“Hei sayang,” sapa El Bara lantas mendekat untuk melabuhkan kecupan di kening Qailula namun ….“Bara!” seru Evrard lantang menahan pergerakan El Bara yang sudah berada di samping Qailula tinggal menunduk saja agar dapat mengecup puncak kepala kekasihnya.“Apaan?” tanya El Bara sewot.“Ikut ke ruangan aku sekarang!” seru Evrard dengan sorot mata tajam memaksa.“Iya, sebentar!” El Bara menyahut malas.“Bara!” seru Evrard yang kedua kali dan lagi-lagi menahan pergerakan El Bara untuk sampai mengecup kepala Qailula.El Bara berdecak sebal sembari menatap Evrard kesal.“Iya! Iya!” serunya misuh-misuh.El Bara tidak jadi mengecup kepala Qailula, dia menarik langkah mengikuti Evrard karena tatapan pria itu semakin menyeramkan.Evrard seakan merasa memiliki Qailula sampai tidak boleh pria lain menyentuhnya.Qailula juga ikut masuk ke ruangan Evrard membawa beberapa berkas di tangannya.“Siang, Pak … ini berkas yang harus Bapak tanda-tangani,” kata Qailula lalu meletakan berkas di m
“Pak … seperti yang Bapak katakan kepada tuan Jevgar kalau saya bukan perempuan seperti itu … saya enggak bisa menjadi simpanan Bapak atau orang ketiga dalam hubungan Bapak dengan nona Sienna … saya enggak bisa, Pak!”Selama tiga detik mereka hanya saling menatap.Sorot mata Evrard berubah teduh, raut wajahnya tidak lagi mengeras.“Enggak ada masa depan dari hubungan kita sedangkan kalau Bapak memperlakukan sayas seperti ini memangnya Bapak pikir saya enggak akan jatuh cinta sama Bapak? Memangnya saya enggak akan terbawa perasaan?” Qailula mengesah.“Lalu bagaimana dengan nasib saya ke depannya, Pak? Bapak enggak mikirin perasaan saya saat nanti Bapak menikah dengan nona Sienna?”Evrard tidak memiliki jawaban untuk itu jadi mulutnya bungkam tertutup rapat.“Jadi saya mohon, Pak … kembalikan hidup saya seperti dulu … kita lupakan semuanya dan kalaupun Bapak membutuhkan tempat untuk menyalurkan kebutuhan biologis ….” Qailula menjeda kalimatnya.Dia menelan saliva. “ Akan saya car
Mungkin benar kata Qailula kalau Evrard hanya merasa bersalah setelah kejadian malam itu tapi perasaan yang Evrard miliki lebih dari itu, tidak bisa dibohongi hanya bisa ditutupi dan Evrard pandai menutupi perasaannya.Sikap Evrard telah kembali normal, jarang bicara dan hanya kata perintah keluar dari bibir pria itu untuk Qailula.Evrard mempersilahkan sang waktu membantu melupakan perasaan yang pernah tumbuh di hatinya untuk Qailula.“Ini kopinya, Pak … makan siangnya apakah Bapak mau pergi ke restoran atau saya bawakan ke sini?” Qailula bertanya sembari meletakan kopi di atas meja kerja Evrard sementara pria itu masih fokus mematuti layar MacBook dengan jemari bergerak cepat di atas keyboard.Sengaja Evrard tidak menjawab, dia sedang menikmati kehadiran Qailula di sampingnya, ditatap teduh oleh mata indah itu dan Qailula tahu kalau Evrard mendengar pertanyaannya jadi dia tidak perlu mengulang.“Makan siang di sini aja.” Evrard bergumam setelahnya Qailula pergi meninggalkan rua
“Enggak usah banyak ngomong dan banyak gerak dulu, Nek … nenek masih akan di sini selama beberapa hari ke depan sampai tubuh Nenek pulih … Nenek koma lama banget, Lula pikir Lula akan kehilangan nenek.” Air mata Qailula tidak terbendung, dia memeluk sang nenek. Sekuat tenaga Qailula menahan erangan tangisnya agar nenek tidak ikut bersedih. Nenek Warsih memejamkan mata meluruhkan buliran kristal dari kedua sudut mata. Punggung Qailula menegak, dia duduk di kursi yang tersedia di sisi ranjang nenek. “Nenek cepet sembuh ya.” Nenek Warsih mengangguk pelan. Qailula menggenggam tangan nenek erat lantas mengecup bagian punggungnya. “Permisi.” Suara seorang wanita terdengar dari ambang pintu. “Mohon maaf Bu, ibu Warsihnya masih lemah jadi enggak bisa lama-lama dijenguknya.” Wanita berpakaian perawat itu memberi peringatan dengan lembut meski begitu tetap saja Qailula kesal. “Iya sebentar lagi,” kata Qailula disertai senyum mencoba menghargai pekerjaan wanita itu.
