“Maksudnya bagaimana?” Evrard bertanya lagi, kali ini raut wajahnya tampak memaksa El Bara untuk menjelaskan.“Aku setuju sewaktu Qailula menawarkan pacaran sehat tanpa sex … tapi kamu tahu sendiri, kalau kita para pria memiliki kebutuhan biologis … jadi aku cerita sama Berlian, awalnya hanya curhat biasa di pantry sambil buat kopi tapi Berlian ngode-ngode dan mengatakan kalau dia bisa menggantikan peran Lula … ya, aku seneng banget lah … dia minta nominal besar jadi aku pikir dia profesional, bersih dan bisa tutup mulut … eeeh, beberapa hari kemudian Lula mutusin aku, katanya dia tahu kalau aku jadiin si Berlian simpanan dengan gaji tiga puluh lima juta … angka spesifik itu Lula tahu dari mana kalau bukan dari si Berlian … tapi si Berlian enggak ngaku udah ngasih tahu Lula.” Evrard tercenung mendengar setiap kalimat El Bara.Dia baru tahu kalau Qailula juga memutuskan hubungan dengan El Bara di saat yang sama memberi ultimatum padanya.Kalau untuk kebrengsekan yang baru saja dic
“Pagi, Pak …,” sapa Qailula saat menyajikan sarapan pagi Evrard di atas meja.“Pagi,” sahut Evrard bergumam.Evrard sudah mengenakan pakain kerja dengan dasi yang dia pasang sendiri tanpa bantuan Qailula.Qailula lantas pergi ke ruangan dekat lift untuk menunggu Evrard di sana.Netra Evrard melirik sekilas punggung Qailula yang berjalan menjauh.Terbesit dalam benaknya untuk memindahkan Qailula ke bagian lain atau mengembalikannya kepada kakek agar dia tidak perlu bertemu wanita itu lagi.Evrard tersiksa bila harus melupakan perasaannya kepada Qailula sementara sosoknya masih bisa dijangkau setiap hari apalagi melayaninya sampai ke urusan pribadi di rumah.Tangan Evrard mengusap wajahnya kasar, sewaktu di Inggris dia yakin akan mampu melupakan Qailula namun saat bertemu wanita itu, perasaan ingin memeluk dan menciumnya begitu besar sampai membuat kepala Evrard pening.Qailula bangkit dari kursi manakala melihat Evrard mendekat setelah menyantap sarapan paginya.Dia menekan to
Tanpa terasa mereka sampai di rumah sakit.Pak Joko menghentikan kendaraan tepat di depan lobby lantas turun meminta petugas membawakan ranjang beroda.Evrard kekuar dari mobil sambil menggendong Qailula ala bridal, dia menurunkan sekretarisnya itu di atas ranjang beroda yang didorong perawat.“Kenapa ini Pak?” Seorang perawat paruh baya yang mendorong ranjang Qailula bertanya.“Saya kurang tahu percis tapi dia sering mengeluh pusing dan mual ….” Evrard memberitahu informasi tentang Qailula yang dia dapatkan dari pak Joko.“Dan sebelum ke sini dia muntah-muntah,” selanjutnya Evrard juga memberitahu apa yang disampaikan Kevin di kantor.Perawat itu memeriksa tensi Qailula setelah sampai di bilik yang kosong.“Sebentar ya,” kata perawat sebelum pergi.Evrard berdiri di samping Qailula, menggenggam tangannya dengan tampang cemas layaknya seorang suami yang mencemaskan keadaan istrinya.Dia akan merasa sangat bersalah kalau Qailula sakit karena terlalu lelah bekerja.Tidak lama
Berulang kali Qailula mengembuskan nafasnya.Dia tidak mungkin melenyapkan kehidupan yang telah Tuhan berikan di rahimnya namun tidak mungkin juga meminta pertanggungjawaban Evrard.Qailula menunduk, mengusap perutnya yang masih rata dengan gerakan memutar.“Semoga kamu anak laki-laki ya Nak.” Qailula membatin dia lantas menoleh menatap Evrard yang duduk di sampingnya dan ternyata juga sedang menatapnya.“Pak … saya enggak akan menuntut apa-apa apalagi pertanggungjawaban Bapak, tapi saya mohon ijinkan saya tetap bekerja … saya butuh biaya untuk berobat nenek dan membesarkan anak ini … kalau perlu kita buat perjanjian yang akan merugikan saya kalau saya mengingkari janji ….” Qailula memohon pengertian Evrard.Semoga Evrard bisa bekerja sama dengan membantunya menutupi kehamilan ini dan tetap mempekerjakannya meski sedang hamil tanpa suami.Qailula lebih memilih dicibir hamil tanpa suami dari pada merebut Evrard dari tunangannya yang seorang wanita luar biasa apalagi sampai diangg
