"Peter, gue mau jika taman belakang harus selalu terlihat bersih, asri dan nyaman." Tutur Felix, kepada asistennya.Namun Peter yang sedang melamun. Tidak mendengar semua perkataan Felix.Hal itu sontak membuatnya, marah."Woi! Pepet! Lo kenapa, hah? Sedang kesambet kah? Jangan-jangan Lo lagi mikirin istri gue, hah? Jujur, Lo!" Lalu dengan cepat Felix menghampiri Peter dan mencengkeram kerah bajunya dengan kuat.Kepalan tangannya yang keras itu, siap-siap hendak mendarat di tulang rawan Peter.Namun tak kalah cepat, Peter segera berkata,"Ampun, Tuan Muda. Saya mana berani tertarik dengan Nona Cyra." Ucapnya takut, lalu mencoba menahan serangan dari Felix dengan kedua tangannya."Terus, dari tadi. Apa yang Lo lamunkan, Pepet!" Peter terdiam. Karena dia pasti sangat malu jika Felix mengetahui isi hatinya. Pasti sang bos akan menertawakannya, habis-habisan.Felix semakin emosi melihat jika Peter malah memilih diam. Seolah-olah, dia sedang menyembunyikan sesuatu saat ini. Semakin curigala
"Cih! Ngapain Lo ke sana?" Ucap Felix, lagi."A ... aku suka melihat bunga-bunga yang hidup di taman itu. Aku juga suka memandang ikan-ikan di kolam yang juga ada di sana." Tutur Cyra, jujur.Felix terdiam mendengar penuturan dari Cyra. Ternyata dugaannya benar. Sang istri menyukai taman di belakang rumahnya, itu.Tidak salah lagi jika dia menyuruh beberapa orang untuk semakin mempercantik taman itu."Ma ... maaf, Tuan Muda." Tukas Cyra, memecah keheningan. Dia takut jika Felix marah karena dirinya terlalu lama berada di taman itu.Felix tetap terdiam. Saat ini dia sangat kelaparan. Perutnya sudah keroncongan dari tadi. Namun dia terlalu gengsi untuk mencicipi sendiri, semua hasil masakan Cyra. Untuk itu Felix terpaksa marah-marah untuk menutupi egonya.Melihat wajah Felix yang mulai kebingungan, Bik Upik segera melirik ke arah Cyra, agar membujuk Felix untuk makan."Tu ... tuan Muda. Bagaimana jika aku menyuapi Anda? Waktu Anda untuk minum obat akan segera terlewatkan." Ucap Cyra. La
Cyra pun menjadi bingung sendiri dengan keinginan suaminya itu. Setelah Felix kenyang dan perutnya terasa begah. Barulah Felix berhenti menyuruh Cyra membuat teh untuknya."Dari mana kamu belajar meracik teh sehingga rasanya seperti itu?" tanya Felix, menusuk.Seketika nyali Cyra menciut saat mata elang milik Felix menatap penuh selidik ke arahnya.Dengan penuh rasa takut, Cyra menjawab perkataan suaminya."Sa ... saya sudah biasa membuat teh sejak kecil, Tuan." kawabnya."Apakah kamu yakin dengan jawabanmu, itu?" selidik, Felix."I ... iya, Tuan.""Atau jangan-jangan kamu pernah ikut kursus membuat teh sebelumnya?" Felix semakin curiga kepada Cyra."Tu ... tuan, saya orang desa. Dari mana saya mendapatkan uang untuk kursus seperti yang Anda maksudkan?" sahut Cyra, sambil membalas tatapan tajam Felix selembut mungkin."Shit! Sorot matanya mengandung sihir!" tukasnya.Felix segera melepas pandangannya dari Cyra. Sambil berpikir bagaimana bisa rasa teh buatan Cyra, sama dengan rasa teh
