Vita memasak mie instan dengan toping telur kemudian menyantapnya di depan televisi.Kuah mie instan yang bersatu dengan telur entah kenapa membuat Vita mual.Dia bangkit lalu berlari menuju kamar mandi saat merasakan mual yang luar biasa menderanya.Vita memuntahkan semua mie instan yang berhasil dia makan.Tubuhnya lemas dengan buliran keringat memenuhi pelipis namun rasa ingin mengeluarkan sesuatu masih begitu begitu kuat padahal sudah tidak ada apapun yang bisa dia keluarkan.Sekuat tenaga Vita menopang tubuhnya pada apapun yang bisa dia gapai, nafas Vita terengah sesampainya di dapur.Vita mengisi gelas dengan air lalu menenggaknya hingga habis dan rasa mual itu kembali datang, Vita memuntahkan banyak air di bowlsink.“Duh … kayanya aku masuk angin,” kata Vita pada diri sendiri.Dia mencari obat-obatan, meminumnya lalu pergi ke kamar untuk membaringkan tubuh yang lemas melupakan mie instan yang setengahnya lagi belum dia habiskan dibiarkan begitu saja di ruang televisi.
“Hai Azura …,” sapa Janina tatkala langkahnya sudah sampai di depan meja kasir.Qailula yang sedang melayani pembeli langsung mengangkat pandangan dari mesin kasir.“Janina!” seru Qailula tampak senang.“Sebentar … aku selesaikan dulu pekerjaanku,” kata Qailula meminta waktu, dia lantas mempercepat menghitung roti lalu sang pembeli memberikan beberapa lembar uang dan Qailula memberikan kembalian.“Kamu mau makan siang denganku?” Ternyata kedatangan Janina bukan untuk membeli roti melainkan mengajaknya makan siang.“Sebentar ya, aku minta ijin kepada Alberto dulu.” Qailula pergi ke area belakang di mana Alberto dan Fabiano sedang membuat roti.“Alberto … boleh aku makan siang di luar?” Alberto langsung menoleh kepada Qailula yang meminta ijin tapi gesture tubuhnya tampak ragu.“Bersama Janina,” sambung Qailula seraya melirik Fabiano yang kemudian mengangkat pandangan menatapnya.Alberto mengalihkan tatapan kepada Fabiano.“Dia aman … dia bukan siapa-siapa,” kata Fabiano seol
Setelah kesepakatan Elvern dan Ellena yang akan melakukan masa penjajakan atau dengan kata lain pacaran disaksikan oleh kedua orang tua mereka, tidak sekalipun Elvern menghubungi Ellena.Dia santai saja menjalani hidupnya malah masih bercinta dengan wanita lain apabila dia sedang ingin.Namun setiap kali dia bercinta dengan wanita lain, bayangan si wanita perawan selalu muncul mengganggu konsentrasinya membuat Elvern kehilangan hasrat.Seperti saat ini, dia kesal karena ejakulasinya terasa hampa.“Pergilah … aku ingin sendiri, nanti aku transfer!” seru Elvern mengusir wanita yang sudah selama satu jam bergulat dengannya namun tidak mampu membuatnya puas.Wanita itu pergi dengan perasaan gagal sekaligus malu, dia menduga pasti Elvern tidak akan memintanya lagi untuk menjadi pelampiasan hasrat pria itu dan dia akan menjadi wanita yang merugi karena Elvern selalu royal dalam memberikan tip.Saat Elvern berada di tengah-tengah frustrasi, ponsel di saku celananya yang teronggok di at