Tidak lama berselang terdengar bell pintu apartemen berbunyi, Evrard bergegas membukanya.Dia kembali membawa bungkusan berlogo restoran yang berada di area lobby gedung ini.“Makan dulu,” kata Evrard memberikan bungkusan tersebut.Qailula bangkit lantas meraih bungkusan dari tangan Evrard untuk dia sajikan ke piring.Menu makan siang itu ternyata dua porsi, mungkin satunya untuk Evrard.Benar saja, Evrard menarik kursi dari bawah meja makan lalu duduk di sana.Qailula duduk di depan Evrard dan mulai menyantap makan siangnya tanpa suara, sesekali mata mereka bertemu dan Qailula langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.“Minum dulu vitamin dan anti mualnya,” kata Evrard.Qailula mengangguk melakukan perintah Evrard.Setelah itu Qailula merasakan tangannya kembali ditarik Evrard menuju kamar.Sampai di sana, Evrard menekan pundak Qailula untuk duduk di tepi ranjang.Evrard menaikkan kedua kaki Qailula membuat Qailula dalam posisi berbaring, dia menarik selimut menutupi tub
“Kita harus menyembunyikan kehamilan Lula, Pak … saya enggak bisa bertanggung jawab karena tahun depan akan menikah dengan Sienna … tapi saya akan bertanggung penuh terhadap anak itu, memenuhi segala kebutuhannya.” Kalimat Evrard tidak mendapat tanggapan karena sesungguhnya pak Joko tidak setuju dengan keputusan Evrard.Semestinya Evrard menikahi Qailula untuk bertanggung jawab namun pak Joko lantas tersadar kalau hal itu tidak mungkin terjadi mengingat siapa Evrard dan siapa tunangannya.Dengan menyembunyikan kehamilan Qailula dan Evrard tidak bertanggungjawab menikahi Qailula saja—Evrard sampai harus meminta pak Joko menjaga Qailula.Evrard memilih banyak model baju hamil untuk Qailula agar bisa menutupi kehamilannya.Sampai perutnya benar-benar terlihat membesar, Evrard akan mengijinkan Qailula tetap bekerja.Dan ketika banyak orang mulai curiga, barulah Evrard akan memberikan cuti panjang kepada Qailula sampai melahirkan setelah itu mempekerjakannya kembali.Semestinya sem
Qailula tampak kepayahan, dia membasuh mulut kemudian buru-buru mencari lap kering di laci kitchen Island untuk membersihkan kemeja Evrard.“Enggak usah dibersihin,” kata Evrard menahan tangan Qailula yang memegang lap kering yang telah dibasahi.Pria itu lantas menanggalkan kemejanya lalu menyampirkannya di sandaran kursi makan.Evrard kembali pada Qailula yang sedang membersihkan lantai dari muntahan dan setelah Qailula selesai, dia merasakan tangan Evrard merangkul pundaknya.“Enggak usah bersih-bersih dulu, nanti aku minta orang buat beresin apartemen kamu,” kata Evrard menuntun Qailula ke ruang televisi.“Enggak usah, Pak ….” Kalimat Qailula menggantung mendapati tatapan tajam dari netra abu-abu indah di mata Evrard.“Duduk di sini, aku buatin susu ya untuk mengganti makan malam yang keluar tadi … tapi sekarang kamu minum dulu obat anti mualnya.”Qailula menatap Evrard tanpa berkedip sampai pria itu pergi ke dapur untuk membuatkan susu.“Ya ampun, suami able banget sih.”
