Menurut Firda seorang laki-laki yang memimpin rapat menggunakan pakaian formal dengan lapisan jas mahal mungkin sudah biasa, tapi saat melihat Naufal memimpin rapat dengan menggunakan kemeja biasa rasanya sangat memukau yang membuatnya sulit sekali berpaling. Firda ingin berteriak jika ia mencintai Naufal dengan segala yang laki-laki itu punya, hanya saja otaknya masih waras hingga wanita itu bisa menahan diri. Firda tidak sabar masuk ke dalam ruangan untuk memperkenalkan diri sebagai calon istri dari Naufal yang sayangnya hanya angan-angan.
"Saya minta pemisahan data antara yatim, piatu, yatim piatu dan siswa kurang mampu yang sudah diperbarui. Satu lagi saya perkenalkan teman baru kita untuk belajar dan mengajar bersama namanya Firda karena beliau tidak mau disebut Ustadzah. Beliau ini akan membantu kita untuk menjadi tenaga pengajar tambahan dalam bidang pengembangan diri dalam waktu yang tidak ditetapkan.Naufal memaparkan sekaligus memperkenalkan Firda sebeluHidup terlalu rumit jika harus menjelaskan tentang cinta, karena kata itu hanya bisa dirasakan tanpa bisa dijelaskan. Mencintai wanita yang menurut orang lain tidak selevel dengan kepribadian tidak seimbang merupakan kesalahan di mata masyarakat. Padahal sudah jelas dikatakan dan banyak dirasakan bahwa cinta itu buta, apa pun bentuk seseorang yang dicintai akan tetap terlihat indah di mata yang mencintainya. Karena sejatinya seseorang akan terlihat istimewa di mata orang yang tepat dan mencintainya.Seperti Naufal yang mencintai istrinya, perihal hati tidak bisa dipaksakan karena hati akan berlabuh pada orang yang dicintainya, jadi tidak elok rasanya menghakimi keputusan seseorang hanya karena cinta. Secantik apa pun Firda, seanggun dan seramah apa pun wanita itu tetap kalah cantik dari seorang Arini Wulandari di mata Naufal karena rasa cintanya pada wanita itu."Kalau gitu saya permisi dulu, Ustadz. Saya tunggu laporannya."Melihat Firda dan Riana berjala
Naufal segera mengeluarkan ponselnya begitu ia sampai di rumah. Menelpon sang istri yang sepertinya lupa pulang karena ini sudah hampir empat jam. Memang perjalanan dari rumah untuk menuju pusat perbelanjaan pun cukup jauh, menurut Naufal ini sudah terlalu lama ia berpisah dengan wanita itu."Assalamu'alaikum, Sayang. Masih di mana?" tanya Naufal langsung begitu Oncom menjawab panggilan teleponnya."Waalaikumsalam, ini udah dijalan. Aa mau ada yang dibeli enggak?" tanya Oncom balik."Aa cuma titip Neng baik-baik aja. Enggak usah beli apa-apa buat, Aa. Neng udah makan, 'kan?""Udah dong makan ramen, Aa sendiri?""Pasti pedes ya? Aa nunggu Neng aja makannya.""Sedikit, Neng beli soto Aa goreng tempenya ya.""Siap, Bos!"Setelah mengucapkan beberapa kalimat manis Naufal mengakhiri panggilannya. Sambil menunggu istrinya yang masih cukup jauh Naufal memilih membawa pekerjaannya ke halaman belakang rumah dengan ditemani es lemon yang selalu ada di dalam kulkasnya setelah menikah karena itu
Menceritakan setiap kegiatan pada pasangan setelah lelahnya menjalankan aktivitas harian adalah waktu yang paling ditunggu. Berkeluh kesah dengan diiringi usapan lembut adalah hal paling menenangkan seolah diri merasa sangat dicintai. Kegiatan itulah yang diterapkan oleh Naufal pada kehidupan rumah tangganya. Dengan sabar dan penuh antusias ia mendengarkan cerita dari istrinya tentang apa saja yang dilihat dan dibeli saat di pusat perbelanjaan tadi bersama adiknya. Pun sebaliknya Oncom yang mendengarkan cerita Naufal tentang kegiatannya di kelas hari ini juga rapat yang dipimpin olehnya. Jam baru menunjukkan pukul dua siang lewat dua puluh menit, masih ada satu jam kurang untuk mereka pergi ke acara masing-masing. Menikmati waktu kosong paling pas adalah dengan berkasih mesra bersama pasangan halal yang diiringi sedikit ilmu dalam obrolannya. "Kenapa laki-laki seolah diistimewakan dalam agama maupun masyarakat?" tanya Oncom."Sebenernya semua sama di mat
