Sesuai dengan ramalan Sienna, kedatangan tuan Ludwig membawa angin segar bagi Evrard dan perusahaan yang dia pimpin.Dengan perencanaan matang penyambutan serta presentasi memukau akhirnya tuan Ludwig bersedia berinvestasi dalam suatu proyek yang diajukan oleh Alterio Corp di Indonesia yang dipimpin Evrard.Kerjasama langsung terjalin dan sekarang bagian El Bara yang paling sibuk untuk melegalkan kerjasama tersebut.Di akhir hari, semua yang terlibat dalam penyambutan tuan Ludwig beserta rombongan baru bisa bernafas lega karena acara telah selesai dengan menghasilkan kabar baik.Evrard telah kembali ke ruangannya sedangkan Kevin dan Qailula baru saja mengantar rombongan klien hingga lobby dan memastikan klien meninggalkan Alterio Corp dengan aman.“Mbak, kok akhir-akhir ini kamu pakai flat shoes terus? Udah gitu enggak ditegur pak Evrard lagi … padahal ‘kan sekertaris enggak boleh pakai flatshoes, minimal pakai heels tujuh senti di aturannya.” Kevin bertanya saat kembali ke lanta
Pandangannya dengan Evrard bertemu, keduanya sama-sama melongo sesaat lalu Qailula menoleh ke belakang mencari tahu keberadaan bu Dena yang belum terlihat di ruang makan dan itu berarti bu Dena masih berada di dapur.Qailula bergegas memburu bosnya. “Dari mana?” tanyanya berbisik.“Aku pulang dulu, mandi terus ganti baju.” Evrard balas berbisik mengikuti Qailula.“Nanti lagi kalau mau pergi bilang dulu sama aku, tadi aku nanyain kamu ke bu Dena … ya bu Dena jadi heran karena setaunya kamu sama aku di kamar,” kata Qailula memberitahu apa yang baru saja terjadi.“Oh … oke.” Evrard mengerti kekhawatiran Qailula.“Terus kamu mau ke mana udah rapih gini?” tanya Qailula sembari memindai Evrard dari atas sampai ke bawah.“Mau anter kamu ke rumah sakit.” Pria itu menjawab santai sembari melengos masuk lebih jauh ke dalam apartemen menuju ruang makan.“Aku bisa pergi sendiri,” kata Qailula menolak diantar Evrard.“Aku anter aja,” kata Evrard penuh penekanan, dia sedang memaksa.Qailul
“Loh, Ev … ngapain di sini?” Tante Zara-adik iparnya Mommy Kalila-pemilik rumah sakit ini menegur Evrard yang duduk sendirian di dekat ruang ICU.Jantung Evrard berdebar kencang, sorot matanya yang tadi menetap horor tante Zara segera dia lembutkan untuk menutupi suasana hatinya yang sedang panik. “Lagi mau check up, Tante.” Evrard berdusta.“Oh … udah daftar?” Tante Zara bertanya bermaksud membantu.“Belum Tante.” Evrard masih menjawab asal.“Sebentar ya.” Tante Zara mengotak-ngatik ponselnya kemudian menempelkan di telinga.“Dendi, nanti ada keponakan saya ke sana mau daftar untuk ke poli klinik … kamu layani ya terus kasih nomor antrian paling cepet.” Tante Zara memberi instruksi.Khusus keluarganya, nepotisme sedikit boleh donk.“Baik, Bu.” Suara dari ujung panggilan sana menyahut.“Namanya Evrard, sebentar lagi nemuin kamu ke sana.” Tante Zara berujar kembali.“Baik Bu.”Dan setelah mendengar sahutan pria bernama Dendi dari bagian pendaftaran, tante Zara memutus samb