Qailula yang masih betah di alam mimpi tanpa sadar melesak kian dalam di pelukan Evrard membuat pria itu terjaga.Dia membuka matanya kemudian tersenyum sembari memeluk Qailula lebih erat.Mood Evrard baik sekali pagi ini karena semalaman memeluk Qailula, ibu dari anaknya.Namun pelukan pagi ini tidak berlangsung lama karena Qailula tiba-tiba meronta melepaskan diri lantas turun dari atas tempat tidur dengan tergesa.Langkahnya sangat cepat menuju kamar mandi disusul suara melengking yang merupakan usaha untuk mengeluarkan sesuatu dari mulutnya.Evrard baru tahu kalau ibu hamil ternyata serepot ini.Pria itu bergegas menyusul Qailula yang sedang berlutut di depan closet.Tanpa meras jijik meski sudah tercium bau dari sesuatu yang Qailula muntahkan tidak membuat Evrard menghentikan langkahnya.Dia ikut berjongkok di belakang Qailula, mengumpulkan rambutnya menjadi satu genggaman sementara satu tangan Evrard yang lain memijat tengkuk Qailula.Qailula menjatuhkan bokongnya di la
“Mommy!!! Daddy!!!” Queenaya Everly Alterio-putri bungsu Qailula dan Evrard berlari berhamburan memasuki kamar.Sang Nanny menyusul dari belakang tapi tidak berani melewati pintu sedangkan Agarva, Atharva dan Aksena masuk dengan santainya untuk menyapa mommy dan daddy.“Hai sayang, akhirnya kalian sampai!” Qailula langsung mendudukan tubuhnya untuk memeluk si bungsu yang secepat kilat telah berada di atas ranjang.Tidak lupa Qailula mengapit selimut di ketiak karena tubuhnya polos usai bercinta sampai pagi tadi dengan Evrard.Evrard ikuta-ikutan memeluk Qailula yang tengah memeluk Queenaya meski perasaanya campur aduk kepergok anak-anak dalam keadaan polos dibalik selimut.“Oh … Mom … Dad, jangan bilang kalian habis buat anak kelima.” Atharva merotasi bola matanya jengah.“Kenapa memang?” Evrard bertanya tidak terima tapi tertawa.“Mommy sama Daddy enggak tahu aja kalau setiap kali kalian pergi berdua, Athar kerepotan ngawasin Sena sama Queen.” Atharva mengeluh.“Halaaah, cari
Berpelukan di atas daybed dengan hanya menggunakan bikini dan celana renang sambil menikmati sunset tidak pernah sesyahdu ini.Setelah acara pesta bergengsi untuk para Pengusaha di seluruh dunia selesai dilaksanakan di kota New York—sengaja Evrard membawa Qailula ke Utah untuk menikmati sekantong kemewahan modern di lanskap antah berantah yang liar.Sebuah resort bintang lima menjadi pilihan Evrard di mana tempat persembunyian batu pasir yang indah berada di jantung Negara Najavo.Anak-anak sedang dalam perjalanan setelah menyelesaikan ujian sekolahnya dan dijadwalkan baru sampai esok pagi jadi Evrard memiliki waktu berdua dengan Qailula malam ini.Evrard membelai pundak Qailula, sentuhannya merayap ke lengan dan berakhir di jemari yang kemudian dia genggam.Pria itu pikir istrinya tertidur tapi ternyata netra indah dibalik sunglasess sedang menatapnya sedari tadi.Dia mengangkat kepala kemudian menunduk memberikan kecupan ringan di bibir Qailula yang kemudian tersenyum.“Aku b
