Pov Author (Raisa Hamil Lagi)Seminggu setelah keluar dari dalam penjara, dan menyelesaikan empat misi pengiriman barang itu, Raisa berniat ingin mengunjungi Ibunya di rutan pagi itu.Uang seratus juta sudah dalam genggamannya, tinggal melakukan misi tambahan dan minggu depannya, sudah pasti dia bisa menjemput Ibunya di sana, dan bisa berkumpul kembali di rumah.Setelah mandi, dia merasakan perutnya sangat mual, dan ingin muntah saja. Dia curiga kalau dia tengah hamil, karena dia tak pernah mendapatkan haid sama sekali, sedangkan terakhir kali melakukan hubungan badan dengan Om Ferry-pelanggannya-dia tak memakai pengaman, dan seperti biasa di keluarkan di dalam.Namun Raisa juga ragu, karena sebelum main dengan Om Ferry pun, dia melakukan hubungan dengan pelanggan lainnya pun tanpa pengaman. Jadi dari pada harus terus penasaran, maka Raisa pun akan segera berangkat ke apotek untuk membeli alat pengetes kehamilan itu.
Aku Tak Mau Di Sini (pov Bu Mirna)Setelah Raisa keluar dari sini, aku mulai bingung, dan seperti orang linglung. Aku tak pernah punya teman di sini, hanya Raisa saja yang selama ini menjadi temanku. Yang ada juga musuhku bertebaran di mana-mana, bahkan dua pegawaiku dulu, kini juga jadi rivalku, memang dasar merek itu tak tahu diri.Jujur aku sebenarnya tak ingin di sini, apalagi di tinggal sendirian oleh Raisa. Tetapi tak mungkin aku mencegah putri tunggalku itu untuk mendapatkan kebebasannya. Biarlah dia yang lebih muda yang bebas duluan, sementara aku di siji akan selalu menunggu saat-saat anakku itu menjemputku."Nah gitu dong, pokoknya Ibu harus semangat dan yakin , aku akan secepatnya membebaskan Ibu dari sini. Ingat jangan buat masalah lagi dengan para napi yang lain, saat ini Ibu itu sedang hamil. Ingat itu!"
Sesal Selalu Di Akhir (Pov Author)"Kami dari Rutan Jombang, ingin memberitahukan , bahwa ibu Anda, Bu Mirna saat ini sedang sakit, sepertinya dia depresi. Saat ini dia sedang berada di RSUD. Jika ada waktu mohon datang untuk mengurus administrasinya dan menjenguknya. Terima kasih," suara laki-laki di seberang sana itu begitu tegas."Sebentar Pak. Ini nggak salah orang 'kan Pak," kata Raisa mencoba menyangkal."Sesuai informasi yang kami miliki, ini adalah nomer telepon keluarga pasien dan napi tersebut. Untuk lebih jelasnya silahkan datang ke rumah sakit umum saat ini. Terima Kasih."Tanpa menunggu lagi jawaban dari Raisa panggilan ini diakhiri. Langsung, dia pun melajukan motornya menuju ke rumah sakit. Dalam perjalanan itu, air mata menetes deras di pipinya. Sungguh dia benar-benar tak menyangka, jika Ibunya yang baru di tinggal seminggu itu, kini sudah mengalami
Pertaubatan Raisa (Pov Author)"Raisaaaaaaa!!""Raisaaaaaaa!!"Bu Mirna terus berteriak, memanggil nama anaknya, padahal, kini Raisa telah ada di sampingnya. Namun sepertinya Bu Mirna tak lagi mengenalnya."Huhuhu, Raisa...cepat bawa ibu pergi dari sini, Nak. Ibu tak mau di sini. Mereka semua jahat dan nakal sekali sama ibu. Bawa ibu pergi dari sini, Sa!" teriak Bu Mirna lagi.Raisa hanya terus saja menangis melihat keadaan Ibunya seperti itu, sambil tak henti mulutnya meminta ampunan kepada Tuhan.Hingga kemudian, datang empat orang perempuan dan seorang laki-laki, mereka adalah para dokter dan suster. Dengan sigap mereka berempat memegangi Bu Mirna dan ssang dokter langsung menyuntiknya. Beberapa saat kemudian akhirnya Bu Mirna diam dan kembali tertidur."Dok, apakah Ibu saya tidak bisa diajak ngomong sama sekali?" tanya Raisa pada dokter.