"Maaf, Asisten Peter. Tugas saya selanjutnya. Apa, ya?" tanya Puspa, gugup. Dia segera mengalihkan pandangannya dari hadapan Peter.Menyadari dirinya yang tidak fokus. Peter juga secara spontan ikut membuang mukanya."Sepertinya, cukup dulu. Silakan keluar dari ruangan ini! Layani Nona Cyra dengan baik. Jika kamu melakukan sedikit kesalahan. Kamu akan mendapat hukuman dariku." perintahnya, lagi."Ba ... baik, Asisten Peter. Saya permisi, dulu." Dengan penuh rasa ketakutan, Puspa pun keluar dari ruangan yang sangat mencekam itu. Dia sampai-sampai memegang dadanya untuk menahan gemuruh aneh dan degupan jantung yang sangat cepat. Yang tidak pernah Puspa rasakan sebelumnya.Sementara di dalam ruangan, Peter sama sibuknya dengan Puspa. Mencoba menetralisir detak jantungnya yang dua kali lebih cepat dari sebelumnya."Sial! Kenapa makin ke sini. Gue semakin gugup jika berhadapan dengannya? Ini tidak bisa dibiarkan!" kesalnya dalam hati.Sesuai perintah dari Asisten Peter, Puspa segera mencar
"Maaf, Nona. Saya hanya menjalankan perintah dari Tuan Felix." ucap Puspa, mencoba menjelaskan semuanya kepada Cyra."Duh, Puspa. Aku tetap saja risih, deh. Bagaimana kalau kamu tunggu aku di depan toilet saja, aku pastikan akan mandi dengan bersih." tawarnya, kepada Puspa."Ta ... tapi, Nona. Kalau saya tidak mengurus Anda dengan baik. Asisten Peter akan menghukum saya." ucap Puspa, cemas."Sudah, kamu tenang saja. Biar nanti Asisten Peter, saya yang marahi." seru Cyra cepat, sambil mendorong tubuh Puspa untuk keluar dari toilet mewah itu.Mau tak mau, Puspa menuruti saja kemauan Cyra. Dia berharap Asisten Peter tidak mengetahui kesalahannya.Sementara di dalam kamar mandi, Cyra mulai menanggalkan semua pakaian yang melekat di tubuhnya. Lalu masuk ke dalam bathtub dan memulai ritual mandinya.Felix baru saja selesai meeting. Mengetahui sang atasan telah selesai dengan urusannya, Peter pun masuk ke dalam ruang kerja milik Felix.Peter sedikit khawatir dengan informasi yang baru saja di
"I ... iya, Tuan. Saya baru selesai mandi." jawabnya, sambil menundukan kepalanya. Entah kenapa dia tiba-tiba merasa gugup.Felix menatap tubuh Cyra dari bawah sampai atas. Rasa kagum mulai menyeruak dari dalam sanubarinya. Sepertinya dia terpesona dengan penampilan Cyra yang cantik dan anggun.Sejenak naluri memangsanya mulai menyelimuti jiwanya. Dia ingin segera merengkuh tubuh gadis itu di dalam pelukannya, ingin membawanya merasai nikmatnya puncak nirwana."Sini, kamu!" perintah, Felix."Ma ... maksudnya, Tuan?" tanya Cyra, yang masih tidak tahu dengan keinginan tersembunyi dari Felix."Ke marilah! Mendekat ke sini!""Ta ... tapi, Tuan." Cyra mengangkat kepalanya dan mulai melihat aura mesum di wajah suaminya. Semakin menambah ketakutannya."Nggak ada tapi-tapi! Ayo buruan ke sini!" perintahnya lagi.Namun Cyra tak bergeming. Dia tetap berdiri di depan kamar mandi. Serasa sangat enggan melangkah mendekati Felix yang sedang menunggunya di atas ranjang.Melihat Cyra yang membantah pe
"Cih! Banyak banget sih peraturannya!" keluh Felix tak suka."Semua memang harus Anda jalani, Tuan." sahut Bik Upik."Terserah! Saya mau istirahat Bik. Tolong ke luar dari kamar ini secepatnya." perintah Felix kepada sang ART.Felix mulai mengusir Bik Upik dari kamar utama. Seketika ketakutan melanda Cyra, saat mengetahui jika Bik Upik akan keluar dari kamar itu.Cyra menatap ke arah Bik Upik. Memohon kepadanya untuk membantunya lepas dari amukan Felix, suaminya.Seolah tahu isyarat mata Cyra. Bik Upik segera angkat bicara,"Baik, Tuan Muda. Saya akan meninggalkan Anda di sini. Tapi ... bagaimana dengan Nona Cyra?""Memangnya, kenapa dia?""Apakah Nona Muda, ikut ke luar kamar bersama saya, Tuan Muda?" tanya, Bik Upik kepada Felix."Enak saja! Tentu tidak. Dia punya pekerjaan penting untuk ku!" cegat Felix, karena Bik Upik akan menghampiri Cyra dan hendak membawa serta dengannya ke luar dari kamar."Ta ... tapi, Tuan." Bik Upik ingin bernegosiasi kembali dengan Felix. Namun sang atasa