Sienna sedang menonton tayangan mengenai keberhasilan Evrard yang mendapat penghargaan bergengsi di dunia bisnis yang diselenggarakan oleh sebuah majalah bisnis ternama di Amerika.Berita tersebut sengaja Sienna cari di kanal berita online setelah dia mendapat informasi dari salah satu temannya.Kedua tangan Sienna mengepal di atas meja makan, rahangnya mengetat melihat kemesraan Evrard dan Qailula yang tertangkap kamera.Selama ini Sienna tidak mau tahu kehidupan tentang Evrard namun sebuah informasi dari sahabatnya membuat dia penasaran.“Si sialan itu malah hidup bahagia dengan si Jalang,” gumam Sienna menggeram kesal.Cup.Sebuah kecupan mendarat di pipi Sienna membuat wanita itu menoleh.“Fred, kamu sudah pulang?” Sienna buru-buru menutup MacBooknya.Fredrick melirik sambil tersenyum miring. “Aku sampai di sini sejak tadi dan menyaksikan kamu mengumpati Evrard serta istrinya,” kata suami Sienna yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dari wanita itu.Seorang kepala
Dua minggu berlalu, Elvern memenuhi janji kepada Vita untuk membawanya dan anak-anak liburan ke Indonesia.“El, kenapa kita landing di Surabaya?” Vita bertanya keheranan saat Pilot memberi informasi kalau sebentar lagi mereka akan landing di Bandara Internasional Juanda.“Kita akan bertemu seseorang ….” Elvern berteka-teki.“Siapa?” Vita penasaran.“Nanti juga kamu tahu.” Elvern bangkit dari kursi lalu mengulurkan tangannya membantu Vita berdiri.Namun genggaman itu tidak Elvern lepaskan hingga ke kabin depan di mana putra dan putri mereka duduk ditemani para Nanny dan bodyguard.Elvern menggendong Alani yang merentangkan kedua tangan kepadanya menggunakan satu tangan tanpa melepaskan satu tangan yang digenggam Vita.Sementara Arzana telah turun lebih dulu dan Arzeta dituntun Nanny menuruni tangga pesawat.Mereka masuk ke dalam satu mobil yang sama ditemani satu bodyguard sementara dua pengawal dan tiga Nanny masuk ke dalam mobil yang lain.
Elvern sudah tidak lagi bergaul dengan teman-temannya yang dulu untuk mencari kesenangan.Pria itu sekarng lebih suka masuk ke circle para pria pengusaha sukses yang tentunya kebanyakan dari mereka telah berumur.Jadi, jika dulu Elvern pulang dini hari karena menghabiskan malam di nightclub namun tidak semenjak beberapa tahun terakhir yang setiap kali terlambat pulang pasti dia habiskan di dalam gedung pencakar langit yang terletak di distrik pusat perkantoran.Vita tidak pernah komplain atau bertanya tentang keberadaannya.Elvern menganggap sang istri percaya dan mengerti dengan kesibukannya.Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari saat semua pekerjaan Elvern hari ini selesai.Pria itu menggeliat meregangkan tubuh setelah berjam-jam duduk di kursi.Mematikan MacBook lantas bangkit dari kursi kebesarannya lalu menyambar tas sebelum dia melangkahkan kaki keluar dari ruangan.Masuk ke dalam lift, Elvern langsung menekan tombol basement di mana
Hampir sepuluh tahun usia pernikahan mereka tapi Evrard masih memperlakukan Qailula seperti saat pria itu menginginkannya dulu, tidak pernah berubah masih selalu mendambanya begitu hebat.“Aku ingin anak ke empat,” celetuk Evrard tiba-tiba menghasilkan tawa renyah Qailula.“Kenapa tiba-tiba sekali? Apa Vita lagi hamil anak keempat?” Qailula jadi skeptis mengingat Evrard dan Elvern sang kompetitif apalagi urusan memiliki keturunan untuk penerus Alterio.“Aku enggak tahu, tapi aku ingin anak perempuan.” Sorot mata Evrard tampak memohon.“Jadi liburan sekarang sekaligus honeymoon?” Qailula mengulum senyum dibalas senyum penuh arti oleh Evrard.“Kamar kita nanti terpisah jauh di sebrang ruangan jadi jeritan kamu enggak akan terdengar oleh anak-anak,” bisik Evrard di telinga Qailula kemudian mengulum cupingnya membuat Qailula menggeram pelan sebagai protes.Tangan Evrard masuk ke dalam rok dari dress Qailula mengusap lembut pahanya.“Ada program khusus