Pertaubatan Raisa 2 (pov Author)"Iya sebenarnya memang begitu, tapi melihatmu mengerjakaan misi utama yang sangat rapi itu, membuatku berubah pikiran! Jadi kamu wajib melakukan misi tambahan tersebut! Dan aku tak mau tahu alasan apapun! Jika tidak kau lakukan akan kubuat kamu menyesal! Kamu tahu kan, aku bisa melakukan apapun meski ragaku tengah berada di penjara?!""Kenapa bisa berubah seperti itu? Itu tidak masuk akal dan tidak adil! Dan yang pasti, aku tidak akan terima itu! Keputusanku sudah bulat, aku tak akan mau melakukan dosa lagi!""Punya nyali juga kamu ya! Kuberikankamu waktu berpikir sampai esok hari, aku tahu, saat ini kamu pasti butuh banyak uang, untuk mengeluarkan Ibumu yang saat ini tengah gila itu? Dan satu lagi, aku juga sangat tahu saat ini kamu sedang hamil, sama seperti Ibumu, tapi sayang tak ada yang tahu siapa ayah biologisnya. Pasti 'kan semua itu butu
Pov AuthorSetelah meminum obat yang diberikan Raisa, Bu Mirna pun kini tertidur lelap. Raisa berniat untuk keluar, tekadnya yang bulat untuk bertaubat dan tak mengambil misi itu, membuatnya berpikir untuk mencari pekerjaan. Tentunya sebuah pekerjaan yang halal, meski dia tahu gaji yang didapatnya akan sangat kecil. Tapi dia yakin, Allah akan selalu memberi pertolongan untuknya.Raisa menyusuri jalanan di kota Jombang itu dengan pelan, sambil tengok kanan-kiri barangkali di salah satu toko ada tulisan lowongan pekerjaan. Dengan ijazah SMA yang di milikinya, sebenarnya dia bisa saja bekerja di pabrik, yang pastinya gajinya lebih banyak, dari pada hanya seorang karyawan toko. Namun dia sadar, dia sedang sakit juga saat ini, tak mungkin kuat dengan sistem kerja pabrik yang harus kejar target. Apalagi saat ini dia juga sedang hamil, jadi tak boleh bekerja terlalu capek.Rencana Raisa besok adalah ingin mengembalika
Dua Wanita Hebat (Pov Author)Perubahan yang begitu cepat pada Raisa, membuat Dita bertanya-tanya kira-kira apa yang sedang terjadi. 'Ah semoga saja pertaubatan Raisa itu bukan karena hal buruk yang tengah terjadi saat ini, tapi karena memang hidayah dari Allah telah datang padanya,' pikir Dita.Dita saat ini masih sangat penasaran degan hasil kamera di ruang tamu rumah Raisa yang tadk sempat di lihatnya selama seminggu yang lalu namun dengan gerak dipercepat. Kali ini, Dita ingin melihat semuanya dalam mode normal. Di mulai dari enam hari yang lalu.Dita memperhatikan, sepertinya selama seminggu itu, Raisa tengah bekerja pada seseorang. Sepertinya sebagai seorang kurir barang haram, hal itu disimpulkan Dita dari percakapan-percakapan lewat telepon yang sering diterima Raisa di ruang tamu itu.Dan ternyata Raisa melakukan semua itu, karena untuk membayar hutang budi pada seseorang yang telah mengelua
Pov AuthorKumandang adzan subuh membangunkan Raisa yang tidur dengan posisi duduk, di samping Ibunya. Matanya sangat sulit dibuka, karena memang ini adalah hal baru dalam hidupnya, biasanya Raisa bangun di atas pukul tujuh, karena tak pernah melaksanakan shalat. Kini dia sudah bertaubat dan wajib melaksanakan shalat subuh, meski berat.Apalagi, dia tadi baru saja tidur pukul tiga. Karena Bu Mirna semalam mengamuk dua kali. Sekitar pukul sepuluh dan pukul dua tadi. Hal ini membuat mata Raisa makin berat dan kepalanya pusing. Namun, bismillah dia tetap berusaha menjalankan shalat wajib itu.Dengan langkah gontai, dia bergegas menuju musholla rumah sakit, sesampainya di sana, dia langsung mengambil air wudhu dan ikut shalat subuh berjamaah. Setelahnya dia berdoa dan meminta perlindungan pada Allah, agar tetap bisa istiqomah di jalanNya. Juga dia meminta agar sang Ibu cepat di beri kesembuhan.Pagi ini,
