"Dek, kamu nggak ke kantor hari ini?" tanya Mas Chandra saat kami tengah sarapan pagi.Aku hanya menggeleng sambil terus melanjutkan makan. Jujur sebenarnya aku sudah muak bertemu dan berbincang dengan Ma Chandra, tapi ini tetap harus kulakukan hingga tujuan utama ku tercapai. Kuatkan selalu hatiku ya Allah, agar aku tak terlihat lemah. Untuk terus bersikap manis, itu sangat sulit kulakukan, hingga terkadang emosiku pun sedikit meluap."Kirain kamu bakal ke kantor, Dek, mau kuajak barengan sekalian. Biar nggak capek-capek nyetir."Aku tahu sebenarnya kamu bertanya bukan untuk mengajakku berangkat bersama, tapi untuk memastikan bahwa aku tak membikin masalah di kantor lagi. Menurutku, tak perlu aku bolak-balik ke kantor, capek. Toh aku punya banyak mata-mata disana, dan semua divisi-pun tiap hari akan mengirim laporannya padaku. Kerja cerdas sajalah. Hari ini banyak sekali rencana diluar ru
"Bik, nanti kabari aku ya kalau Mas Chandra pulang. Bilang saja aku sedang ke supermarket gitu, kalai dia tanya. Aku pergi dulu ya Bik." Pamitku pada Bik Sanah pagi itu.Untuk sementara waktu ku stop dulu pesanan kue yang masuk. Kali ini aku hanya melayani pelanggan istimewaku saja, Raisa. Sebenarnya uang bukanlah tujuan utama ku berjualan kue secaraonline, namun hanya untuk menyalurkan hobi dan bakat yang kumiliki. Setiap aku bisa menyelesaikan pesanan dari pelanggan, maka akan ada kebanggaan tersendiri.Sebelum menuju ke tempat si Raisa, aku mampir ke sebuah tempat latihanTaekwondo. Aku pun segera mendaftar di sana, dan sudah bisa mulai latihan nanti sore. Hal ini kulakukan agar aku bisa melindungi diri sendiri disaat ada serangan mendadak. Ketika suami yang telah menikahimu selama tiga tahun ternyata ingin membunuhmu, maka kamu harus bisa menguasai bela diri ini.
[Non, Tuan Chandra ini baru saja sampai, saya bilang Non Dita sedang keluar memakai motornya Sigit.]Pesan dari Bik Sanah masuk ketika aku masih berada di toko komputer, tadi pagi aku lupa membelinya, padahal kan harusnya tadi aku meletakkan sebuah kamera di tempat usahanya si Raisa itu, eh tapi nyatanya aku lupa. Tak apalah besok atau lusa aku akan kembali ke sana, sekalian melihat bagaimana respon Raisa atas apa yang besok akan kulakukan pada calon suaminya itu.Jadi malam ini kuputuskan untuk membeli beberapa kamera sebagai stok saja.[Baik, Bik. Aku akan segera pulang secepatnya, sepuluh menit lagi aku sampai di rumah. Terima kasih ya.]Kemudian aku pun melajukan motor secepatnya menuju ke rumah. Bahkan taak sampai sepuluh menit aku sudah sampai di depan gerbang rumahku.Tanpa menimbulkan suara gaduh, aku menaruh semua bel
Pov AuthorDemi untuk memuaskan hati Chandra, pagi itu Dita pun akhirnya keluar dari rumah. Tujuan utamanya adalah kantor, karena di sana nanti dia akan memantau keadaan Chandra melalui kamera pengintai.Sengaja Dita melajukan mobilnya agak kencang, selain agar cepat sampai di kantor, juga untuk mengecoh mata-mata Chandra.Setelah mobil Dita keluar pagar, laki-laki berjaket hitam yang duduk dibawah pohon mangga di seberang rumah Dita itu pun segera menghubungi bos nya."Bos, target sudah keluar dari rumah. Saya akan mengikuti kemana tujuannya. Jika nanti rencana sudah berhasil, maka akan saya kabari," ucap sang pengintai dengan suara baritonya."Bagus kalau begitu. Ikuti terus dan langsung hubungi aku saat dia telah mati! Aku saat ini sedang bersiap untuk pesta kemenangan kita!" jawab Chandra melalui sambungan telepon.