Bunyi alarm dari ponselnya. Membangunkan Felix sore itu. Dia pun segera meraih ponselnya yang berada di atas nakas, untuk mematikan dering dari ponselnya yang begitu sangat menggangu pendengarannya.Perlahan Felix membalikkan badannya dan melihat jika Cyra sedang tidur sambil menghadap ke arahnya.Wajahnya yang cantik semakin terasa anggun saat dirinya sedang menutup matanya. Felix lalu memandang lekat-lekat wajah istrinya. Entah kenapa timbul perasaan menghangat di hatinya saat ini."Cyra Alesha kenapa sejak kehadiranmu. Hatiku seakan melunak karenamu? Siapakah sebenarnya dirimu?" tuturnya dalam hati.Tangan Felix mulai membelai lembut pipi Cyra dengan jari-jarinya. Lalu dia terpaku saat melihat leher istrinya yang sangat memerah seperti bekas bibir seseorang.Felix tiba-tiba tersenyum penuh arti saat ini. Dia menjadi ingat jika dirinya lah penyebab leher Cyra menjadi merah seperti itu.Lalu mata Felix mulai fokus melihat dua gundukan milik Cyra yang begitu sangat menggoda. Dia ingin
Pagi yang cerah ceria. Secerah hati kedua pasangan romantis sepanjang masa Cyra dan Felix. Mereka baru saja selesai joging santai di sekitar area perumahan. Felix dengan setia tetap mendampingi istrinya ke mana pun Cyra pergi, seperti pagi ini.Apalagi usia kandungan istrinya, telah genap sembilan bulan. Tinggal menunggu hari yang tepat untuk Cyra dapat melahirkan."Mas ... setelah mandi kita jalan ke mall, ya?" ucap Cyra kepada suaminya."Lho? Kok malah ke mall? Bukannya hari ini kita mau ziarah ke makam Bapak?" tutur Felix tak mengerti jalan pikiran sang istri."Eh ... iya, Mas. Maksud aku, setelah kita ke mall baru ke makam Bapak," ujarnya cengengesan."Sayang, memangnya kakimu nggak capek? Kita baru selesai joging, lho?" seru Felix lagi. Sang suami tak menyangka jika istrinya akhir-akhir ini memiliki energi berlebih dari biasanya. Padahal waktu untuk melahirkan akan segera tiba. "Aku nggak capek kok, Mas. Aku malah semakin bersemangat.""Apa?" kaget Felix dengan perkataan Cyra
Pagi yang cerah, jet pribadi milik Felix baru saja mendarat di bandar udara Thira, yang ada di Santorini, Yunani. Kedua sejoli itu segera menuju hotel yang akan mereka tinggali selama seminggu berada di kawasan indah itu.Sesampai di hotel, Cyra terlihat sangat kelelahan. Sang suami pun segera menyuruh istrinya untuk beristirahat sebentar."Sayang, kamu tidur sebentar deh. Kita jalan-jalannya agak sorean nantinya. Kamu pasti sangat kelelahan selama berada di pesawat nanti," tutur Felix."Iya, Mas. Aku sangat capek, nih." lirih Cyra."Tidurlah, aku akan membangunkanmu pada saat jam makan siang tiba," ucap Felix lalu mencium kening istrinya.Tak lupa sang suami juga mengecup lembut perut buncit istrinya, seraya berkata,"Terima kasih atas kerjasamanya, jagoan Daddy! Tetap kuat di dalam sana. Kamu, Mommy dan Daddy akan berada di tempat ini selama seminggu. So ... Daddy sangat berharap kamu ikut enjoy juga." Felix beberapa kali mencium perut Cyra membuat istrinya menjadi kegelian."Mas g