“Aku mau yang itu,” kata Qailula menunjuk sebuah roti dengan bentuk buaya yang memakai pita di dekat matanya setelah mereka sampai di toko roti.Bentuk roti buaya yang Qailula inginkan bukan seperti roti buaya untuk pernikahan.Toko kue ini sengaja membuat roti buaya ukuran kecil dengan bentuk lucu menggemaskan jauh sekali dengan bentuk buaya aslinya.Evrard sampai tertawa singkat melihat bentuk menggemaskan dari roti buaya tersebut.“Saya mau ini tiga ya,” kata Evrard kepada pelayan.“Satu aja, ngapain banyak-banyak… nanti enggak habis.” Qailula menimpali.“Aku juga mau.” Evrard memprotes.“Oh ya udah, dua ….” Qailula mengalah.“Masa bu Dena enggak dikasih?” ujar Evrard kemudian.“Oh iya bu Dena.” Qailula baru ingat dengan orang yang berjasa mempermudah hidupnya beberapa hari terakhir.Akhirnya mereka jadi membeli tiga buah roti buaya.Tidak langsung pulang, Qailula dan Evrard malah mengelilingi Mall layaknya sepasang kekasih.Tidak bisa dipungkiri kalau mereka yang sedan
“Bu, ini aku beliin roti buaya.” Qailula memberikan satu roti buaya yang masih terbungkus plastik kepada bu Dena.“Waaah, makasih Bu.” Bu Dena tampak senang sekali.“Sama-sama … lucu ‘kan roti buayanya, buntet terus imut … pakai pita lagi.” Qailula berceloteh.“Iya Bu.” Bu Dena tertawa sumbang merasa aneh.“Itu roti buayanya aku kasih nama Ali.” Qailula berujar kembali.“Ali?” Bu Dena berkerut kening bukan karena nama Ali yang diberikan Qailula tapi karena Qailula memberi nama untuk sebuah roti buaya yang akan dia makan. Jadi maksudnya bu Dena harus meminta ijin dulu kepada Ali sebelum memakannya?“Iya … Aligator.” Qailula tersenyum lebar.Bu Dena melirik Evrard yang berada beberapa langkah di belakang Qailula.Kepala Evrard yang berekspresi dingin itu mengangguk memberi kode agar bu Dena iya-iya saja dan tidak mendebat Qailula.“Baik Bu, terimakasi.” Bu Dena lantas pamit pergi ke kamarnya.Qailula memutar tubuhnya hendak menarik langkah pergi tapi dia terkejut menemukan E
Evrard membawa tangan Qailula ke samping kepala lalu menjadikannya sebuah genggaman dengan mengisi ruang-ruang jarinya yang kosong.Sementara itu bibir Evrard merayapkan kecupannya ke dada untuk mengisap puncak yang sedari tadi menantangnya.Evrard merasakan perubahan di dada Qailula yang kini lebih besar dan padat.Dada Qailula membusung menggeliat merasakan geli bercampur nikmat dari sentuhan bibir Evrard.Seakan satu belum cukup, Evrard juga berlaku adil dengan mengisap, menjilat lalu mengulum bagian yang satunya membuat kepala Qailula pening apalagi sekarang jari Evrard yang nakal telah berhasil menemukan celah sempit di bawah sana.Evrard selalu mendominasi, pria itu suka melihat Qailula kewalahan menampung rasa nikmat yang dia suguhkan.“Emmmh ….” Qailula tidak sanggup menahan desahannya lagi. Bibir Evrard beralih ke belahan dada Qailula, kecupannya kini menyerang perut Qailula.Tidak lama di sana hanya untuk menyapa si jabang bayi, tanpa Qailula sadari kalau bibir Evra
Qailula merasakan tidurnya sangat berkualitas, Evrard tidak meminta lebih jadi setelah pergulatan panas tadi malam langsung tidur saling memeluk erat.Pagi ini pun mual tidak terasa, mungkin karena Evrard memeluknya sepanjang malam mengingat aroma pria itu yang merupakan obat penenang dari gejolak di perutnya karena ulah sang janin.Perlahan kelopak mata Qailula terbuka, dia lantas tersenyum karena mendapati wajah tampan ayah dari janin yang ada di rahimnya.Netra abu-abu Evrard yang indah sedang menatapnya teduh.Entah sejak kapan pria itu terjaga tapi tetap di atas ranjang mendekap erat Qailula.“Pagi,” sapa Qailula parau.Dia mendapat kecupan sekilas di bibir dari Evrard.Pagi,” balas pria itu kemudian.Qailula terkekeh, dia mengusel lebih dalam di dada Evrard yang polos.Pria itu belum memakai kaosnya kembali usai mereka bercinta tadi malam.“Kamu enggak ngegym?” Qailula bertanya tanpa melepaskan pelukan.“Sebentar lagi … kamu mau ikut?” Rasanya Evrard ingin selalu bers