Semenjak menjenguk neneknya Qailula di rumah sakit, Evrard masih bersikap dingin, tidak banyak bicara tapi masih mau memerintah.Padahal Qailula sudah mengira kalau Evrard akan beralih pada Kevin lalu lama-lama memecatnya.Meski begitu Qailula ingin menyelesaikan apa yang mengganjal di hatinya.“Pak … saya minta maaf ya kalau ada kata-kata saya yang menyinggung perasaan Bapak.” Qailula memberanikan diri meminta maaf saat mereka baru saja sampai di Penthouse Evrard.Evrard hanya menoleh sekilas sebagai respon.“Bantu saya menyiapkan pakaian untuk ke Inggris nanti malam,” kata Evrard tanpa menimpali ucapan Qailula.Pulai pribadi milik keluarga dari calon suaminya Leticia memang masih berada di dekat Inggris.Qailula mengikuti Evrard ke kamarnya, kali ini Evrard yang menurunkan koper agar tidak terjadi adegan romantis seperti dulu.Qailula melipat satu persatu pakaian Evrard kemudian dimasukan ke dalam koper bersama segala keperluannya seperti beberapa pasang sepatu dan yang pali
“Kamu serius, kita akan menikah tahun depan?” Evrard bertanya sambil berjalan beriringan dengan Sienna yang tengah merangkul lengannya untuk kembali ke kamar pria itu.Sienna menoleh dramatis, tatapannya penuh selidik.“Memangnya kenapa? Kamu enggak mau kita menikah?” Sienna sedang memancing keributan.”Evrard menoleh demi bisa menatap Sienna.“Selama ini aku menunggu kebersediaan kamu untuk menikah sampai aku pikir kalau hubungan kita hanya lelucon.” Evrard berujar dingin dibalas Sienna dengan tawa sumbang.“Tenang saja … aku menepati janji yang akan memikirkan tentang pernikahan kita setelah launching toko Perhiasan di Paris dan aku sudah memikirkannya … kita akan menikah tahun depan,” kata Sienna penuh keyakinan.Evrard mengalihkan pandangannya ke depan tanpa menimpali ucapan SiennaRaut wajahnya pun tampak biasa saja tidak terlihat bahagia meski akhirnya mendapat kepastian menikah dengan Sienna.Langkah mereka pun sampai di kamar Evrard, pria itu menunggu Sienna pamit ke k
Pemberkatan pernikahan sepupu Leticia dengan Dixon berlangsung pagi hari mengingat acaranya dilakukan di venue outdoor dan diperkirakan harus selesai sebelum matahari berada di atas kepala.Dan pagi itu Evrard bangun dengan perasaan tidak menentu, selalu tersiksa setelah bercinta dengan Sienna karena tidak mendapatkan pelepasan yang sempurna seperti dengan Qailula.Alhasil sekarang ekspresi wajahnya tidak bisa dikondisikan, tampak masam tidak bersahabat.Dia dan Sienna sedang berjalan menuju venue, Sienna melingkarkan tangan di lengan Evrard.Sienna tidak tahu atau mungkin tidak peduli kalau Evrard sedang kesal.“Ev … bagaimana kalau kita buat jadwal berkunjung?” cetus Sienna memberi ide.Evrard menoleh pada wanita itu dan mendapati sorot mata penuh antusias bersama senyumnya yang merekah.“Jadi gini, komunikasi kita kurang baik beberapa minggu terakhir karena kesibukan … dan untuk ke depannya, aku akan berkunjung ke Jakarta kalau kamu sibuk lalu setelahnya kamu mengunjungiku …