Dengan balutan kebaya berwarna baby blue, Cyra melangkah ke depan podium dengan didampingi oleh Felix yang memakai baju batik dengan warna senada. Sang suami menemani istrinya ke depan untuk menerima penghargaan sebagai salah satu mahasiswa yang lulus dengan predikat Cum Laude.Apalagi perut buncit Cyra sudah mulai kelihatan. Felix tidak mau terjadi sesuatu kepada istrinya karena sedang mengandung buah hati mereka.Felix juga diberikan kesempatan oleh pihak kampus untuk menyampaikan sepatah dua kata, untuk memotivasi para wisudawan dan wisudawati hari ini agar tidak pantang menyerah saat memasuki dunia kerja.Felix menyampaikan pidato tersebut dengan sangat piawai. Diam-diam Cyra semakin kagum dengan kepintaran suaminya. Bahkan Felix juga membuka jalan bagi para lulusan hari ini untuk melamar pekerjaan di perusahaan miliknya."Saya tunggu surat lamaran Anda semua di meja HRD di perusahaan saya. Kalian akan diseleksi dengan sangat ketat, tidak ada korupsi atau nepotisme. Semua ser
Apalagi setelah kehamilannya ini, Felix semakin over protektif kepadanya. Mendengar ancaman dari kedua orang tuanya yang akan membawa pergi istrinya, mau tidak mau, Felix pun mengikuti keinginan istrinya yang ingin menyelesaikan kuliahnya tahun ini.Malam pun tiba,Felix sedang berbaring di tempat tidur. Sedangkan Cyra masih duduk bersandar di dashboard ranjang. Sang istri terlihat sedang belajar saat ini. Besok pagi gilirannya untuk sidang skripsi.Beberapa buku bertebaran di atas kasur mereka. Felix ingin sekali protes karena istrinya yang dari tadi terus belajar tanpa jeda sedikit pun. Felix tidak mau jika Cyra menjadi kelelahan gara-gara belajar. Akan tetapi sang suami tidak bisa berbuat apa-apa. Karena dirinya telah berjanji di hadapan kedua orang tuanya. Jika dia akan mendukung penuh Cyra yang akan menamatkan kuliahnya pagi ini.Dari tadi pandangan Felix terus saja tertuju kepada jam di dinding kamar mereka. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Namun Cyra belum selesai
Di sebuah rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan,"Bagaimana dengan hasil pemeriksaan Anda, dokter?" tanya Felix kepada dokter kandungan langganan istrinya.Saat ini Cyra dan Felix sedang berada di ruang pemeriksaan. Sang istri baru saja selesai di USG."Over all semua baik-baik saja, Tuan Muda. Kondisi Si kecil juga terlihat kuat di rahim ibunya. Perkembangannya juga normal. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan." tutur sang dokter kepada keduanya."Oh ya, dok. Kalau istri saya ingin bepergian ke luar negeri menggunakan pesawat, apakah bisa?""Bisa, Tuan. Hanya saja, usia kehamilan tidak boleh lebih dari tiga puluh dua minggu. Saya juga harus memeriksa kondisi Nona Cyra sebelum melakukan penerbangan." jelas sang dokter.Felix merasa senang mendengar penjelasan sang dokter. Pasalnya, dia ada rencana untuk mengajak Cyra ke sebuah tempat di luar negeri. Apalagi saat ini sedang musim panas. Felix ingin menghabiskan waktu bersantai dengan istrinya.Hari minggu pun tiba,Saat ini sepasan
Acara resepsi telah usai, Menyisakan kedua sejoli itu, yang sedang berada di kamar president suite di hotel Fairmont tersebut.Felix terlihat sedang memijit kaki istrinya yang sedikit pegal. "Kakimu masih sakit, Sayang?" tanya Felix kepada Cyra."Nggak terlalu kok, Mas. Sudah mulai agak mendingan setelah kamu pijitin. Terima kasih ya, Sayang." ucap Cyra lalu mengecup kening suaminya.Felix menjadi gemas sendiri melihat tingkah istrinya. Sebenarnya saat ini, dirinya ingin menerkam Cyra dan membawanya ke atas langit ke tujuh. Akan tetapi Felix takut istrinya akan kelelahan nantinya.Sepertinya Cyra mengetahui kemauan hati suaminya. Dia pun segera berkata,"Kamu kenapa, Mas? Apakah kamu mau malam ini?" seru Cyra penuh selidik ke arah Felix."Eh ... nggak kok, Sayang. A ... aku bisa menahannya. Apalagi kamu pasti sangat capek saat ini," seru Felix lagi. Sang suami segera tidur membelakangi istrinya. Dia tidak mau ketahuan jika saat ini alat tempurnya telah tegak berdiri dan siap tempur
