Share

PART 3

Author: Dacytta Peach
last update Last Updated: 2020-11-10 20:26:18

***

Braakk.

Bella menggebrak meja, mencengkeram kuat-kuat kain yang melapisi meja itu dan tak lama kemudian jari-jarinya bergerak, merenggut serta merampas kain itu ke samping hingga berhamburan semua yang berada di atas meja.

Semua terasa gelap di pandangan matanya, ia tak menyangka jika orang ketiga dalam rumah tangganya adalah gadis muda yang pantas ia panggil adik dan terlalu polos untuk melakukan hal bejat seperti itu.

Kesal, kesal dan kesal.

Tak ada yang bisa diungkapkan seorang Bella Damington untuk mengusir kekecewaannya selain marah dan marah.

"KAU TAHU KENAPA VARREL TIDAK MENYUKAIMU? KARENA KAU WANITA LEMAH, KAU HANYA BISA MENGALAH DAN MENGALAH. KAU KIRA KAU SUDAH JADI ISTRI YANG SEMPURNA? BENARKAH KAU ISTRI SEMPURNA? HAH?? JAWAB AKU!!!"

Entah, jika mengingat kejadian tadi hatinya mendadak terbakar dan tersulut kobaran api. Bagaimana bisa gadis yang terlihat begitu polos, berpendidikan tinggi, memiliki prestasi bagus justru menodai moralnya menjadi seorang perebut suami orang?

Kenapa? Kenapa gadis sebelia Lea harus melakukan hal buruk seperti itu? Ia sangat cantik, pria single manapun akan mau memacarinya tapi kenapa harus Varrel Damington? Kenapa harus suaminya?

"Aarrgh...." teriak Bella frustasi lalu kembali memukul meja guna mengekspresikan bagaimana perasaannya kali ini.

Sedangkan di luar kediaman mewah Bella, suara deru mobil yang halus dan lembut nampak berhenti. Bella menoleh sesaat, ia yakin dia pasti Varrel. Apakah mungkin gadis berbisa itu mengirim Varrel kepadanya hanya untuk balas menyumpahi dan memakinya?

Bella tak beranjak sedikitpun, ia masih mengepalkan tangannya di meja dan berusaha mati-matian untuk menahan amarahnya agar tidak meledak-ledak. Bagaimanapun Varrel adalah suaminya, sesalah apapun dia Bella harus menanggapinya dengan kepala dingin. Jangan sampai hanya karena amarah yang berbicara membuat Varrel harus pergi lagi dari hadapannya.

Suara pintu dibuka, berderit kecil dan menampakkan sosok tampan Varrel Damington yang tertegun di depan pintu tanpa berusaha untuk melangkah masuk lebih dalam lagi.

"Apa yang sudah kau lakukan pada Lea?" tanya Varrel dingin.

Sungguh sapaan pahit yang langsung menyambar gendang telinga Bella Damington, wanita itu mengetatkan rahangnya meskipun suara amarahnya seakan menggempur dadanya dan ingin membuatnya berteriak seketika.

"Kau sangat memalukan, Bella. Kau datang dan mengamuk padanya, apa yang sebenarnya kau mau?" telisik Varrel dengan tatapan kesal.

Bella menoleh, ia menyorot mata Varrel dengan tajam seolah ingin membakar pria itu dengan api kemarahannya. Sungguh, pria ini sama sekali tak berpihak kepadanya. Bagaimana bisa Varrel bisa berpaling begitu saja darinya dan lebih memilih Lea yang jelas-jelas berada di posisi yang salah.

"Jadi menurutmu aku yang salah, Varrel? Jadi menurutmu, merebut suami orang itu diperbolehkan? Aku tidak akan seperti ini jika dia bisa menjaga sikapnya. Kau tahu, aku adalah wanita yang dirugikan. Dan kenapa kau justru membelanya? Kenapa Varrel?" sembur Bella tak kuasa menahan amarahnya lagi.

"Aku tidak membela dirinya, Bella. Aku juga tidak menyalahkan dirinya. Jika ada orang yang perlu dipersalahkan maka salahkan saja aku. Jika kau menganggapnya tidak bisa menjaga sikap maka orang yang patut kau marahi adalah aku. Aku, Bella. Aku mencintainya, aku menyayanginya, apakah kau sudah jelas dengan penjelasanku Bella? Aku yang memiliki perasaan padanya, aku yang tak bisa menjaga sikap dan akulah orang yang mengejar-ngejar dia. Bella, aku mengatakan jujur padamu. AKU MENCINTAINYA. Aku harap kau tak perlu lagi menyalahkan dirinya." ungkap Varrel dengan emosi ikut meluap-luap.