Seakan ingin menyembunyikan hubungan mereka padahal pengunjung kolam renang sudah melihat kemesraan mereka tadi.Evrard mengantar Qailula hingga pintu unit apartemennya.“La, kamu jangan keluar hari ini ya … sekarang kamu mandi ….” Evrard menatap serius.Qailula pun menganggukan kepala.“Kamu mau ke mana?” Qailula menahan tangan Evrard yang hendak menarik langkah pergi.“Aku mandi dulu di Penthouse, nanti ke sini lagi.” Evrard mengangkat tangan Qailula yang menggenggam tangannya kemudian memberikan kecupan di bagian punggung.Setelah itu Evrard benar-benar pergi menuju Penthousenya.*** Tidak lama setelah Qailula mandi dan keluar dari kamarnya dengan tubuh segar—terdengar suara pintu unit apartemen terbuka.Aroma Evrard segera saja memenuhi ruangan memberitahu Qailula kalau si ayah dari janinnya telah datang.Qailula yang sedang duduk di sofa ruang televisi membelakangi lorong menuju ke pintu utama sengaja tidak menoleh ke belakang karena dia tahu selanjutnya akan mendapatk
“Mommy!!! Daddy!!!” Queenaya Everly Alterio-putri bungsu Qailula dan Evrard berlari berhamburan memasuki kamar.Sang Nanny menyusul dari belakang tapi tidak berani melewati pintu sedangkan Agarva, Atharva dan Aksena masuk dengan santainya untuk menyapa mommy dan daddy.“Hai sayang, akhirnya kalian sampai!” Qailula langsung mendudukan tubuhnya untuk memeluk si bungsu yang secepat kilat telah berada di atas ranjang.Tidak lupa Qailula mengapit selimut di ketiak karena tubuhnya polos usai bercinta sampai pagi tadi dengan Evrard.Evrard ikuta-ikutan memeluk Qailula yang tengah memeluk Queenaya meski perasaanya campur aduk kepergok anak-anak dalam keadaan polos dibalik selimut.“Oh … Mom … Dad, jangan bilang kalian habis buat anak kelima.” Atharva merotasi bola matanya jengah.“Kenapa memang?” Evrard bertanya tidak terima tapi tertawa.“Mommy sama Daddy enggak tahu aja kalau setiap kali kalian pergi berdua, Athar kerepotan ngawasin Sena sama Queen.” Atharva mengeluh.“Halaaah, cari
Berpelukan di atas daybed dengan hanya menggunakan bikini dan celana renang sambil menikmati sunset tidak pernah sesyahdu ini.Setelah acara pesta bergengsi untuk para Pengusaha di seluruh dunia selesai dilaksanakan di kota New York—sengaja Evrard membawa Qailula ke Utah untuk menikmati sekantong kemewahan modern di lanskap antah berantah yang liar.Sebuah resort bintang lima menjadi pilihan Evrard di mana tempat persembunyian batu pasir yang indah berada di jantung Negara Najavo.Anak-anak sedang dalam perjalanan setelah menyelesaikan ujian sekolahnya dan dijadwalkan baru sampai esok pagi jadi Evrard memiliki waktu berdua dengan Qailula malam ini.Evrard membelai pundak Qailula, sentuhannya merayap ke lengan dan berakhir di jemari yang kemudian dia genggam.Pria itu pikir istrinya tertidur tapi ternyata netra indah dibalik sunglasess sedang menatapnya sedari tadi.Dia mengangkat kepala kemudian menunduk memberikan kecupan ringan di bibir Qailula yang kemudian tersenyum.“Aku b
