggu gue aja.""Tang," panggil Lisa yang sudah berada di samping Lintang."Kenapa Lis?" tanyanya."Temenin gue ke kantin dong. Gue haus mau be
"GUYS!" teriak Lia memenuhi ruang jelas. Ia sama sekali tidak peduli dengan teman-teman kelasnya yang tengah menatap tajam ke arahnya."Kenapa sih, Ya? Datang-datang bukannya salam malah teriak-teriak," ucap Vanka."Lo berdua tahu gak---""Enggak," potong Vanka dan Sela."Ish. Kalau gue belum selesai ngomong jangan dipotong dulu."Mereka berdua tertawa kecil. "Ya udah buruan ngomong," suruh Sela."Hari ini, satu sekolahan pada heboh karena ada anak baru," ucapnya antusias."Anak baru? Terus kenapa? Gue gak peduli kali," ucap Sela acuh. Ia kembali sibuk dengan ponselnya."Anak barunya cewek apa cowok?" tanya Vanka."Cowok, Van. Gila dia ganteng banget. Bahkan, dia lebih ganteng daripada Lintang," heboh Lia.Sela hanya geleng-geleng kepala mendengar Lia yang begitu antusias menceritakan anak baru itu."Masa sih dia lebih ganteng daripada Lintang? Menurut gue yang paling ganteng itu cuma Lintang seorang," ucap Vanka kemu
Hari ini adalah hari yang paling tidak menyenangkan bagi Vanka. Bagaimana tidak, tadi pagi saja Lintang tidak menjemputnya sehingga ia harus berangkat dengan ojek online. Padahal Vanka sudah menghubungi cowok itu, tapi Lintang seolah mengabaikannya.Dan, saat ia tiba di sekolah, Sela dan Lia malah mendiaminya. Vanka mencoba mengajak mereka mengobrol, namun mereka hanya diam."Pagi Vanka," sapa Vino yang berjalan memasuki kelas Vanka.Vanka yang masih berusaha mengajak kedua sahabatnya mengobrol pun menoleh pada Vino."Kenapa Vin?" tanya Vanka."Tadi lo berangkat sama Lintang?"Vanka menggeleng. "Enggak. Tadi pagi gue chat dia aja gak dibalas. Emang dia belum datang?""Belum. Apa mungkin dia kesiangan, ya? Tuh anak kan hobinya nge-game mulu.""Tapi belakangan ini dia udah jarang main game. Soalnya gue udah larang dia."Vino manggut-manggut. "Terus dia ke mana, ya? Apa jangan-jangan dia gak datang sekolah?""Coba aja
Pagi ini, Lintang dan Vanka menjadi sorotan murid-murid yang ada di sekolah. Mereka baru saja sampai di sekolah, tapi sudah banyak murid-murid yang mengerubungi mereka."Lintang, Vanka. Lo berdua balikan, ya?" tanya salah satu murid cewek."Iya." Jawaban yang singkat dari Lintang, namun mampu membuat kaum hawa yang ada di sana sakit hati.Mereka berpikir, Lintang akan mencari pengganti Vanka, namun harapan mereka pupus saat mengetahui kalau Lintang dan Vanka sudah kembali berpacaran."Yah, parah banget sih. Padahal kan gue udah berharap lo mau pacaran sama gue," ujar cewek berambut pirang yang tampak centil.Jujur, Vanka tidak suka dengan cewek-cewek yang tampak tidak terima karena Lintang dan dirinya kembali berpacaran. Namun, ia mencoba menutupi rasa kesal dan cemburunya itu. Vanka sudah memutuskan untuk menjadi pacar yang lebih dewasa, yang tidak mudah cemburu. Karena ia sadar, di sekolah ini, Lintang adalah cowok populer yang disukai oleh hampi