Bella terbungkam, seperti dipukul palu besar sesaat otaknya kosong dan terasa remuk. Haruskah ia menerima pernyataan suaminya yang begitu mengejutkan?

Semua pertanyaan itu tersimpan di hatinya, berjejer rapi seakan meminta jawaban satu per satu dari bibir seksi Varrel Damington.

"Tapi kenapa? Kenapa kau menghianatiku, Varrel?" hanya tangisan dan sebaris ucapan itu yang mampu dikatakan oleh seorang Bella Damington dihadapan sang suami.

"Maaf, tapi inilah yang aku rasakan. Jangan pernah usik hidup Lea lagi, dia gadis yang aku cintai. Setidaknya jika kau tak ingin aku pulangkan ataupun aku ceraikan maka sebaiknya kau diam dan pura-pura tak melihat kami. Jika kau tak mengusik kehidupan pribadiku maka aku berjanji takkan mengusikmu apalagi mengusirmu." ucap Varrel serius.

Pernyataan itu bagaikan bom waktu bagi Bella, ia tak berkutik sama sekali apalagi jika Varrel mulai membahas perceraian di depan matanya. Sanggupkah ia menjadi janda disaat usia pernikahannya baru menginjak dua bulan?

Bella terdiam, hanya tangisan yang kini mewakili perasaannya. Ia hanya melihat pria itu berbalik ingin meninggalkannya namun sebelum pria itu benar-benar pergi Bella berusaha menahannya.

"Apakah gadis itu lebih baik dariku, Varrel? Apakah dia begitu hebat hingga akhirnya kau berpaling dariku dengan begitu cepat? Jika memang kau mencintainya kenapa kau menikahiku? Kenapa semua ini kau lakukan padaku? Aku orang baik-baik tapi kenapa kau justru memperlakukanku seperti ini? Varrel apakah gadis itu cukup mampu membuatmu sudah tak betah tinggal denganku? Apakah kau tidak ingin menyelamatkan pernikahan kita? Varrel bisakah kau tinggal lebih lama dan kita bicara?" ucap Bella lirih dan hampir tak terdengar.

Varrel berhenti sejenak, ia menghela nafas lalu berbalik badan dan melangkah menghampiri Bella yang menangis tak berdaya. Perlahan jemari Varrel menghapus airmata Bella yang mengurai.

"Maaf jika aku sudah membuatmu menangis tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku pada Lea. Maaf jika aku menusuk hatimu, aku tak tahu harus bagaimana menunjukkan perasaanku. Jika kehadiranku mampu membuatmu tenang maka aku akan melakukannya untukmu namun jika itu berlaku sebaliknya maka...."

"Tidak Varrel, tetaplah di sini." ucap Bella lalu merangsek ke dalam pelukan hangat suaminya.

"Kita lupakan masalah ini sejenak, aku mohon. Aku tidak ingin kau pergi, tinggallah bersamaku meskipun semalam saja. Varrel aku mohon."

***

Hujan mengguyur apartemen mewah malam itu, hanya Lea seorang diri berdiri di jendela kaca kamarnya dengan secangkir kopi susu yang sedari tadi ia pegang dan ia bawa berdiri. Tanpa bosan matanya yang indah menatapi pemandangan kota malam hari di bawah guyuran hujan yang sangat lebat.

Sendiri.

Ia sudah terbiasa hidup sendiri, meskipun ada adik-adiknya ia jarang sekali bertemu kecuali memberikannya uang jajan dan uang sekolah untuk adiknya. Bagi Lea, ia tahu bagaimana rasanya jika menderita rasa malu. Ia sengaja menjauh, menarik diri dari adiknya agar kelak adiknya tak merasa malu dengan tingkah kakaknya yang begitu memalukan.

Sruup.

Lea menyeruput kopi susunya dengan pelan tanpa melepaskan tatapannya ke arah kaca dimana hujan mengguyur tanpa ampun. Dia menarik nafas ke sekian kalinya, sejenak ia melirik ke arah meja belajar. Masih banyak tugas, ia harus menyelesaikannya meskipun terasa begitu lelah.

Rasanya ia ingin lari, menyelesaikan kuliahnya, mengejar cita-citanya dan bekerja keras sekeras mungkin hingga akhirnya ia bisa hidup normal, hidup sebaik-baiknya bersama adiknya.

"Hujan begitu lebat mungkin Arrel tidak akan kemari." gumam Lea pada dirinya sendiri.

Gadis itu mulai jenuh, kaki jenjangnya ia langkahkan menuju ke meja belajar. Ia meletakkan cangkirnya dan mulai belajar kembali. Matanya yang menelusuri setiap paragraf dalam bukunya mendadak melirik sejenak pada foto di sebelah meja. Ya, foto dirinya dengan adik-adiknya.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya dengan terpaksa, tangan mungilnya meraih foto itu dan kembali menatap ketiga wajah adiknya yang begitu ia rindukan. Jika dihitung-hitung sudah hampir dua bulan mereka tak bertemu.