Sienna sedang menonton tayangan mengenai keberhasilan Evrard yang mendapat penghargaan bergengsi di dunia bisnis yang diselenggarakan oleh sebuah majalah bisnis ternama di Amerika.Berita tersebut sengaja Sienna cari di kanal berita online setelah dia mendapat informasi dari salah satu temannya.Kedua tangan Sienna mengepal di atas meja makan, rahangnya mengetat melihat kemesraan Evrard dan Qailula yang tertangkap kamera.Selama ini Sienna tidak mau tahu kehidupan tentang Evrard namun sebuah informasi dari sahabatnya membuat dia penasaran.“Si sialan itu malah hidup bahagia dengan si Jalang,” gumam Sienna menggeram kesal.Cup.Sebuah kecupan mendarat di pipi Sienna membuat wanita itu menoleh.“Fred, kamu sudah pulang?” Sienna buru-buru menutup MacBooknya.Fredrick melirik sambil tersenyum miring. “Aku sampai di sini sejak tadi dan menyaksikan kamu mengumpati Evrard serta istrinya,” kata suami Sienna yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dari wanita itu.Seorang kepala
Dua minggu berlalu, Elvern memenuhi janji kepada Vita untuk membawanya dan anak-anak liburan ke Indonesia.“El, kenapa kita landing di Surabaya?” Vita bertanya keheranan saat Pilot memberi informasi kalau sebentar lagi mereka akan landing di Bandara Internasional Juanda.“Kita akan bertemu seseorang ….” Elvern berteka-teki.“Siapa?” Vita penasaran.“Nanti juga kamu tahu.” Elvern bangkit dari kursi lalu mengulurkan tangannya membantu Vita berdiri.Namun genggaman itu tidak Elvern lepaskan hingga ke kabin depan di mana putra dan putri mereka duduk ditemani para Nanny dan bodyguard.Elvern menggendong Alani yang merentangkan kedua tangan kepadanya menggunakan satu tangan tanpa melepaskan satu tangan yang digenggam Vita.Sementara Arzana telah turun lebih dulu dan Arzeta dituntun Nanny menuruni tangga pesawat.Mereka masuk ke dalam satu mobil yang sama ditemani satu bodyguard sementara dua pengawal dan tiga Nanny masuk ke dalam mobil yang lain.
Elvern sudah tidak lagi bergaul dengan teman-temannya yang dulu untuk mencari kesenangan.Pria itu sekarng lebih suka masuk ke circle para pria pengusaha sukses yang tentunya kebanyakan dari mereka telah berumur.Jadi, jika dulu Elvern pulang dini hari karena menghabiskan malam di nightclub namun tidak semenjak beberapa tahun terakhir yang setiap kali terlambat pulang pasti dia habiskan di dalam gedung pencakar langit yang terletak di distrik pusat perkantoran.Vita tidak pernah komplain atau bertanya tentang keberadaannya.Elvern menganggap sang istri percaya dan mengerti dengan kesibukannya.Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari saat semua pekerjaan Elvern hari ini selesai.Pria itu menggeliat meregangkan tubuh setelah berjam-jam duduk di kursi.Mematikan MacBook lantas bangkit dari kursi kebesarannya lalu menyambar tas sebelum dia melangkahkan kaki keluar dari ruangan.Masuk ke dalam lift, Elvern langsung menekan tombol basement di mana
Hampir sepuluh tahun usia pernikahan mereka tapi Evrard masih memperlakukan Qailula seperti saat pria itu menginginkannya dulu, tidak pernah berubah masih selalu mendambanya begitu hebat.“Aku ingin anak ke empat,” celetuk Evrard tiba-tiba menghasilkan tawa renyah Qailula.“Kenapa tiba-tiba sekali? Apa Vita lagi hamil anak keempat?” Qailula jadi skeptis mengingat Evrard dan Elvern sang kompetitif apalagi urusan memiliki keturunan untuk penerus Alterio.“Aku enggak tahu, tapi aku ingin anak perempuan.” Sorot mata Evrard tampak memohon.“Jadi liburan sekarang sekaligus honeymoon?” Qailula mengulum senyum dibalas senyum penuh arti oleh Evrard.“Kamar kita nanti terpisah jauh di sebrang ruangan jadi jeritan kamu enggak akan terdengar oleh anak-anak,” bisik Evrard di telinga Qailula kemudian mengulum cupingnya membuat Qailula menggeram pelan sebagai protes.Tangan Evrard masuk ke dalam rok dari dress Qailula mengusap lembut pahanya.“Ada program khusus