"Jadi apa jawabannya?"Vanka menghembuskan napasnya, mencoba menenangkan dirinya."Gue mau balikan sama lo.""Serius? Lo beneran mau balikan sama gue?" tanya Lintang dengan wajah terkejut. Masih tidak menyangka dengan jawaban Vanka."I... iya." Tanpa ragu, Lintang langsung membawa Vanka ke dalam pelukannya. Meskipun terkejut dengan perlakuan Lintang, Vanka tidak bisa membohongi perasaannya kalau ia senang bisa dipeluk oleh Lintang lagi."Makasih Van. Makasih karena udah mau nerima gue lagi. Gue senang banget.""Iya. Sama-sama."Lintang melepas pelukannya."Gue janji gak bakal kecewain lo lagi, Van.""Ini kesempatan terakhir buat lo. Kalau lo kecewain gue lagi, gue gak bakal mau balikan lagi sama lo."Lintang menaruh tangannya di pelipis seperti sikap hormat. "Siap bos.""Ya udah sana pulang.""Kok lo ngusir gue? Kan kita baru aja balikan. Udah lama juga gue gak mampir ke rumah lo, kan?"Vanka
"Maaf karena dulu udah sia-siakan lo. Gue tahu gue gak tahu diri, tapi boleh gak kita balik kayak dulu. Boleh gak gue jadi pacar lo lagi?"Vanka menahan napasnya untuk beberapa saat ketika mendengar ucapan Lintang. Ia tidak menduga Lintang akan meminta balikan dengannya. Karena ia pikir cowok itu masih menyukai Lisa."Bukannya lo suka sama Lisa? Kok minta balikan sama gue?" tanya Vanka mencoba menghilangkan rasa gugupnya."Gue gak suka sama Lisa, Van. Gue sukanya lo.""Please kasih gue satu kesempatan lagi, ya?""Kasih gue waktu dulu buat mikir, ya."Lintang tersenyum lalu mengangguk. "Oke. Tapi jangan lama-lama, ya. Soalnya gue gak bisa nunggu lama-lama.""Kenapa gak bisa nunggu lama-lama?""Karena kalau gue nunggu lama, ntar gue diambil cewek lain lagi. Emangnya lo rela gue sama cewek lain?""Rela-rela aja tuh," jawab Vanka cuek."Yakin?""Yakin.""Yakin aja atau yakin banget?""Yakin banget
Pagi-pagi sekali, Lintang sudah berada di depan rumah Vanka. Cowok itu merapikan rambutnya sembari menatap kaca spion motornya."Ngapain ke sini?" Pertanyaan Vanka membuat Lintang langsung beralih menatap cewek itu lalu tersenyum."Mau jemput lo lah. Gue kan udah chat lo.""Gue gak mau berangkat bareng lo.""Gue gak mau dengar penolakan dari lo." Lintang menarik pelan lengan Vanka lalu memakaikan helm pada gadis itu."Gue bilang gue---" Ucapan Vanka terhenti saat Lintang menempelkan jari telunjuknya pada bibir Vanka."Please, Van, sekali ini aja jangan nolak gue. Kasih gue kesempatan sekali lagi."Vanka tidak membalas ucapan Lintang, tapi ia berjalan mendekati motor Lintang. Hal itu membuat Lintang sedikit kecewa, tapi itu tidak masalah. Karena setidaknya, Vanka mau berangkat bersamanya."Buruan!""Iya."*****"Loh, Lintang sama Vanka berangkat barengan? Bukannya mereka udah putus, ya?""Iya sih mere
Vanka duduk di samping Lisa. Cewek itu sedang berada di rumahnya. Vanka cukup terkejut karena cewek itu tiba-tiba datang ke rumahnya. Apalagi mereka tidak akur, jadi wajar saja kalau Vanka merasa heran dan aneh."Ngapain lo ke sini?" tanya Vanka."Gue mau minta maaf.""Minta maaf buat apa?""Karena gue udah kirimin videonya Lintang sama Evan," jawab Lisa.Terlihat jelas dari raut wajah Lisa kalau cewek itu menyesal akan perbuatannya."Jadi lo yang kirim videonya?" Vanka tidak menduga kalau Lisa adalah orang yang mengirim video tersebut. Pasalnya, cewek itu tidak memiliki nomor Vanka.Lisa mengangguk pelan. "Iya. Gue pikir dengan lo putus dari Lintang, gue bisa sama Lintang. Gue pikir Lintang masih suka sama gue, tapi ternyata enggak. Perasaannya udah gak buat gue lagi.""Sekarang lo bisa kejar dia lagi, Lis. Karena gue udah gak cinta lagi sama Lintang." Lisa segera melepas tangan Vanka dari tangannya.Lisa menggeleng. "Eng