"Kakak merindukanmu, dik." rintihnya lirih lalu kembali meletakkan foto itu di tempatnya semula.

Untuk sesaat Lea kembali teringat akan ucapan adik perempuannya yang tertua, adiknya yang masih duduk di bangsu SMU yang begitu teramat membencinya.

"Kau ini apa? Kau hanyalah tak lebih dari seorang pelacur murahan. Kau sungguh membuat kami malu, kau jual harga dirimu dan itu sungguh menjijikkan. Kami malu memiliki kakak sepertimu, seorang pelacur perebut suami orang. Jika bukan karena terpaksa, kami juga tak mau menikmati uang panasmu. Kelak jika aku sudah lulus jangan pernah lagi datang membantuku, aku tak perlu kuliah memakai uangmu. Biarkan aku bekerja sendiri dan biarkan adik berada di pihakku. Jika kau masih saja membuatku malu sebaiknya kau pergi menjauh dari kami, kami tidak ingin dicemooh ataupun dikucilkan orang lain hanya gara-gara dirimu!"

Tes... Tes..

Airmata itu mendadak menetes dari bola mata Lea Kalilea. Seandainya adik-adiknya tahu bahwa pengorbanannya yang buruk ini hanyalah untuk membahagiakan mereka, hanya untuk menopang kehidupan mereka supaya lebih baik. Seandainya mereka tahu bagaimana deritanya menjadi si sulung ketika kedua orangtua sudah tiada. Andaikan saja.....

Clekk.

Daun pintu dibuka membuat bola mata sayu itu mengalihkan pandangannya. Sosok Varrel muncul di sana dengan jas yang sedikit basah karena hujan yang sedikit mengguyur tubuhnya.

"Arrel...." desisnya lirih lalu berdiri dari duduknya. Gadis itu cepat-cepat menghapus airmatanya dan berpura-pura mengambil handuk untuk mengeringkan rambut serta tubuh Varrel yang sedikit basah.

"Kau kenapa? Sepertinya kau menangis?" tanya Varrel heran sembari mendekati Lea yang mencoba menghindari tatapan mata dengannya.

"Aku tidak apa-apa Arrel. Kenapa kau datang saat hujan? Bukankah lebih baik jika kau tinggal dengan Bella sementara waktu? Jika kau kehujanan seperti ini kau bisa terkena flu." ucap Lea seraya menawarkan handuk tanpa menatap mata Varrel.

"Aku ingin menikmati hujan ini bersamamu, akan terasa lebih hangat jika aku memelukmu di sini. Apa kau keberatan?" ucap Varrel sambil menerima handuk itu dan mengusap-usapkannya di wajah dan rambutnya yang hitam kelam.

"Tidak, aku tidak keberatan sama sekali. Akan kubuatkan secangkir susu untukmu." ucap Lea sok sibuk seraya melangkah menuju ke dapur kecil di seberang.

Melihat gelagat mencurigakan, Varrel bertanya-tanya dalam hati. Perlahan ia membuka setelan jasnya dan menghampiri Lea yang sibuk menyiapkan susu untuknya.

Pria itu merengkuh tubuh mungil Lea dari belakang dengan penuh sayang, hawa dingin dari tubuh Varrel begitu lekat di tubuh Lea. Dengan manja Varrel mencium ceruk leher Lea dan mulai berbisik mesra.

"Aku tidak butuh secangkir susu, aku hanya butuh tubuhmu untuk menghangatkanku. Sebelumnya aku ingin bertanya padamu, kenapa kau menangis? Apa ada sesuatu yang menyinggung hatimu? Apa Bella mengganggumu lagi?" tanya Varrel berbisik di telinga Lea.

Gadis itu mengulas senyum, ia hanya menggeleng sebagai jawabannya namun Varrel sama sekali tak percaya. Pria tampan itu melepas pelukannya, membalikkan tubuh mungil itu ke hadapannya dan mengapit tubuh Lea dengan kedua tangannya yang kokoh.

"Kau terlihat sedih meskipun kau menyamarkannya dengan sebuah senyuman. Lea katakan padaku ada apa? Apakah kau butuh uang lagi? Apa kau mendapatkan sebuah ancaman? Ayo Lea ceritakanlah!" bujuk Varrel secara halus.