Jangan lupa baca juga cerita saya lainnya ya teman-teman, yang akan segera saya publish hingga tamat jugaPESANAN HENNA CALON PENGANTIN SUAMIKUBLURB: Rury kaget saat mendapat pesanan Henna dari perempuan yang ternyata selingkuhan suaminya itu.yuk. ikuti bagaimana dia menghancurkan pesta pernikahan suaminya itu.Jangan lupa baca cerita terbaruku PEMBALASAN ISTRI GENDUTEnding season 1 (Pov Author)Setelah sekitar satu jam bertemu dengan Bima, maka Raisa dan Dita pun kemudian meninggalkan rutan. Tampak sekali gurat kesedihan di wajah Bima saat berpisah dengan Ryan. Dalam hatinya sungguh menyesal karena tak bisa merawat dan menemani putranya itu hingga dewasa. Meski dia memberontak atau lari seperti apapun rasa
Mempertemukan Ryan Dengan Ayahnya (Pov Author)Selama tujuh hari meninggalnya Lisa, Dita dan Ryan tingggal di rumah Jombang bersama Raisa yang membantunya menjaga Ryan, sementara Bik Sanah di suruh Dita kembali ke rumah Kediri, untuk mengatur rumah seperti biasanya, karena memang dia adalah kepala pelayan di sana. Dita juga membeli sepetak tanah di sebuah perkampungan, lalu dibangunkan sebuah mushalla wakaf atas nama Almarhumah Lisa. Karena memang Dita sangat mengkhawatirkan Lisa, jadi dia berharap dengan ini, bisa mengurangi dosa kakaknya itu.Seperti janjinya kemarin kepada Lisa, hari ini dia akan membawa Ryan bertemu dengan Ayahnya, bersama dengan Raisa dia berangkat pukul tujuh pagi menuju ke rutan.Setelah melewati pemeriksaan, akhirnya mereka diperbolehkan untuk menemui si gembong na
Pertemuan Yang Amat Singkat. "Sesungguhnya Allah akan menerima tobat seorang hamba selama nafasnya belum sampai di tenggorokan (sakaratul maut)." - HR Ibnu Majah dan Tirmidzi.Kami sudah menunggu di luar sekitar lima belas menit, namun dokter atau pun perawat belum ada yang keluar dari ruangan itu. Tak ada perbincangan diantara kami, semua hanya diam. Tapi mungkin perasaan yang di rasakan Bik Sanah dan Raisa tak seperti yang kini kurasakan.Aku hancur, rasanya sama seperti saat melihat Papa terbaring lemah dahulu. Dalam hati aku terus berdoa semoga ada keajaiban yang bisa membuat Mbak Lisa kembali sehat. Aku tahu tak ada yang tak mungkin bagi Allah.Ryan kini telah tertidur di gendonganku setelah tadi sempat rewel dan terus menangis. Mataku tak lagi bisa meneteskan air mata, saking sedihny
Apakah Semua Ini Takdir?"Semoga saja Dit. Tapi, ada satu hal lagi yang harus kau tahu tentang apa yang telah kuperbuat padamu dulu..." kata Lisa."Apa itu Mbak?" tanyaku penasaran."Sebenarnya, aku ada dibalik kejahatan Pak Johan, salah satu pekerjamu dulu.""Pak Johan? Kok Mbak Lisa bisa kenal dengan dia sih?""Saat itu aku memang sangat ingin menghancurkan perusahaanmu, jadi aku mencari pekerja yang bisa kupengaruhi. Kebanyakan pekerja senior di sana sangat pumya loyalitas yang tinggi, mereka semua setia kepadamu. Namun ternyata Pak Johan bisa kuajak kerja sama juga, karena dia juga ternyata mengincar jabatan yang lebih dan juga dia ternyata punya hati yang kotor, sehingga dapat dengan mudahnya masuk kedalam perangkapku..."
Lisa Jangan Pergi Dulu 2 Aku kemudian dudk di samping Mbak Lisa. Dan dia pun tersenyum melihatku. Wajahnya tampak bugar dan bahagia kulihat. Entah itu bahagia karena bertemu dengan Ryan atau karena bertemu denganku. Yang jelas aku sangat bahagia bisa melihat wajahnya, yang selama dua bulan terakhir ini selalu menjadi pertanyaan di pikiranku. "Sa, maafin ya semua yang telah kulakukan padamu dulu," ucap Mbak Lisa memulai obrolan ini. "Ah lupain Mbak, itu sudah menjadi takdir yang memang harus kita jalani. Yang penting untuk ke depannya, kita harus menjadi semakin baik, Mbak. Jujur aku sangat senang sekali, mengetahui keberadaan Mbak Lisa. Dari dulu, aku memang sangat ingin memiliki seorang kakak, dan Alhamddulillah kini Allah sudah mengabulkan doaku," ucapku sambil menggengam tangan Mbak Lisa. "Kamu ternyata memang sangat baik, sama seperti almarhum Mamamu," ucap Mbak Lisa singkat sambil tersenyum.