Sudah seminggu Lintang dan Vanka putus. Dan seminggu itu pula Vanka tampak tidak bersemangat. Ia seperti tidak ingin melakukan kegiatan apa pun. Bahkan, belajar saja ia tidak bisa fokus.Apalagi Lintang juga sering mendekatinya. Cowok itu masih berusaha agar hubungan mereka bisa kembali. Walaupun Lintang sudah berulang kali mengatakan pada Vanka kalau dia sudah menyukai Vanka, tetap saja Vanka masih tidak percaya dengan Lintang. Ia masih yakin kalau Lintang masih menyukai Lisa. Dilihat dari manapun, memang Lintang menyukai Lisa. Tatapan Lintang pada cewek itu berbeda ketika Lintang menatap dirinya. Dan, Vanka bisa merasakan itu.Walaupun Vanka masih belum bisa melupakan Lintang, tapi ia akan berusaha."Vanka," panggil Lintang. Tanpa menoleh, Vanka sudah tahu siapa yang memanggilnya. Tapi Vanka memilih tidak menoleh dan terus melangkah. Namun baru beberapa langkah, tiba-tiba Lintang menahan lengannya membuat langkah Vanka terhenti."Van, please jangan hind
"Hai," sapa Vanka.Lintang yang berdiri di hadapan Vanka menatap gadisnya itu tanpa berkedip.Malam ini, gadisnya itu terlihat sangat cantik.Tang." Vanka melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Lintang membuat cowok itu segera berkedip."Kok bengong? Ayo jalan sekarang," ujar Vanka."Ah, iya." Lintang meraih tangan Vanka membawa gadis itu mendekati mobilnya."Kok bawa mobil? Motor lo ke mana?" tanya Vanka.Ini kali pertama seorang Lintang mengendarai mobil. Biasanya, cowok itu selalu mengendarai motor kesayangannya.Lintang tersenyum. "Malam ini gue sengaja bawa mobil biar rambut lo gak berantakan. Gue gak mau wajah cantik lo harus kena angin malam.""Bisa aja lo." Vanka memukul pelan lengan Lintang membuat cowok itu terkekeh.Lintang membuka pintu mobil untuk Vanka membuat gadis itu tersenyum."Makasih.""Sama-sama."*****Vanka menatap takjub ke sekeliling rooftop restauran. Lintan
Lintang melirik Vanka yang sedari tadi sedang sibuk membaca novelnya. Mereka kini sedang berada di depan kelas Vanka. Lintang sengaja ke kelas Vanka agar ia bisa terbebas dari Lisa.Lintang pikir setelah ia memberitahu Lisa kalau ia sudah tidak menyukai cewek itu, Lisa akan berhenti menunggunya. Namun, nyatanya lebih parah. Lisa bukan hanya menunggunya saja melainkan cewek itu juga terus mengganggunya. Tentu saja Lintang terganggu."Baca novel apa? Serius banget."Vanka menutup novelnya lalu beralih menatap Lintang. "Baca novel horor. Mau baca?" Vanka menyodorkan novelnya, namun langsung ditolak oleh Lintang."Gue gak suka baca novel.""Udah baca aja. Ini seru kok. Gue yakin lo yang malas baca novel bakal ketagihan baca novel ini. Karena novelnya itu selalu bikin kita penasaran.""Enggak. Gue gak mau. Ngapain baca novel? Yang ada buang-buang waktu. Kayak gak ada kerjaan yang lebih penting aja." Ucapan Lintang membuat Vanka mengerucutkan