Lea menatap mata indah itu sejenak lalu tertunduk sedih. Ia ingin menangis tapi itu sangat memalukan baginya, selama ini ia berusaha kuat melawan semua orang yang menyakitinya, mengabaikan setiap orang yang meneriakinya sampah. Ia juga manusia, yang punya sisi rapuh. Semua ini ia lakukan hanya karena ingin menyambung hidupnya, mengantarkan adik-adiknya ke sekolah yang lebih tinggi tanpa ada kesenjangan sedikitpun. Harapan-harapan kecil seorang kakak yang justru mengantarkannya pada pekerjaan nista dan dianggap sampah oleh masyarakat.

"Ayo katakan!" suara Varrel membujuk seraya menyibakkan anak rambut Lea yang sedikit menutupi sebagian wajah Lea.

"Arrel kelak jika aku sudah lulus kuliah, aku ingin berhenti mengganggumu." ucap Lea dengan nada berat.

"Maksudmu?" tanya Varrel kurang mengerti sambil mengernyitkan dahinya.

"Aku tahu mengganggu rumah tangga orang itu tidak baik jadi sepertinya aku memutuskan untuk tidak melakukannya lagi setelah aku benar-benar lulus nanti."

"Aku senang kau bisa memutuskan hal itu tapi aku tidak senang jika hal itu kau jadikan alasan untuk menjauhiku, Lea." ucap Varrel sambil menangkup kedua pipi Lea.

"Arrel...."

"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Aku mendukung penuh jika kau berhenti melakukan hal ini dan akhirnya memutuskan untuk menikah denganku. Lea, aku rela menceraikan Bella hanya untuk hidup denganmu."

"Arrel ini tidak semudah yang kau bayangkan. Sebaiknya kau tidak usah menceraikan Bella." ucap Lea lirih lalu menunduk sedih.

"Kenapa? Apa kau tak senang menjadi Nyonya Lea Damington?" tanyanya menelisik sembari mengangkat dagu Lea dengan lembut.

"Aku hanyalah pelacur, aku hanya membutuhkan uangmu bukan cintamu. Apa kau tak sadar hal itu? Kenapa kau menyia-nyiakan wanita setulus Bella?"

"Dengar Lea, aku tidak buta ataupun tuli aku juga mengerti siapa dirimu. Jika orang menganggapmu begitu biarkan saja, bagiku kamu tidaklah begitu. Jika kau hanya membutuhkan uangku, jika kau hanya memanfaatkanku bagiku itu tidaklah masalah. Yang penting bagiku adalah kebahagiaanku bersamamu. Apa kau mengerti? Jika Ya maka berhentilah bersedih, aku tidak ingin bidadariku murung. Lea, kelak jika dunia benar-benar menudingmu dan tidak memberikan tempat untukmu, jangan khawatir masih ada aku. Aku yang akan mengangkatmu ke tempat yang layak, yang orang akan balik bungkam dan mulai menghargaimu. Lea, apapun akan kuberikan asal kau tak meninggalkanku. Jangan.... Jangan pernah berniat seperti itu. Lea, kau hidupku yang sebenarnya."

******


Comments (2)
goodnovel comment avatar
intan
nyesekk setiap baca partnya😭
goodnovel comment avatar
intan
disini varrel udah jujur, tinggal bella,ya harus terima konsekuensinya bertahan dengan lelaki yg uda mncintai wanita lain😌
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Orang Ketiga (Indonesia)   PART 4

    ****Hujan awal bulan itu belum juga mereda, Lea Kalilea masih meringkuk di kasur empuknya dengan dipeluk kekasihnya. Semakin dingin, semakin erat Varrel memeluknya seolah pria tampan itu tak ingin beranjak walau sebentar saja. Pagi itu Lea membuka matanya, ia masih merasakan bagaimana hidung Varrel beberapa kali diusapkan di punggungnya. Perlahan jemari Lea menyambut tangan Varrel yang masih melengkung manis di atas perutnya. "Jangan pergi, aku masih ingin memelukmu." ucap Varrel di sela-sela tidurnya. "Kau tak ingin bekerja? Kartu kreditku sudah berteriak-teriak ingin diisi." jawab Lea lirih lalu berbalik badan dan menatap wajah tampan Varrel. Pria itu tersenyum kendati kedua matanya masih terpejam erat."Kau nakal! Kau selalu menyuruhku mencari uang sedangkan dirimu selalu ogah-ogahan jika bersamaku lebih lama. Kau sungguh tak adil." jawab Varrel tenang lalu membuka kedua matanya perlahan.