“Mom … Dad.” Evrard bergumam begitu langkahnya sampai di meja itu.“Hay sayang.” Mommy Kalila menepuk kursi di sebelahnya agar Evrard duduk di sana.Evrard merentangkan satu tangan di sepanjang sandaran kursi mommy sekaligus merangkul pundak beliau.“Mommy sama daddy udah bicara sedikit-sedikit dengan kedua orang tuanya Sienna … mereka udah punya rencana sendiri tentang tempat dan konsep pernikahan kalian … dan karena Sienna masih kerabat kerajaan jadi Mommy sama daddy harus terima mengingat keinginan kedua orang tua Sienna adalah sebuah aturan.” Mommy Kalila tampak kesal karena dipaksa maklum.Evrard menganggukan kepala membenarkan. Dia sudah tahu tentang itu. “Mommy enggak apa-apa?” Evrard mencari tahu perasaan mommy yang sebenarnya.“Enggak apa-apa sih mau gimana lagi, karena memang biasanya kalau pernikahan itu pihak keluarga perempuan yang banyak berperan … Mommy masih ada Eva, nanti kalau Eva nikah pokoknya terserah Mommy,” kata beliau dengan tampang judes membuat daddy Kin
“Mommy!!! Daddy!!!” Queenaya Everly Alterio-putri bungsu Qailula dan Evrard berlari berhamburan memasuki kamar.Sang Nanny menyusul dari belakang tapi tidak berani melewati pintu sedangkan Agarva, Atharva dan Aksena masuk dengan santainya untuk menyapa mommy dan daddy.“Hai sayang, akhirnya kalian sampai!” Qailula langsung mendudukan tubuhnya untuk memeluk si bungsu yang secepat kilat telah berada di atas ranjang.Tidak lupa Qailula mengapit selimut di ketiak karena tubuhnya polos usai bercinta sampai pagi tadi dengan Evrard.Evrard ikuta-ikutan memeluk Qailula yang tengah memeluk Queenaya meski perasaanya campur aduk kepergok anak-anak dalam keadaan polos dibalik selimut.“Oh … Mom … Dad, jangan bilang kalian habis buat anak kelima.” Atharva merotasi bola matanya jengah.“Kenapa memang?” Evrard bertanya tidak terima tapi tertawa.“Mommy sama Daddy enggak tahu aja kalau setiap kali kalian pergi berdua, Athar kerepotan ngawasin Sena sama Queen.” Atharva mengeluh.“Halaaah, cari
Berpelukan di atas daybed dengan hanya menggunakan bikini dan celana renang sambil menikmati sunset tidak pernah sesyahdu ini.Setelah acara pesta bergengsi untuk para Pengusaha di seluruh dunia selesai dilaksanakan di kota New York—sengaja Evrard membawa Qailula ke Utah untuk menikmati sekantong kemewahan modern di lanskap antah berantah yang liar.Sebuah resort bintang lima menjadi pilihan Evrard di mana tempat persembunyian batu pasir yang indah berada di jantung Negara Najavo.Anak-anak sedang dalam perjalanan setelah menyelesaikan ujian sekolahnya dan dijadwalkan baru sampai esok pagi jadi Evrard memiliki waktu berdua dengan Qailula malam ini.Evrard membelai pundak Qailula, sentuhannya merayap ke lengan dan berakhir di jemari yang kemudian dia genggam.Pria itu pikir istrinya tertidur tapi ternyata netra indah dibalik sunglasess sedang menatapnya sedari tadi.Dia mengangkat kepala kemudian menunduk memberikan kecupan ringan di bibir Qailula yang kemudian tersenyum.“Aku b