Melalui sebuah teknologi jaringan nirkabel yang membuat perangkat terhubung dengan internet membuat notif pesan masuk ke ponselnya. Elvern yang masih melamun usai berkomunikasi dengan Bianco beberapa menit lalu meraih ponsel itu kemudian mengotak-ngatik layarnya.Pesan tersebut ternyatadari Bianco berisi data diri lengkap si gadis perawan.Bianco memang selalu bisa diandalkan.Nama, tanggal lahir, pendidikan, tinggi, ukuran sepatu sampai lebar dadanya Vita tertera di sama.Terdapat foto-foto Vita juga yang diambil dari laman media sosialnya.Elvern langsung berseluncur ke sana namun sepertinya Vita bukan remaja yang sering membuat konten atau memposting fotonya.Hanya ada lima foto di laman Instagram Vita; foto Vita waktu kecil, foto bersama kedua orang tuanya, foto ketika dia lulus SMA, foto bersama seorang pria dan foto selfie dirinya sendiri namun dengan ekspresi sendu.Elvern membaca kembali data diri tentang Vita, ternyata di sana terdapat penjelasan kalau Vita pernah me
Vita membeli dua test pack tadi malam yang akan dia gunakan pagi ini untuk mencari tahu apakah dia sedang hamil atau tidak.Beberapa hari terakhirtubuh Vita lemas, dia sering mual dan muntah tapi bukan hanya itu saja—Vita juga terlambat datang bulan.Vita yang duduk di closet mulai mengeluarkan air seninya ke dalam sebuah gelas kecil.Dia memasukan satu testpack ke sana lalu menyimpannya di atas wastafel sambil menunggu, Vita membersihkan area kewanitaannya kemudian memakai celananya kembali.Tanpa banyak drama, Vita langsung mencari tahu hasilnya dengan meraih testpack itu.Muncul garis dua namun yang satu samar, Vita menelan saliva dengan wajah pias, jantungnya juga berdebar kencang sekali.Apa maksudnya garis dua tapi yang satunya samar?Baiklah, Vita masih memiliki satu testpack lain dan harganya cukup mahal jadi pasti akurat.Vita membuka celananya lagi lalu duduk di atas closet.Dia tidak menggunakan air seni sebelumnya karena khawatir telah terkontaminasi.Vita menamp
“Vit ….” Dan suara seorang pria membuat keduanya menoleh.“Kamu enggak apa-apa?” Tanya pria itu tampak khawatir.Elvern refleks merangkul pundak Vita. “Biasalah kalau pacaran pasti ada berantem … tapi kita baik-baik aja.” Elvern yang menjawab namun Vita tidak memprotes ucapan Elvern karena yang bertanya adalah Ryan.Mantan kekasihnya yang berengsek, dia juga ingin memperlihatkan kepada Ryan kalau telah memdapat pengganti pria itu selagi Elvern juga sedang berdrama.“Bener Vit?” Ryan berlagak perhatian membuat Vita nyaris berdecih.Vita mengangguk, satu tangannya memeluk perut Elvern, ikut bersandiwara.“Ayaaaang … kamu di mana Ayaaaaang!” Marisa terdengar memanggil Ryan.Lalu sosok gadis itu muncul. “Kamu ngapain di sini?” Suara Marisa mengecil diakhir kalimat karena mendapati Vita dirangkul seorang pria bule matang, tampan dan sepertinya sangat mapan terlihat dari pakaian dan segala accesories old money yang Elvern kenakan.“Kamu pacaran sama om-om?” Marisa sengaja melantangk
Langkah Vita terhenti begitu sampai teras rumah karena dia mendengar suara ribut di dalam.Apakah mungkin ayah tirinya sudah pulang?Dia mengintip melalui jendela dan melihat sang ayah tiri sedang mondar-mandir di dalam rumah sambil marah-marah sendiri.Ayah tirinya memang memiliki kunci rumah jadi tidak heran bisa masuk ke dalam rumah. Vita akhirnya masuk tanpa memiliki firasat apapun.Dia yang sudah tahu ayah tirinya telah kembali dari liburan tidak menghiraukan keberadaan pria itu.“Vita!” seru Danny lantang membuat Vita menghentikan langkah.Dia memutar badan untuk dapat bertemu tatap dengan sang ayah tiri.Wajah Danny tampak garang, sorot matanya begitu tajam membuat pundak Vita melorot karena pasti pria itu akan menjadikannya pelampiasan kekesalan seperti sebelum-sebelumnya.Entah apa yang membuat pria itu kesal tapi meski tidak ada hubungan dengannya, tapi Vita akan tetap menjadi sasaran empuk pelampiasan amarah Danny.“Apa ini?” Danny mengangkat testpack dengan gari