    Last Updated : 2020-11-10
  • Orang Ketiga (Indonesia)   PART 5

    ****"Lihat Lea! Ini adalah calon suamimu di masa depan," suara ibu dengan bangga seraya menunjukkan sebuah foto pria remaja yang tengah tersenyum dengan gantengnya.Lea mau tak mau harus melihatnya, melihat foto yang ditunjukkan oleh sang Ibu. Dengan wajah polos, Lea kembali menatap ibunya tak mengerti. Wanita di hadapannya tersenyum lalu menangkup wajah Lea, "Namanya Varrel Damington, tidak ada alasan untuk tidak mendekatinya. Seminggu lagi ia akan datang kemari untuk mengikuti pertemuan keluarga. Kau bisa mengenalnya dengan baik nanti."Seperti biasa Lea hanya terdiam, guna menyenangkan ibunya ia terpaksa mengangguk dengan patuh. Tapi sayang belum seminggu seperti yang dijanjikan Ibunya, sebuah kecelakaan maut merenggut kedua orangtuanya. Naasnya lagi belum sebulan Ayah dan Ibunya pergi, perusahaan ayahnya diambil alih oleh Dammington Inc. Salah satu sebab kenapa Lea Kaliea harus mengejar Varrel Damington sampai ke lubang semut sekalipun.Bayangan buram ma

    Last Updated : 2020-11-10
  • Orang Ketiga (Indonesia)   PART 6

    WARNING 21+****Lea tak pernah menyangka jika Kevin akan menciumnya di depan umum seperti tadi. Jantungnya sempat bergetar karena sebelumnya ia belum pernah menerima ciuman dari siapapun selain ciuman dari Varell. Hari ini benar-benar hari yang tak terduga bagi Lea Khalilea.Berjalan sedikit cepat menuju ke apartemen, Lea berusaha melupakan bayangan Kevin yang tiba-tiba menaut bibirnya. Jika diingat kembali, pria tersebut memang tengah mencuri kesempatan pada dirinya. Sungguh, pria dimanapun tetap sama saja.Lea mempercepat langkah, dengan tergesa ia memasuki kediaman mewah persembahan dari Varell Damington. Belum sempat melihat siapa yang ada di dalam kamarnya, tangan Lea segera ditarik oleh seseorang. Gadis tersebut terkesiap menyadari ada seseorang yang kini begitu posesif terhadapnya."Varell ... Sejak kapan kau ada di sini?" Lea bergumam tak mengerti ketika Varell berusaha memonopoli dirinya.Varell tak menjawab, pria tersebut mendorong tubu

    Last Updated : 2020-11-10
  • Orang Ketiga (Indonesia)   PART 7

    ***Setibanya di istana megah milik keluarga Varell Damington, pria bersurai kelam memasuki halaman rumahnya dengan langkah tenang. Pria itu tahu jika lambat laun perselingkuhannya dengan Lea akan tercium juga apalagi oleh keluarga Bella.Ketika pria berjas hitam tampak memasuki rumah, seluruh tatapan penghuni rumah teralihkan ke arahnya. Ruang tamu yang biasanya sepi kini mendadak menjadi ruangan penuh lautan manusia dari keluarga Bella.Varrell terus melangkah menghampiri keluarga besarnya, ia tersenyum seolah tak terjadi apa-apa."Apa kabar semuanya? Bagaimana kabarmu Ayah? Ibu? Kakak ipar?" sapa Varell dengan nada santai sembari menghempaskan bokongnya di sofa mewah, dimana keluarga besarnya tengah berkumpul.Tak ada jawaban. Keluarga Bella terlihat masam ketika melihat kehadiran Varell Damington, apalagi ditambah dengan sikapnya yang seolah-olah tak terjadi apa-apa."Varrell, kataka

    Last Updated : 2020-11-10
  • Orang Ketiga (Indonesia)   PART 8

    ****Ruang tengah milik keluarga Varrell Damington kini kembali sepi. Setelah Varell pergi, kini rumah itu hanyalah tinggal keluarga Bella yang masih terduduk dengan amarah yang meluap-luap di dada. Wajah Louis tidak dapat disembunyikan, rasa marah bercampur kecewa kini tercetak jelas di wajahnya yang tegas."Bella, apapun demi dirimu, Ayahmu ini tidak akan menyerah. Jika Varell tidak bisa meninggalkan wanita itu maka akan kubuat wanita itulah yang akan meninggalkan Varell," ujar Louis Brandon dengan tangan mengepal sangat erat.Bella yang menangis sesenggukan mulai menenangkan tangisnya. Ada harapan baru yang muncul dari pelupuk matanya yang basah. "Dengan apa? Sedangkan aku sudah mencobanya namun selalu gagal."Luois Brandon terdiam, tatap matanya masih lurus ke depan. Sebagai ayah, ia tetap tidak bisa menerima segala alasan yang Varell lontarkan padanya."Kau tidak cukup mengerti lawanmu, Nak. Biarkan a