Jangan Bermain Api Jika Tak Ingin TerbakarPuas, cukup puas yang aku rasakan hari ini. Apakah aku ini seorang istri yang jahat? Karena merasa sangat bahagia ketika melihat suamiku tak berdaya di borgol oleh polisi.Biarlah orang mau berkata apa tentangku, yang pasti hari ini aku puas berlipat. Jujur sih sebenarnya aku tak tega melihat wajahnya tadi, namun kurasa itu setimpal dengan perbuatannya padaku selama ini, apa lagi dia kemarin juga ingin membunuhku. Tapi eitss tunggu dulu! Ini bukan pembalasanku yang sesungguhnya ya, ini hanyalah pemanasan. Karena masih ada kejutan terakhir untukmu Mas.Sekarang nikmati dulu permainanku ini. Kamu pasti tadi sudah shock dan kecewa karena melihatku selamat dari rencana busukmu itu. Kemudian datang para polisi itu yang sekarang menangkapmu, sungguh tak bisa kubayangkan bagaimana perasaan hatimu saat ini. Pasti marah, kecewa, sedih dan malu
"Yuk berangkat sekarang," kataku pada Sigit.Selepas magrib aku pun berangkat ke kantor polisi. Dan tadi aku telah menelepon seorang pengacara yang nantinya kami akan bertemu di kantor polisi.Tepat pukul delapan malam aku telah tiba di kantor polisi. Pengacara yang ku sewa pun ternyata telah sampai di sini. Kami pun langsung masuk bersama Sigit juga.Mas Chandra kemudian mendekatiku, saat pengacara berkordinasi dengan polisi."Dek, ngapain sih kamu ajak Sigit segala?" bisik Mas Chandra padaku."Memangnya kenapa kalau aku ngajakin dia sih Mas?" jawabku sok bodoh."Haduh masih tanya lagi kamu ini Dek. Ya aku malulah sama dia. Eh iya, kamu nggak bilang kan ke seluruh pekerja di rumah kita kalau aku di tangkap polisi?"Tuh kan benar dugaanku, kamu pasti malu jika semua pek
Cari saja sampai kiamat, Mas. Kamu tak akan pernah menemukan barang berharga itu di ruangan ini.***** *****"Kamu lagi ngapain Mas?!""Eh kamu kok bangun sih, Dek." Spontan Mas Chandra menoleh ke arahku dan menutup pintu lemari."Ini aku lagi cari baju, eh jaket dingin banget soalnya malam ini, hehe," ucapnya lagi."Ngapain cari baju di lemariku?" ujarku.Mas Chandra segera menggeser tubuhnya ke arah kiri, ke depan lemarinya. Memang dari dulu aku tak pernah mencampur pakaian kami, ada lemari dua lemari tersendiri."Loh maaf, Dek. Ternyata ini tadi keliru to? Pantesan aku dari tadi nyari nggak ketemu." Mas Chandra pun mengambil jaket dari lemari dan segera memakainya, kemudian kembali berbaring di sampingku."Aku tidur duluan ya, Dek. Sudah
***** *****"Masuk saja Pak, pintu tidak terkunci."Pak Sugeng pun kemudian masuk sambil menundukkan kepala, kurasa dia sudah tahu kenapa kupanggil ke sini."Silahkan duduk, Pak.""Iya, Bu," ucapnya lirih sambil duduk di kursi depan meja kerjaku."Pak Sugeng baik-baik saja kan? Atau lagi tidak enak badan hari ini?" Mataku menatap lekat dia yang masih saja menunduk dari tadi."Tidak, Bu, saya baik dan sehat-sehat saja hari ini," ucapnya dia mendongakkan kepala beberapa saat kemudian menunduk lagi."Lalu kenapa dari tadi menunduk terus? Pak Sugeng masih ingat denganku 'kan? Tolong jangan terus menunduk, aku tidak suka jika lawan bicaraku tak memperhatikanku saat berbicara!" Sontak dia menghadap kepadaku."Masih, Bu. Bu Dita kan putri sem
Jangan lupa baca juga cerita saya lainnya ya teman-teman, yang akan segera saya publish hingga tamat jugaPESANAN HENNA CALON PENGANTIN SUAMIKUBLURB: Rury kaget saat mendapat pesanan Henna dari perempuan yang ternyata selingkuhan suaminya itu.yuk. ikuti bagaimana dia menghancurkan pesta pernikahan suaminya itu.Jangan lupa baca cerita terbaruku PEMBALASAN ISTRI GENDUTEnding season 1 (Pov Author)Setelah sekitar satu jam bertemu dengan Bima, maka Raisa dan Dita pun kemudian meninggalkan rutan. Tampak sekali gurat kesedihan di wajah Bima saat berpisah dengan Ryan. Dalam hatinya sungguh menyesal karena tak bisa merawat dan menemani putranya itu hingga dewasa. Meski dia memberontak atau lari seperti apapun rasa