Netra Qailula bergerak mencari pantulan Evrard di cermin meja rias saat langkah berat terdengar dari arah belakang. Senyum Evrard terkembang tatkala pandangan mereka bertemu sesaat setelah pria itu masuk ke dalam kamar. Evrard menghentikan langkah di belakang Qailula yang dalam posisi duduk lantas membungkuk mengecup puncak kepalanya. “Udah selesai?” Evrard bertanya tanpa maksud membuat Qailula terburu-buru. “Tinggal pakai lipstik.” Qailula menjawab lalu memoles bibirnya dengan lipstik warna orange soft. “Yang lain udah siap?” Qailula balas bertanya. “Udah … mereka lagi anteng di baw—“ “Mommyyyyyyyy!” Suara Atharva terdengar berteriak menghentikan kalimat Evrard. Pria itu merotasi bola matanya bersama ringisan pelan menghasilkan gelak tawa Qailula. “Ayo … kita ke bawah sekarang sebelum terjadi perang,” kata Qailula lantas bangkit dari kursi meja rias. Merangkul lengan beroto
Di lobby, daddy Bianco merentangkan tangan menyambut cicitnya yang langsung beliau gendong di tangan kiri dan kanan sekaligus.Setelah beberapa saat istirahat yang diisi dengan mengobrol ringan melepas rindu antara Qailula, Vita dan Janina—mereka bertiga pun memisahkan diri dengan suami dan anak untuk melakukan final meeting bersama orang-orang yang membatu acara launching serta pengelola resort yang bernama Julian.Julian adalah pria berusia tiga puluh tahun yang kinerjanya telah diakui di banyak hotel berbintang di Italia.Sedangkan daddy Bianco bersama para cicitnya dan pengasuh pergi ke area bermain.Ruangan meeting yang semua dindingnya terbuat dari kaca memungkinkan ketiga suami itu bisa mengawasi dari sebuah ruangan yang nantinya akan menjadi ruangan Julian.Ada meja kerja dan satu set sofa untuk menerima tamu lalu sebuah kamar lengkap dengan kamar mandi dan mini pantry untuk tempat tinggal Julian yang hanya dibatasi satu tembok dan pintu pemisah yang
Bisnis resort yang pernah dimimpikan Qailula, Vita dan Janina baru bisa terwujud setelah lima tahun kemudian.Itu dikarenakan Janina dikabarkan tengah mengandung beberapa hari setelah pesta pernikahannya dengan El Bara berlangsung yang membuat Qailula serta Vita tidak memiliki kaki tangan untuk membangun bisnis tersebut terlebih mereka berdua juga disibukan mengurus si kembar.Saat ini, setelah lima tahun berlalu dan anak-anak mereka sudah bisa diajak bepergian jauh—akhirnya Qailula dan Evrard beserta si kembar milik mereka bertolak ke Itali untuk meresmikan bisnis impian mereka tersebut.Vita dan Elvern bersama Arzana dan Arzeta juga tentunya pasuka pengasuh akan berangkat satu hari setelah keberangkatan Qailula dan Evrard mengingat jarak tempuh dan perbedaan waktu antara Indonesia dengan Jerman tapi nantinya mereka akan sampai di hari yang sama di Italia.“Sayang ….” Evrard berbisik begitu membuka pintu kamar di kabin belakang privat jet miliknya pribadi yang b