    Last Updated : 2020-11-10
  • Orang Ketiga (Indonesia)   PART 9

    ****Lea menggeliat ketika sinar matahari menebus jendela kaca yang tepat berada di dalam kamarnya. Sinarnya yang keemasan begitu menyilaukan, membuat tubuh sang wanita bereaksi dan segera bangun dari mimpi-mimpi indah.Menoleh ke samping, Lea tersenyum tipis ketika menyadari bahwa Varrell Damington memilih untuk tidur di sini semalaman hanya untuk menemaninya. Lea mengembuskan napas, ia merebahkan diri lagi di samping Varell.Wanita bermata indah itu menatap wajah Varell yang teramat tampan. Ia kembali tersenyum seraya mengelus wajah sang kekasih dengan lembut."Varell, maafkan aku. Aku telah memanfaatkan dirimu selama ini. Aku ingin segera mengakhiri tapi, semua sudah terlalu dalam untuk diakhiri. Varell, sekali lagi maafkan aku yang telah menggunakan dirimu untuk kepentinganku." Lea berbisik lirih.Varell perlahan membuka mata, membuat mata Lea terbelalak kaget. Mungkinkah pria yang tidur disampingnya i

    Last Updated : 2020-11-10
  • Orang Ketiga (Indonesia)   PART 10

    ***Seperti biasa Varrel menyempatkan waktunya untuk mengantar sang pujaan hati untuk pergi ke tempat kuliah. Pagi menjelang siang yang sedikit terik lengkap dengan riuhnya lalu lalang kendaraan tidak menyurutkan keinginan Varrel Damington untuk tetap pergi menemani Lea Khalilea untuk berangkat kuliah hari itu."Jam berapa kau akan pulang?" tanya Varrel pada Lea tanpa sekalipun pria itu menatap wajah ayu sang pujaan hati.Lea tersenyum tipis, menatap jalanan yang ramai pikirannya pun mengembara tepatnya pada sore hari nanti. Pria itu bahkan bertanya sesuatu yang jelas-jelas belum ia lakoni sedikitpun. Tak ada jawaban dari bibir Lea, membuat Varell menoleh sejenak ke arah Lea Khalilea."Kenapa hanya diam? Kau tidak ingin aku menjemputmu?" tanya Varrell dengan nada sedikit emosional. Sekali lagi Lea tersenyum, ia bahkan tidak tahu bagaimana dengan jalan pikiran pria itu."Sayang, ini masih

    Last Updated : 2020-11-10
  • Orang Ketiga (Indonesia)   PART 11

    Wajah Lea Khalilea ditekuk, ia berjalan dengan wajah bersungut. Mimpi apa semalam hingga ia harus menemui masalah pelik sepagi ini. Bella bukanlah lawannya kendati wanita itu mencoba memperlakukannya dengan lembut ia tetap saja tidak bisa memperlakukan Bella sebagaimana mesti wanita itu telah memperlakukannya.Sebenarnya sebagai seorang wanita, Lea juga memiliki perasaan yang sama seperti yang Bella rasakan. Ia juga tidak ingin terancam apalagi dengan keberadaan wanita lain di sebelah suaminya namun lagi-lagi masa lalu yang membayang membuat wanita berkemeja ungu itu harus dan harus melakukan hal yang salah berulang-ulang kali.Lamunan Lea tersadar ketika seorang dosen menegur dan menghampirinya. Wajah pria paruh baya itu tampak ditekuk, ada sebuah berita yang hendak ia sampaikan pada salah satu murid tercerdas di kampusnya."Lea ...," panggilnya pelan namun terdengar sangat darurat. Lea menghentikan langkah tepat di hadap

    Last Updated : 2020-11-14

Latest chapter

  • Orang Ketiga (Indonesia)   Bab 1. Apa Ini Kesalahan?

    Bab 1.Apa Ini Kesalahan?****Sudah tiga bulan sejak kecelakaan hebat yang menyebabkan seluruh wajahnya rusak dan bernanah, Ferawati harus puas tinggal di rumah sakit dengan wajah yang dibalut dengan kain perban. Jemu rasanya, melewatkan hari tanpa Revan dan juga tanpa gadget.Masih teringat bagaimana peristiwa ngeri itu menghampirinya selepas pulang dari florist tempat ia bekerja. Sebuah mobil mewah menyeruduk motornya dari belakang, membuatnya terpelanting ke tengah jalan dan harus menerima nasib diseret sebuah truk hingga membuat wajahnya delapan puluh persen rusak. Ferawati bergidik, darahnya berdesir dengan jiwa yang terasa pedih ketika merasakan bagaimana kesakitannya kala itu.Beruntung ia ditolong seorang dokter yang hebat, yang bersedia mengoperasi wajahnya yang rusak agar tidak menyebabkan rasa malu. Hanya sayangnya, setelah kecelakaan itu Ferawati benar-benar lenyap dari muka bumi tanpa kabar sedikitpun. Semua orang panik tak terkecuali kekasihnya, Revan.Wati harus menyele