“Pak … itu bos saya terlibat perkelahian karena menolong kekasihnya yang sedang dipukuli,” kata Rio dengan nafas terengah sembari menunjuk ke arah rumah Vita.“Siapa? Pak Danny mukulin Vita lagi?” Pria itu seolah tahu kebiasaan Danny.“I-iya … Pak, tolongin.” Rio iya-iya saja karena mendengar nama Vita yang dia ketahui adalah nama dari wanita itu.Mereka pun bergegas menuju rumah Vita.Di dalam sana semua furniture telah hancur tidak berbentuk. Ternyata Danny lawan yang tangguh bagi Elvern yang mulai babak belur.“Pak Danny, sudah Pak!” seru pria yang tadi Rio temui.“Pak RT, saya panggil hansip dulu …,” kata pria yang satunya karena khawatir Danny akan membunuh Elvern.“Iya, cepet panggil …,” balas pria yang dipanggil Pak RT.“Pak Danny, sudah!” Pak RT menahan tangan Danny yang malah berujung dirinya terkena hantaman pria itu dan terjerembap ke lantai tepat di samping Vita.Dia syok melihat Vita babak belur dan berlumuran darah.Elvren berhasil mengambil kendali, dia mem
“Mommy!!! Daddy!!!” Queenaya Everly Alterio-putri bungsu Qailula dan Evrard berlari berhamburan memasuki kamar.Sang Nanny menyusul dari belakang tapi tidak berani melewati pintu sedangkan Agarva, Atharva dan Aksena masuk dengan santainya untuk menyapa mommy dan daddy.“Hai sayang, akhirnya kalian sampai!” Qailula langsung mendudukan tubuhnya untuk memeluk si bungsu yang secepat kilat telah berada di atas ranjang.Tidak lupa Qailula mengapit selimut di ketiak karena tubuhnya polos usai bercinta sampai pagi tadi dengan Evrard.Evrard ikuta-ikutan memeluk Qailula yang tengah memeluk Queenaya meski perasaanya campur aduk kepergok anak-anak dalam keadaan polos dibalik selimut.“Oh … Mom … Dad, jangan bilang kalian habis buat anak kelima.” Atharva merotasi bola matanya jengah.“Kenapa memang?” Evrard bertanya tidak terima tapi tertawa.“Mommy sama Daddy enggak tahu aja kalau setiap kali kalian pergi berdua, Athar kerepotan ngawasin Sena sama Queen.” Atharva mengeluh.“Halaaah, cari
Berpelukan di atas daybed dengan hanya menggunakan bikini dan celana renang sambil menikmati sunset tidak pernah sesyahdu ini.Setelah acara pesta bergengsi untuk para Pengusaha di seluruh dunia selesai dilaksanakan di kota New York—sengaja Evrard membawa Qailula ke Utah untuk menikmati sekantong kemewahan modern di lanskap antah berantah yang liar.Sebuah resort bintang lima menjadi pilihan Evrard di mana tempat persembunyian batu pasir yang indah berada di jantung Negara Najavo.Anak-anak sedang dalam perjalanan setelah menyelesaikan ujian sekolahnya dan dijadwalkan baru sampai esok pagi jadi Evrard memiliki waktu berdua dengan Qailula malam ini.Evrard membelai pundak Qailula, sentuhannya merayap ke lengan dan berakhir di jemari yang kemudian dia genggam.Pria itu pikir istrinya tertidur tapi ternyata netra indah dibalik sunglasess sedang menatapnya sedari tadi.Dia mengangkat kepala kemudian menunduk memberikan kecupan ringan di bibir Qailula yang kemudian tersenyum.“Aku b