Sienna sedang menonton tayangan mengenai keberhasilan Evrard yang mendapat penghargaan bergengsi di dunia bisnis yang diselenggarakan oleh sebuah majalah bisnis ternama di Amerika.Berita tersebut sengaja Sienna cari di kanal berita online setelah dia mendapat informasi dari salah satu temannya.Kedua tangan Sienna mengepal di atas meja makan, rahangnya mengetat melihat kemesraan Evrard dan Qailula yang tertangkap kamera.Selama ini Sienna tidak mau tahu kehidupan tentang Evrard namun sebuah informasi dari sahabatnya membuat dia penasaran.“Si sialan itu malah hidup bahagia dengan si Jalang,” gumam Sienna menggeram kesal.Cup.Sebuah kecupan mendarat di pipi Sienna membuat wanita itu menoleh.“Fred, kamu sudah pulang?” Sienna buru-buru menutup MacBooknya.Fredrick melirik sambil tersenyum miring. “Aku sampai di sini sejak tadi dan menyaksikan kamu mengumpati Evrard serta istrinya,” kata suami Sienna yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dari wanita itu.Seorang kepala
Dua minggu berlalu, Elvern memenuhi janji kepada Vita untuk membawanya dan anak-anak liburan ke Indonesia.“El, kenapa kita landing di Surabaya?” Vita bertanya keheranan saat Pilot memberi informasi kalau sebentar lagi mereka akan landing di Bandara Internasional Juanda.“Kita akan bertemu seseorang ….” Elvern berteka-teki.“Siapa?” Vita penasaran.“Nanti juga kamu tahu.” Elvern bangkit dari kursi lalu mengulurkan tangannya membantu Vita berdiri.Namun genggaman itu tidak Elvern lepaskan hingga ke kabin depan di mana putra dan putri mereka duduk ditemani para Nanny dan bodyguard.Elvern menggendong Alani yang merentangkan kedua tangan kepadanya menggunakan satu tangan tanpa melepaskan satu tangan yang digenggam Vita.Sementara Arzana telah turun lebih dulu dan Arzeta dituntun Nanny menuruni tangga pesawat.Mereka masuk ke dalam satu mobil yang sama ditemani satu bodyguard sementara dua pengawal dan tiga Nanny masuk ke dalam mobil yang lain.
Elvern sudah tidak lagi bergaul dengan teman-temannya yang dulu untuk mencari kesenangan.Pria itu sekarng lebih suka masuk ke circle para pria pengusaha sukses yang tentunya kebanyakan dari mereka telah berumur.Jadi, jika dulu Elvern pulang dini hari karena menghabiskan malam di nightclub namun tidak semenjak beberapa tahun terakhir yang setiap kali terlambat pulang pasti dia habiskan di dalam gedung pencakar langit yang terletak di distrik pusat perkantoran.Vita tidak pernah komplain atau bertanya tentang keberadaannya.Elvern menganggap sang istri percaya dan mengerti dengan kesibukannya.Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari saat semua pekerjaan Elvern hari ini selesai.Pria itu menggeliat meregangkan tubuh setelah berjam-jam duduk di kursi.Mematikan MacBook lantas bangkit dari kursi kebesarannya lalu menyambar tas sebelum dia melangkahkan kaki keluar dari ruangan.Masuk ke dalam lift, Elvern langsung menekan tombol basement di mana
Hampir sepuluh tahun usia pernikahan mereka tapi Evrard masih memperlakukan Qailula seperti saat pria itu menginginkannya dulu, tidak pernah berubah masih selalu mendambanya begitu hebat.“Aku ingin anak ke empat,” celetuk Evrard tiba-tiba menghasilkan tawa renyah Qailula.“Kenapa tiba-tiba sekali? Apa Vita lagi hamil anak keempat?” Qailula jadi skeptis mengingat Evrard dan Elvern sang kompetitif apalagi urusan memiliki keturunan untuk penerus Alterio.“Aku enggak tahu, tapi aku ingin anak perempuan.” Sorot mata Evrard tampak memohon.“Jadi liburan sekarang sekaligus honeymoon?” Qailula mengulum senyum dibalas senyum penuh arti oleh Evrard.“Kamar kita nanti terpisah jauh di sebrang ruangan jadi jeritan kamu enggak akan terdengar oleh anak-anak,” bisik Evrard di telinga Qailula kemudian mengulum cupingnya membuat Qailula menggeram pelan sebagai protes.Tangan Evrard masuk ke dalam rok dari dress Qailula mengusap lembut pahanya.“Ada program khusus