Netra Qailula bergerak mencari pantulan Evrard di cermin meja rias saat langkah berat terdengar dari arah belakang. Senyum Evrard terkembang tatkala pandangan mereka bertemu sesaat setelah pria itu masuk ke dalam kamar. Evrard menghentikan langkah di belakang Qailula yang dalam posisi duduk lantas membungkuk mengecup puncak kepalanya. “Udah selesai?” Evrard bertanya tanpa maksud membuat Qailula terburu-buru. “Tinggal pakai lipstik.” Qailula menjawab lalu memoles bibirnya dengan lipstik warna orange soft. “Yang lain udah siap?” Qailula balas bertanya. “Udah … mereka lagi anteng di baw—“ “Mommyyyyyyyy!” Suara Atharva terdengar berteriak menghentikan kalimat Evrard. Pria itu merotasi bola matanya bersama ringisan pelan menghasilkan gelak tawa Qailula. “Ayo … kita ke bawah sekarang sebelum terjadi perang,” kata Qailula lantas bangkit dari kursi meja rias. Merangkul lengan beroto
Di lobby, daddy Bianco merentangkan tangan menyambut cicitnya yang langsung beliau gendong di tangan kiri dan kanan sekaligus.Setelah beberapa saat istirahat yang diisi dengan mengobrol ringan melepas rindu antara Qailula, Vita dan Janina—mereka bertiga pun memisahkan diri dengan suami dan anak untuk melakukan final meeting bersama orang-orang yang membatu acara launching serta pengelola resort yang bernama Julian.Julian adalah pria berusia tiga puluh tahun yang kinerjanya telah diakui di banyak hotel berbintang di Italia.Sedangkan daddy Bianco bersama para cicitnya dan pengasuh pergi ke area bermain.Ruangan meeting yang semua dindingnya terbuat dari kaca memungkinkan ketiga suami itu bisa mengawasi dari sebuah ruangan yang nantinya akan menjadi ruangan Julian.Ada meja kerja dan satu set sofa untuk menerima tamu lalu sebuah kamar lengkap dengan kamar mandi dan mini pantry untuk tempat tinggal Julian yang hanya dibatasi satu tembok dan pintu pemisah yang
Bisnis resort yang pernah dimimpikan Qailula, Vita dan Janina baru bisa terwujud setelah lima tahun kemudian.Itu dikarenakan Janina dikabarkan tengah mengandung beberapa hari setelah pesta pernikahannya dengan El Bara berlangsung yang membuat Qailula serta Vita tidak memiliki kaki tangan untuk membangun bisnis tersebut terlebih mereka berdua juga disibukan mengurus si kembar.Saat ini, setelah lima tahun berlalu dan anak-anak mereka sudah bisa diajak bepergian jauh—akhirnya Qailula dan Evrard beserta si kembar milik mereka bertolak ke Itali untuk meresmikan bisnis impian mereka tersebut.Vita dan Elvern bersama Arzana dan Arzeta juga tentunya pasuka pengasuh akan berangkat satu hari setelah keberangkatan Qailula dan Evrard mengingat jarak tempuh dan perbedaan waktu antara Indonesia dengan Jerman tapi nantinya mereka akan sampai di hari yang sama di Italia.“Sayang ….” Evrard berbisik begitu membuka pintu kamar di kabin belakang privat jet miliknya pribadi yang b