Ballrom Hotel Fairmont, Jakarta Pusat,Hari ini tepatnya hari Sabtu. Sungguh menjadi akhir pekan yang indah terutama bagi pasangan Felix dan Cyra. Pasalnya hari ini, Keluarga besar Domil sedang mengadakan ceremony. Perayaan empat bulanankandungan Cyra sekaligus juga dengan resepsi pernikahan mereka.Kedua pasangan itu pun memilih hotel Fairmont yang berada di pusat kota Jakarta. Mereka pun memilih Thema acara megah itu, dengan kalimat 'memiliki cinta dan memberi kebahagiaan selamanya kepada orang terkasih' Hotel bintang lima ini sungguh sangat mewah dengan yang gaya megah. Detail Ballroom yang indah, interior canggih, dan ruang VIP yang berdekatan. Sehingga calon pengantin memiliki banyak pilihan elegan untuk hari istimewa mereka.Berbagai macam kuliner asal Indonesia dan beberapa makanan western juga terhidang istimewa saat ini. Ballroom pun mulai dipenuhi para tamu undangan yang mulai berdatangan. Hampir seribu orang yang menghadiri acara megah itu.Tuan Doni mengundang semua k
"Nak Felix, terima kasih atas kebaikanmu kepada keluarga Ibu," sahut Bu Nia."Aku juga mengucapkan terima kasih atas kepercayaan Kakak kepadaku." Janu juga ikut menimpali. "Bu, Janu ... sekarang kita adalah keluarga. Sudah seharusnya anggota keluarga saling mendukung satu sama lain. Kalian berdua adalah bagian dari keluarga ku sekarang," tutur Felix panjang lebar kepada Bu Nia dan Janu.Mendengar ucapan suaminya, Cyra menjadi sangat terharu.Saat ini keduanya sedang berada di dalam kamar. Cyra semakin terharu dengan suaminya saat ini. Pasalnya Felix sedang menunjukkan sertifikat kepemilikan rumah megah ini atas nama Cyra. Sang istri dapat memperkirakan aset yang berikan suaminya kepada berjumlah milyaran rupiah.Cyra menjadi tercengang-cengang membaca isi dokumen resmi itu yang benar-benar sangat menguntungkan dirinya."Mas? Apakah ini tidak berlebihan?""Yap tentunya harus berlebihan, Sayang. Kamu kan istriku tercinta!" sahut Felix."Maksud aku bukan berlebihan yang seperti itu, Ma
Setelah seminggu dirawat di rumah sakit. Hari ini Felix diizinkan oleh dokter untuk pulang ke rumah. Cyra juga telah pulih kembali. Perkembangan janin di dalam rahimnya juga sehat-sehat saja.Untuk melepas rasa trauma di hati istrinya, karena awal perkenalan mereka yang telah melewati banyak drama. Maka dari itu Felix telah menyiapkan hunian baru di sebuah kawasan perumahan elit, Permata Hijau di daerah Jakarta Selatan. Letak rumah baru mereka itu, tidak begitu jauh dari rumah kedua orang tuanya. Di rumah baru tersebut Bu Nia dan Janu juga ikut tinggal bersama mereka. Para ART di rumah lama telah diangkut dua hari yang lalu dan tetap bekerja di rumah baru Felix dan Cyra.Tak tanggung-tanggung rumah baru ini diberikan Felix kepada istrinya. Sertifikat rumah dan segala fasilitasnya atas nama Cyra, sang istri.Saat ini, Felix dan Cyra sedang dalam perjalanan menuju rumah baru mereka. Sang istri tiba-tiba merasa ada yang aneh dengan perjalanan mereka kali ini. Cyra segera melirik ke ar