Netra Qailula bergerak mencari pantulan Evrard di cermin meja rias saat langkah berat terdengar dari arah belakang. Senyum Evrard terkembang tatkala pandangan mereka bertemu sesaat setelah pria itu masuk ke dalam kamar. Evrard menghentikan langkah di belakang Qailula yang dalam posisi duduk lantas membungkuk mengecup puncak kepalanya. “Udah selesai?” Evrard bertanya tanpa maksud membuat Qailula terburu-buru. “Tinggal pakai lipstik.” Qailula menjawab lalu memoles bibirnya dengan lipstik warna orange soft. “Yang lain udah siap?” Qailula balas bertanya. “Udah … mereka lagi anteng di baw—“ “Mommyyyyyyyy!” Suara Atharva terdengar berteriak menghentikan kalimat Evrard. Pria itu merotasi bola matanya bersama ringisan pelan menghasilkan gelak tawa Qailula. “Ayo … kita ke bawah sekarang sebelum terjadi perang,” kata Qailula lantas bangkit dari kursi meja rias. Merangkul lengan beroto
Di lobby, daddy Bianco merentangkan tangan menyambut cicitnya yang langsung beliau gendong di tangan kiri dan kanan sekaligus.Setelah beberapa saat istirahat yang diisi dengan mengobrol ringan melepas rindu antara Qailula, Vita dan Janina—mereka bertiga pun memisahkan diri dengan suami dan anak untuk melakukan final meeting bersama orang-orang yang membatu acara launching serta pengelola resort yang bernama Julian.Julian adalah pria berusia tiga puluh tahun yang kinerjanya telah diakui di banyak hotel berbintang di Italia.Sedangkan daddy Bianco bersama para cicitnya dan pengasuh pergi ke area bermain.Ruangan meeting yang semua dindingnya terbuat dari kaca memungkinkan ketiga suami itu bisa mengawasi dari sebuah ruangan yang nantinya akan menjadi ruangan Julian.Ada meja kerja dan satu set sofa untuk menerima tamu lalu sebuah kamar lengkap dengan kamar mandi dan mini pantry untuk tempat tinggal Julian yang hanya dibatasi satu tembok dan pintu pemisah yang
Bisnis resort yang pernah dimimpikan Qailula, Vita dan Janina baru bisa terwujud setelah lima tahun kemudian.Itu dikarenakan Janina dikabarkan tengah mengandung beberapa hari setelah pesta pernikahannya dengan El Bara berlangsung yang membuat Qailula serta Vita tidak memiliki kaki tangan untuk membangun bisnis tersebut terlebih mereka berdua juga disibukan mengurus si kembar.Saat ini, setelah lima tahun berlalu dan anak-anak mereka sudah bisa diajak bepergian jauh—akhirnya Qailula dan Evrard beserta si kembar milik mereka bertolak ke Itali untuk meresmikan bisnis impian mereka tersebut.Vita dan Elvern bersama Arzana dan Arzeta juga tentunya pasuka pengasuh akan berangkat satu hari setelah keberangkatan Qailula dan Evrard mengingat jarak tempuh dan perbedaan waktu antara Indonesia dengan Jerman tapi nantinya mereka akan sampai di hari yang sama di Italia.“Sayang ….” Evrard berbisik begitu membuka pintu kamar di kabin belakang privat jet miliknya pribadi yang b