Mempertemukan Ryan Dengan Ayahnya (Pov Author)Selama tujuh hari meninggalnya Lisa, Dita dan Ryan tingggal di rumah Jombang bersama Raisa yang membantunya menjaga Ryan, sementara Bik Sanah di suruh Dita kembali ke rumah Kediri, untuk mengatur rumah seperti biasanya, karena memang dia adalah kepala pelayan di sana. Dita juga membeli sepetak tanah di sebuah perkampungan, lalu dibangunkan sebuah mushalla wakaf atas nama Almarhumah Lisa. Karena memang Dita sangat mengkhawatirkan Lisa, jadi dia berharap dengan ini, bisa mengurangi dosa kakaknya itu.Seperti janjinya kemarin kepada Lisa, hari ini dia akan membawa Ryan bertemu dengan Ayahnya, bersama dengan Raisa dia berangkat pukul tujuh pagi menuju ke rutan.Setelah melewati pemeriksaan, akhirnya mereka diperbolehkan untuk menemui si gembong na
Pertemuan Yang Amat Singkat. "Sesungguhnya Allah akan menerima tobat seorang hamba selama nafasnya belum sampai di tenggorokan (sakaratul maut)." - HR Ibnu Majah dan Tirmidzi.Kami sudah menunggu di luar sekitar lima belas menit, namun dokter atau pun perawat belum ada yang keluar dari ruangan itu. Tak ada perbincangan diantara kami, semua hanya diam. Tapi mungkin perasaan yang di rasakan Bik Sanah dan Raisa tak seperti yang kini kurasakan.Aku hancur, rasanya sama seperti saat melihat Papa terbaring lemah dahulu. Dalam hati aku terus berdoa semoga ada keajaiban yang bisa membuat Mbak Lisa kembali sehat. Aku tahu tak ada yang tak mungkin bagi Allah.Ryan kini telah tertidur di gendonganku setelah tadi sempat rewel dan terus menangis. Mataku tak lagi bisa meneteskan air mata, saking sedihny
Apakah Semua Ini Takdir?"Semoga saja Dit. Tapi, ada satu hal lagi yang harus kau tahu tentang apa yang telah kuperbuat padamu dulu..." kata Lisa."Apa itu Mbak?" tanyaku penasaran."Sebenarnya, aku ada dibalik kejahatan Pak Johan, salah satu pekerjamu dulu.""Pak Johan? Kok Mbak Lisa bisa kenal dengan dia sih?""Saat itu aku memang sangat ingin menghancurkan perusahaanmu, jadi aku mencari pekerja yang bisa kupengaruhi. Kebanyakan pekerja senior di sana sangat pumya loyalitas yang tinggi, mereka semua setia kepadamu. Namun ternyata Pak Johan bisa kuajak kerja sama juga, karena dia juga ternyata mengincar jabatan yang lebih dan juga dia ternyata punya hati yang kotor, sehingga dapat dengan mudahnya masuk kedalam perangkapku..."
Lisa Jangan Pergi Dulu 2 Aku kemudian dudk di samping Mbak Lisa. Dan dia pun tersenyum melihatku. Wajahnya tampak bugar dan bahagia kulihat. Entah itu bahagia karena bertemu dengan Ryan atau karena bertemu denganku. Yang jelas aku sangat bahagia bisa melihat wajahnya, yang selama dua bulan terakhir ini selalu menjadi pertanyaan di pikiranku. "Sa, maafin ya semua yang telah kulakukan padamu dulu," ucap Mbak Lisa memulai obrolan ini. "Ah lupain Mbak, itu sudah menjadi takdir yang memang harus kita jalani. Yang penting untuk ke depannya, kita harus menjadi semakin baik, Mbak. Jujur aku sangat senang sekali, mengetahui keberadaan Mbak Lisa. Dari dulu, aku memang sangat ingin memiliki seorang kakak, dan Alhamddulillah kini Allah sudah mengabulkan doaku," ucapku sambil menggengam tangan Mbak Lisa. "Kamu ternyata memang sangat baik, sama seperti almarhum Mamamu," ucap Mbak Lisa singkat sambil tersenyum.