  • Orang Ketiga (Indonesia)   PART 28

    *****"Sayang, kau tidak apa-apa?" tanya Varell pada Lea yang sedari tadi terlihat melamun di meja makan. Bahkan panggilan Nessie sama sekali tidak digubris oleh Lea."Tidak, aku tidak apa-apa," ucap Lea lalu mengulum senyum. Wanita itu menggeleng lalu pura-pura kembali menggigit roti bakar andalannya."Aku melihatmu melamun beberapa kali. Lihatlah Nessie, dia memanggilmu beberapa kali juga." Varell terlihat curiga, ia menggigit rotinya tanpa mengenyahkan pandangan dari istri tercinta."Benarkah? Nessie sayang mau apa?" tanya Lea pada Nessie, putri tercinta hasil hubungannya dengan Varell.Gadis cilik usia empat tahun itu tersenyum, ia sama sekali tidak merajuk ketika ibunya mengabaikan karena terlalu banyak melamun. Beberapa selai terlihat belepotan di sudut bibirnya yang mungil."Boleh aku mengambil satu lagi roti bakarnya?" tanya Nessie dengan bola mata berbinar."

  • Orang Ketiga (Indonesia)   PART 27

    ****Pagi itu hujan kembali mengguyur ibukota dengan deras. Jam dinding menunjuk pukul enam, masih terlalu pagi untuk Lea pergi ke kantor tempat dimana ia mencurahkan segala tenaganya untuk membahagiakan keluarga kecil yang selama ini ia impikan.Membuat roti panggang adalah salah satu dari sekian keahlian Lea selama ia menjadi ibu rumah tangga. Peri cantik di rumahnya sangat menyukai roti panggang buatannya terlebih Varell sendiri tidak terlalu menuntut wanita itu untuk bisa memasak ini dan itu.Sembari membuat roti panggang, Lea bergegas membuat susu untuk suami dan putrinya. Perlahan, kejadian beberapa tahun lalu kembali terngiang dalam memori otaknya. Bella Brandon, hanya kisah wanita itu yang ia sayangkan. Seandainya saja wanita baik itu mau bersabar sedikit saja, mungkin saat ini ia masih hidup dan mungkin masih bersanding dengan Varell.Mengembuskan napas panjang, Lea mengempaskan tubuhnya di kursi makan. Ia menyayangkan tindakan Bella bunuh diri, kend

  • Orang Ketiga (Indonesia)   PART 26

    ---Orang Ketiga---Kedatangan sang pengacara di apartemen perlahan mengubah niat dasar Lea untuk pergi dari apartemen tersebut. Wanita itu memilih sehari untuk tinggal di sana walau hanya untuk sebentar.Kevin merasa heran karena perubahan sikap Lea namun ia tidak akan menyalahkan wanita itu terlalu banyak. Pria bermata cokelat tahu betul bahwa Lea saat ini sedang didera perasaan resah serta bingung yang luar biasa."Jadi hari ini kita tak jadi pergi, Lea?" tanya Kevin sembari duduk di sofa. Pria itu meminta kepastian pada wanita yang masih duduk santai di hadapannya."Besok aku akan menemui Varell di penjara walau hanya sebentar. Menurutmu, apakah tindakanku sudah benar?" Lea mengalihkan tatap. Wanita itu menatap Kevin seolah meminta pertimbangan.Kevin terdiam, ia tertunduk sejenak sebelum pada akhirnya ia berusaha untuk menjawab."T

  • Orang Ketiga (Indonesia)   PART 25

    ---Orang Ketiga---Tidak ada satu orangpun yang bahagia apabila pernikahannya hancur, begitu pun Lea Khalilea. Untuk kali ini ia merasa bahwa kebahagiaan yang nyaris di depan mata langsung lenyap seketika tanpa berbekas.Kejadian sudah terjadi dan mulai berlalu namun di ingatan Lea peristiwa itu tidak pernah hilang sedikitpun. Kematian orangtuanya, bangkrutnya perusahaan, semuanya yang telah ia lalui akan tetap abadi dalam ingatannya.Menghela napas yang terasa begitu berat, Lea mengedarkan pandang ke sekekiling ruangan. Ada hal yang ia rindukan, Varell Damington. Tapi, Lea segera menggeleng. Ia tidak pantas merindukan orang yang telah membunuh kedua orangtuanya secara keji apapun alasannya."Lea, aku sudah mengemasi barang-barangmu di kamar. Masih adakah barang yang ingin kau bawa?" tanya Kevin sambil keluar dari kamar Lea membawa dua buah koper berisi baju dan bebe