Sienna sedang menonton tayangan mengenai keberhasilan Evrard yang mendapat penghargaan bergengsi di dunia bisnis yang diselenggarakan oleh sebuah majalah bisnis ternama di Amerika.Berita tersebut sengaja Sienna cari di kanal berita online setelah dia mendapat informasi dari salah satu temannya.Kedua tangan Sienna mengepal di atas meja makan, rahangnya mengetat melihat kemesraan Evrard dan Qailula yang tertangkap kamera.Selama ini Sienna tidak mau tahu kehidupan tentang Evrard namun sebuah informasi dari sahabatnya membuat dia penasaran.“Si sialan itu malah hidup bahagia dengan si Jalang,” gumam Sienna menggeram kesal.Cup.Sebuah kecupan mendarat di pipi Sienna membuat wanita itu menoleh.“Fred, kamu sudah pulang?” Sienna buru-buru menutup MacBooknya.Fredrick melirik sambil tersenyum miring. “Aku sampai di sini sejak tadi dan menyaksikan kamu mengumpati Evrard serta istrinya,” kata suami Sienna yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dari wanita itu.Seorang kepala
Dua minggu berlalu, Elvern memenuhi janji kepada Vita untuk membawanya dan anak-anak liburan ke Indonesia.“El, kenapa kita landing di Surabaya?” Vita bertanya keheranan saat Pilot memberi informasi kalau sebentar lagi mereka akan landing di Bandara Internasional Juanda.“Kita akan bertemu seseorang ….” Elvern berteka-teki.“Siapa?” Vita penasaran.“Nanti juga kamu tahu.” Elvern bangkit dari kursi lalu mengulurkan tangannya membantu Vita berdiri.Namun genggaman itu tidak Elvern lepaskan hingga ke kabin depan di mana putra dan putri mereka duduk ditemani para Nanny dan bodyguard.Elvern menggendong Alani yang merentangkan kedua tangan kepadanya menggunakan satu tangan tanpa melepaskan satu tangan yang digenggam Vita.Sementara Arzana telah turun lebih dulu dan Arzeta dituntun Nanny menuruni tangga pesawat.Mereka masuk ke dalam satu mobil yang sama ditemani satu bodyguard sementara dua pengawal dan tiga Nanny masuk ke dalam mobil yang lain.
Elvern sudah tidak lagi bergaul dengan teman-temannya yang dulu untuk mencari kesenangan.Pria itu sekarng lebih suka masuk ke circle para pria pengusaha sukses yang tentunya kebanyakan dari mereka telah berumur.Jadi, jika dulu Elvern pulang dini hari karena menghabiskan malam di nightclub namun tidak semenjak beberapa tahun terakhir yang setiap kali terlambat pulang pasti dia habiskan di dalam gedung pencakar langit yang terletak di distrik pusat perkantoran.Vita tidak pernah komplain atau bertanya tentang keberadaannya.Elvern menganggap sang istri percaya dan mengerti dengan kesibukannya.Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari saat semua pekerjaan Elvern hari ini selesai.Pria itu menggeliat meregangkan tubuh setelah berjam-jam duduk di kursi.Mematikan MacBook lantas bangkit dari kursi kebesarannya lalu menyambar tas sebelum dia melangkahkan kaki keluar dari ruangan.Masuk ke dalam lift, Elvern langsung menekan tombol basement di mana
Hampir sepuluh tahun usia pernikahan mereka tapi Evrard masih memperlakukan Qailula seperti saat pria itu menginginkannya dulu, tidak pernah berubah masih selalu mendambanya begitu hebat.“Aku ingin anak ke empat,” celetuk Evrard tiba-tiba menghasilkan tawa renyah Qailula.“Kenapa tiba-tiba sekali? Apa Vita lagi hamil anak keempat?” Qailula jadi skeptis mengingat Evrard dan Elvern sang kompetitif apalagi urusan memiliki keturunan untuk penerus Alterio.“Aku enggak tahu, tapi aku ingin anak perempuan.” Sorot mata Evrard tampak memohon.“Jadi liburan sekarang sekaligus honeymoon?” Qailula mengulum senyum dibalas senyum penuh arti oleh Evrard.“Kamar kita nanti terpisah jauh di sebrang ruangan jadi jeritan kamu enggak akan terdengar oleh anak-anak,” bisik Evrard di telinga Qailula kemudian mengulum cupingnya membuat Qailula menggeram pelan sebagai protes.Tangan Evrard masuk ke dalam rok dari dress Qailula mengusap lembut pahanya.“Ada program khusus