Sore menjelang dengan cuaca sejuk khas pegunungan. Ibu Nyai, Oncom berikut dua santriwati sudah siap untuk pergi menuju pengajian rutin yang diadakan di majlis taklim dekat masjid kampung. Walaupun sudah cukup berumur Ibu Nyai tetap sehat dan segar dengan segala aktivitasnya. Wanita tua itu juga lebih suka berjalan kaki dibandingkan menaiki mobil seperti ibu-ibu lainnya, juga ukuran tubuh yang sedang membuatnya lebih leluasa dalam beraktivitas. "Ini beneran mau jalan aja, Bu?" tanya Oncom khawatir."Iya dong, Ibu masih kuat loh. Itung-itung olahraga," jawab mertuanya yakin. "Kecapean dijalan Oncom enggak tanggungjawab ya," canda Oncom membuat mertuanya terkekeh pelan."Ibu diajak balapan juga masih kuat kok," tantang Bu Nyai."Sombongnya, gas lah kalau emang mau jalan aja mah."Baru beberapa langkah mereka jalan sudah bertemu dengan Firda yang memasang wajah manis dengan senyum lembut. "Assalamu'alaikum, Ibu, Teteh. M
Rasanya bahagia saat dikenalkan oleh calon mertuanya pada para warga walaupun diakui sebagai santriwati atau abdi pesantren. Bagi Firda semuanya perlahan dan bertahap karena suatu hari nanti ia akan diperkenalkan sebagai menantunya oleh Bu Nyai. Apalagi saat para warga itu memuji dirinya secara terang-terangan membuat Firda semakin percaya diri dan bangga."Boleh Firda ambil foto, Bu?" tanya Firda meminta izin."Boleh, tapi sekali aja ya enggak enak sama ibu-ibu yang lain.Setelah mendapatkan izin Firda langsung mengambil beberapa gambar dengan senyum dari Bu Nyai. Foto itu akan ia posting dengan kata-kata menyentuh dan membuat tanya bagi para followers nya. Firda selalu meyakini doa yang akan ia tulis dan diaminkan oleh banyak orang di kolom komentarnya akan dikabulkan oleh Sang Maha Pencipta."Punten Teh tolong geser sedikit," ujar Oncom pada wanita itu setelah mereka bersalaman.Firda hanya bisa tersenyum saat calon madunya menggeser p
Sesampainya di rumah Marsih Firda langsung duduk setengah rebahan di atas sofa setelah memberikan salam dengan nada lemah membuat Marsih heran. Sebelum berangkat tadi Firda sangat semangat kenapa begitu pulang lemah tak berdaya dengan bibir menggerutu tidak jelas."Kamu kenapa? Tadi sebelum berangkat semangat banget, kenapa pulang lesu sambil komat kamit enggak jelas?" tanya Marsih penasaran."Kesel banget aku sama cewek jadi-jadian itu," jawab Firda tanpa menutupi rasa kesalnya."Si Oncom?""Siapa lagi. Aku heran ya kenapa Bu Nyai kayaknya sayang banget sama dia, jadinya dia besar kepala.""Menantu satu-satunya dan bapaknya punya kuasa ya wajar," balas Marsih mengompori."Aku baru liat loh rumahnya mewah banget ya buat ukuran dikampung.""Anggota DPR ya harus mewah lah gimana sih kamu. Emang dia bisa besar kepala gimana sih?"Firda menceritakan apa yang dilakukan oleh Oncom, bagaimana calon madunya itu mengusir dirinya karena duduk disebelah Bu Nyai membuat Marsih tersenyum miring.
Malam selalu dinantikan untuk pasangan pengantin yang baru merasakan tumbuhnya cinta. Padatnya kegiatan siang hari membuat mereka harus rela untuk berpisah dan menunggu malam untuk mencurahkan kasih sayang. Untuk Naufal yang tidak pernah dekat dengan wanita selalu memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk memesrai istrinya. Pun dengan Oncom yang baru pertama kali merasakan cinta begitu dibuat melayang oleh setiap perlakuan suaminya."Bagus, Sayang. Aa suka," puji Naufal saat mencoba pakaian yang dibeli oleh istrinya."Alhamdulillah kalau Aa suka," balas Oncom dengan semangat.Naufal membawa istrinya ke depan cermin panjang yang memperlihatkan bayangan dari ujung kepala hingga ujung kaki. Berdiri dengan berbagai macam gaya seolah mereka sedang difoto."Kayaknya kita harus foto studio deh pake baju ini," ujar Naufal saat merasa baju yang mereka gunakan bagus dan cocok. Dalam pernikahan mereka Naufal selalu antusias dari segala hal. Semua yan
Bohong jika perasaan Oncom tenang saat dengan jelas dirinya mengetahui jika ada wanita yang menginginkan suaminya. Tanpa perlu dijelaskan sudah terlihat dari sikap dan gerak gerik wanita itu saat ada dan tidak adanya Naufal. Lembut, baik dengan senyum yang dibuat semanis mungkin akan Firda tunjukkan jika Naufal terlihat olehnya. Namun, ia akan bersikap biasa saja jika di depan Oncom bahkan tak jarang tersenyum miring. Oncom melihat dengan jelas apalagi wanita itu sepertinya didukung oleh Marsih yang kerap kali menyindir dirinya dengan kata-kata tidak enak didengar jika saja ia gunakan hati ketika menanggapinya. "Gue punya gosip sekaligus ngeluh," ujar Oncom pada sahabatnya dalam sambungan telepon.Setelah mengantarkan suaminya berangkat kerja walaupun hanya beberapa langkah dari rumah Oncom memilih menelepon Gita untuk mencurahkan segala keluh kesah. Dua wanita dengan satu frekuensi itu tidak pernah menutupi apa pun, bahkan jika gilanya sedang kumat mereka saling