  • Orang Ketiga (Indonesia)   PART 24

    ---Orang Ketiga---Keputusan Lea sudah bulat, akhirnya ia menganggukkan kepala atas lamaran yang diajukan Varell terhadapnya. Ia bahagia walau kendati dalam hati ia merasa khawatir kalau-kalau Varell akan berpaling darinya suatu saat nanti.Hari yang ditunggu akhirnya tiba, gaun putih yang sudah dipesan oleh Varell jauh-jauh hari untuk pernikahan mereka akhirnya kini sampai di hadapan Lea Khalilea.Wanita itu terpukau, tak menyangka jika gaun seindah itu akan menghias tubuhnya di hari pernikahan mereka.Sebuah gaun putih dengan permata yang bertabur di seluruh permukaan kain yang indah lagi lembut, serta buket bunga warna putih membuat pernikahan mereka terlihat begitu suci.Mata Lea nyaris berkaca-kaca ketika ia didandani dengan begitu cantik. Gaun itu sangat pas di tubuhnya, Varell sepertinya tahu berapa ukuran pakaian yang pas untuk Lea tanpa harus bertanya."Nona, gaun ini s

  • Orang Ketiga (Indonesia)   PART 23

    ---Orang Ketiga---Setelah mempersilakan Louis dan istrinya masuk, dengan mata menatap tajam Lea berusaha untuk menjadi tuan rumah yang baik. Ia tidak ingin dicap sebagai 'orang muda' yang tak tahu tata krama.Tanpa mengurangi rasa sopan terhadap orang yang lebih tua, Lea menyuruh pembantunya untuk membuatkan dua cangkir teh aroma mawar kepunyaannya untuk disuguhkan ke hadapan tamunya yang tak biasa."Jadi, apa maksud kedatangan kalian kemari?" tanya Lea berusaha untuk tenang.Sepasang suami istri tersebut saling berpandangan satu sama lain, seakan ragu untuk mengutarakan keinginannya. Tak lama kemudian pembantu yang ditunjuk Lea untuk membuatkan minuman muncul dari arah dapur dengan membawakan dua cangkir teh aroma mawar."Minumlah terlebih dahulu, aku lihat kalian terlihat begitu tegang dan kelelahan." Lea menyodorkan dua cangkir itu lebih dekat ke

  • Orang Ketiga (Indonesia)   PART 22

    ---Orang Ketiga---Bagai kupu-kupu yang bingung untuk mencari tempat hinggap di sebuah padang pasir tandus, Louis Brandon berjalan keluar dari rutan dengan langkah gontai.Baru dua minggu namun melihat tubuh Bella yang makin mengurus membuat jiwa ayah pada Louis Brandon terguncang luar biasa.Berjalan tak tentu arah, Louis memasuki mobil dengan wajah pucat. Ia berpikir siang dan malam guna membebaskan putrinya dengan segera."Tuan, kita akan pergi kemana?" tanya Henry, sopir pribadi yang sudah bekerja puluhan tahun di keluarga Brandon."Aku tidak tahu mau kemana lagi," jawab Louis tak bersemangat. Pria paruh baya itu menggeleng penuh rasa putus asa yang membayang."Tuan, bagaimana keadaan nona?" tanya Henry pelan, ia takut jika pertanyaannya justru membuat suasana semakin parah."Putriku semakin kurus, aku tak ku

  • Orang Ketiga (Indonesia)   PART 21

    ---Orang Ketiga--- Hari ini Lea Khalilea sudah diperkenankan untuk pulang. Dengan dijemput oleh Varell Damington, Lea terlihat begitu ceria dan senang. Ya, tentu saja semua itu formalitas yang bisa ia tunjukkan lewat sebuah senyuman. Selebihnya, hatinya tetaplah hancur.Sembari digendong Varell, Lea hanya pasrah ketika ia dipindahkan dari ranjang pesakitan menuju ke kaki barunya. Ya, sebuah kursi roda, mau tidak mau, rela atau tidak rela, Lea harus bersahabat dengannya."Lea, sekarang kau sudah bisa meninggalkan rumah sakit ini. Untuk merayakannya, hari ini kau ingin makan apa?" tanya Varell lalu berjongkok di hadapan Lea ketika telah usai meletakkan Lea di kursi rodanya.Wanita itu menatap tajam ke arah Varell lalu beberapa detik kemudian tersenyum tipis. "Aku tidak ingin makan apapun. Sepertinya aku hanya ingin segera pulang ke rumah dan tidur."Le

DMCA.com Protection Status