Netra Qailula bergerak mencari pantulan Evrard di cermin meja rias saat langkah berat terdengar dari arah belakang. Senyum Evrard terkembang tatkala pandangan mereka bertemu sesaat setelah pria itu masuk ke dalam kamar. Evrard menghentikan langkah di belakang Qailula yang dalam posisi duduk lantas membungkuk mengecup puncak kepalanya. “Udah selesai?” Evrard bertanya tanpa maksud membuat Qailula terburu-buru. “Tinggal pakai lipstik.” Qailula menjawab lalu memoles bibirnya dengan lipstik warna orange soft. “Yang lain udah siap?” Qailula balas bertanya. “Udah … mereka lagi anteng di baw—“ “Mommyyyyyyyy!” Suara Atharva terdengar berteriak menghentikan kalimat Evrard. Pria itu merotasi bola matanya bersama ringisan pelan menghasilkan gelak tawa Qailula. “Ayo … kita ke bawah sekarang sebelum terjadi perang,” kata Qailula lantas bangkit dari kursi meja rias. Merangkul lengan beroto
Di lobby, daddy Bianco merentangkan tangan menyambut cicitnya yang langsung beliau gendong di tangan kiri dan kanan sekaligus.Setelah beberapa saat istirahat yang diisi dengan mengobrol ringan melepas rindu antara Qailula, Vita dan Janina—mereka bertiga pun memisahkan diri dengan suami dan anak untuk melakukan final meeting bersama orang-orang yang membatu acara launching serta pengelola resort yang bernama Julian.Julian adalah pria berusia tiga puluh tahun yang kinerjanya telah diakui di banyak hotel berbintang di Italia.Sedangkan daddy Bianco bersama para cicitnya dan pengasuh pergi ke area bermain.Ruangan meeting yang semua dindingnya terbuat dari kaca memungkinkan ketiga suami itu bisa mengawasi dari sebuah ruangan yang nantinya akan menjadi ruangan Julian.Ada meja kerja dan satu set sofa untuk menerima tamu lalu sebuah kamar lengkap dengan kamar mandi dan mini pantry untuk tempat tinggal Julian yang hanya dibatasi satu tembok dan pintu pemisah yang
Bisnis resort yang pernah dimimpikan Qailula, Vita dan Janina baru bisa terwujud setelah lima tahun kemudian.Itu dikarenakan Janina dikabarkan tengah mengandung beberapa hari setelah pesta pernikahannya dengan El Bara berlangsung yang membuat Qailula serta Vita tidak memiliki kaki tangan untuk membangun bisnis tersebut terlebih mereka berdua juga disibukan mengurus si kembar.Saat ini, setelah lima tahun berlalu dan anak-anak mereka sudah bisa diajak bepergian jauh—akhirnya Qailula dan Evrard beserta si kembar milik mereka bertolak ke Itali untuk meresmikan bisnis impian mereka tersebut.Vita dan Elvern bersama Arzana dan Arzeta juga tentunya pasuka pengasuh akan berangkat satu hari setelah keberangkatan Qailula dan Evrard mengingat jarak tempuh dan perbedaan waktu antara Indonesia dengan Jerman tapi nantinya mereka akan sampai di hari yang sama di Italia.“Sayang ….” Evrard berbisik begitu membuka pintu kamar di kabin belakang privat jet miliknya pribadi yang b