Lisa Jangan Pergi Dulu"Bik, ayo kita berangkat sekarang," ucapku pada Bik Sanah di dalam kamarnya.Setelah shalat subuh ini, aku mengajak Raisa dan juga Bik Sanah untuk menuju ke Surabaya. Sengaja ku bawa mereka berdua untuk membantu menjaga Ryan, karena kini aku menyetir sendiri. Karena tak mungkinkan aku menyuruh Leo yang tengah bulan madu untuk mengantarkan perjalananku kali ini?"Sudah, Non," jawab Bik Sanah sambil mengambi Ryan dari gendonganku."Aku juga sudah siap, Dit," ucap Raisa yang kini menenteng tas berisi segala macam keperluan Ryan.Akhirnya kami berangkat, perjalanan dari rumah ke Surabaya sekitar tiga sampai empat jam perjalanan. Semoga nanti saat aku sampai di sana, Lisa siuman. Dan aku kemarin pun sudah meminta pihak rumah sakit u
Lisa (Pov Author)Acara resepsi pernikahan Linda dan Leo di gelar sangat meriah di kediaman Dita. Pancaran kebahagiaan terpampar jelas di wajah kedua pengantin baru itu. Leo terlihat sangat mencintai istri cantiknya itu. Meskipun Linda memiliki masa lalu yang tak baik, namun Leo tetap setulus hati mencintai istrinya.Dita juga sangat bahagia, karena hari ini Raisa juga bisa hadir, namun pria yang menolongnya belum bisa, karena lukanya terlalu dalam. Dita berharap semoga secepatnya Raisa juga bisa menyusul Linda dan menemukan seorang pria yang benar-benar bisa mencintai Raisa apa adanya.Dita mulai saat ini tak memperbolehkan Raisa kerja jauh lagi, biarlah Raisa menjadi asisten pribadinya saja untuk memmbantu menjaga Ryan saat sedang bepergian. Mengingat saat ini Raisa juga tengah hamil muda, Dita tak ingin hal buruk terjadi pada sahabatnya itu lagi. Apapun akan di lakukan Dita agar Raisa bisa selalu sehat dan bahagia, hing
Dita Ngunduh Mantu (Pov Author)Raisa kini telah siuman, namun dia masih merasakan kepalanya yang pusing. Matanya di kerjap-kerjapkan. Dia bingung dengan keberadaanya saat ini. Terakhir kali dia ingat sedang berada di kebun tebu bersama dua orang pria jahat itu. Namun kini dia telah berada di sebuah ruangan, dan dia sangat tahu bahwa ini adalah sebuah ruangan di rumah sakit."Suster...suster!" teriak Raisa lirih."Eh, si cantik sudah bangun toh! Suster!"Suara Sardi yang memang ada di balik kelambu dan kini menengok Raisa itu, membuatnya sontak terkejut."Siapa Anda?" ucap Raisa."Jangan takut Nduk, aku sopirnya Den Rendy, orang yang sudah menyelamatkan dan membawamu kesini. Tuh dia, sama denganmu dia kini terbaring karena luka besar di punggung saat menyelamatkanmu tadi," ucap Sardi sambil menunjuk ke ranjang Rendy yang saat ini tengah tertidur setelah m
Takdir Yang Mempertemukannya (Pov Author)Rendy beruusaha membuka matanya, namun rasa nyeri di punggungnya makin terasa. Matanya kemudian menyusuri tempat di mana dia berada kini. Ah rumah sakit, pikirnya. Ada selang infus menancap di tangannya, juga ada selang oksigen di hidungnya, dan korden warna biru laut memutarinya, sebagai menyekat dengan ranjang lain. Dia masih ingat sekali kejadian apa saja yang terjadi sebelum dia pingsan. Lalu di mana gadis cantik itu? Bagaimana keadaannya saat ini?Rendy kemudian mencoba bangun, namun ternyata punggungnya terasa nyeri sekali. Saat meraba punggungnya yang terluka itu, ternyata luka itu kini telah di perban, berarti dia telah mendapatkan perawatan insentif. Tapi berapa lama kira-kira dia pingsan? Dan di mana Pak Sardi kini?"Pak Sardi! Suster!" teriak Rendy lirih, karena dia tak mau suaranya mengganggu pasien lain."Pak Pardi...Suster!" Sekali l