Lisa Jangan Pergi Dulu"Bik, ayo kita berangkat sekarang," ucapku pada Bik Sanah di dalam kamarnya.Setelah shalat subuh ini, aku mengajak Raisa dan juga Bik Sanah untuk menuju ke Surabaya. Sengaja ku bawa mereka berdua untuk membantu menjaga Ryan, karena kini aku menyetir sendiri. Karena tak mungkinkan aku menyuruh Leo yang tengah bulan madu untuk mengantarkan perjalananku kali ini?"Sudah, Non," jawab Bik Sanah sambil mengambi Ryan dari gendonganku."Aku juga sudah siap, Dit," ucap Raisa yang kini menenteng tas berisi segala macam keperluan Ryan.Akhirnya kami berangkat, perjalanan dari rumah ke Surabaya sekitar tiga sampai empat jam perjalanan. Semoga nanti saat aku sampai di sana, Lisa siuman. Dan aku kemarin pun sudah meminta pihak rumah sakit u
Lisa (Pov Author)Acara resepsi pernikahan Linda dan Leo di gelar sangat meriah di kediaman Dita. Pancaran kebahagiaan terpampar jelas di wajah kedua pengantin baru itu. Leo terlihat sangat mencintai istri cantiknya itu. Meskipun Linda memiliki masa lalu yang tak baik, namun Leo tetap setulus hati mencintai istrinya.Dita juga sangat bahagia, karena hari ini Raisa juga bisa hadir, namun pria yang menolongnya belum bisa, karena lukanya terlalu dalam. Dita berharap semoga secepatnya Raisa juga bisa menyusul Linda dan menemukan seorang pria yang benar-benar bisa mencintai Raisa apa adanya.Dita mulai saat ini tak memperbolehkan Raisa kerja jauh lagi, biarlah Raisa menjadi asisten pribadinya saja untuk memmbantu menjaga Ryan saat sedang bepergian. Mengingat saat ini Raisa juga tengah hamil muda, Dita tak ingin hal buruk terjadi pada sahabatnya itu lagi. Apapun akan di lakukan Dita agar Raisa bisa selalu sehat dan bahagia, hing
Dita Ngunduh Mantu (Pov Author)Raisa kini telah siuman, namun dia masih merasakan kepalanya yang pusing. Matanya di kerjap-kerjapkan. Dia bingung dengan keberadaanya saat ini. Terakhir kali dia ingat sedang berada di kebun tebu bersama dua orang pria jahat itu. Namun kini dia telah berada di sebuah ruangan, dan dia sangat tahu bahwa ini adalah sebuah ruangan di rumah sakit."Suster...suster!" teriak Raisa lirih."Eh, si cantik sudah bangun toh! Suster!"Suara Sardi yang memang ada di balik kelambu dan kini menengok Raisa itu, membuatnya sontak terkejut."Siapa Anda?" ucap Raisa."Jangan takut Nduk, aku sopirnya Den Rendy, orang yang sudah menyelamatkan dan membawamu kesini. Tuh dia, sama denganmu dia kini terbaring karena luka besar di punggung saat menyelamatkanmu tadi," ucap Sardi sambil menunjuk ke ranjang Rendy yang saat ini tengah tertidur setelah m
Takdir Yang Mempertemukannya (Pov Author)Rendy beruusaha membuka matanya, namun rasa nyeri di punggungnya makin terasa. Matanya kemudian menyusuri tempat di mana dia berada kini. Ah rumah sakit, pikirnya. Ada selang infus menancap di tangannya, juga ada selang oksigen di hidungnya, dan korden warna biru laut memutarinya, sebagai menyekat dengan ranjang lain. Dia masih ingat sekali kejadian apa saja yang terjadi sebelum dia pingsan. Lalu di mana gadis cantik itu? Bagaimana keadaannya saat ini?Rendy kemudian mencoba bangun, namun ternyata punggungnya terasa nyeri sekali. Saat meraba punggungnya yang terluka itu, ternyata luka itu kini telah di perban, berarti dia telah mendapatkan perawatan insentif. Tapi berapa lama kira-kira dia pingsan? Dan di mana Pak Sardi kini?"Pak Sardi! Suster!" teriak Rendy lirih, karena dia tak mau suaranya mengganggu pasien lain."Pak Pardi...Suster!" Sekali l