Menjadi bahan tontonan untuk orang-orang sekitar merupakan hal biasa bagi Oncom dan Gita saat mereka bersama Anak Onta. Perbedaan fisik yang sangat mencolok membuat orang-orang penasaran dan kerap kali bertanya walau dalam hati apa hubungan keduanya dengan para lelaki tampan itu, karena memang mereka tinggal di negara dengan tingkat kekepoan nomor satu di dunia menurut versi keduanya. "Gue punya ide."Oncom sudah menemukan cara bagaimana hukumannya menjadi lebih nikmat. Air kelapa jika hanya diminum langsung rasanya kurang nikmat, jadi mereka memerlukan tambahan perasa agar menjadi lebih segar. "Apaan?" tanya Hendrik curiga. "Kita bikin rujak kelapa pake sirup coco pandan sama lemon," jawab Oncom dengan nada yang mendayu-dayu."Cocok sih panas-panas gini rujak kelapa muda emang paling nikmat," timpal Rian membayangkan minuman segar dari perpaduan air kelapa juga dagingnya ditambah sirup serta perasaan lemon memang sangat menyegarkan."Dih! Lu semua curang! kalau gitu gue yang engg
Matahari semakin naik seiring berputarnya waktu, sinarnya semakin terik menyengat kulit dengan suara dari deburan ombak yang terus bersahutan. Beruntung mereka duduk dikelilingi empat pohon waru yang melindungi teriknya sang surya. Setelah menghabiskan rujak kelapa muda yang menyegarkan dahaga kini saatnya mereka membakar ikan sebagai menu santap siang yang sudah disiapkan. "Ini ikan apa aja banyak amat?" tanya Oncom melihat beberapa ikan besar yang sudah dimarinasi."Ini ikan kuwe, kakap sama gurame. Katanya Neng mau gurame," jawab Hanif menyebutkan satu persatu enam ekor dengan ukuran cukup besar.Mendengar Hanif menyebut istrinya dengan panggilan Neng membuat Naufal sedikit cemburu. Panggilan itu seharusnya khusus untuk dirinya kepada sang istri agar beda dari yang lain, tapi Naufal tidak menyangka jika teman-temannya justru mengikuti. Istrinya memang teramat friendly tanpa mengenal apa itu kata canggung, bahkan pada Hanif sekalipun yang alim menjadi ikut gesrek jika bersama Oncom
semua pasti pernah merasakan yang namanya masa muda. Bagaimana serunya kehidupan pada masa yang akan dirindukan saat tua nanti. Bermain tanpa kenal waktu, bercanda tanpa kenal batas dan bercerita dengan nyaman bersama sahabat. Sayangnya, di dunia ini tidak semua orang mempunyai sahabat dalam hidupnya, terkadang mereka yang kita kenal hanyalah sebatas teman yang tidak memiliki arti sedalam sahabat. Karena seorang sahabat bisa melebihi seorang saudara. Persahabatan yang dibangun oleh Oncom dan teman-temannya bukan satu atau dua tahun, melainkan hampir lima belas tahun. Berkumpul selama tiga tahun, lalu dipisahkan oleh jarak dan waktu yang tidak bisa dihindari saat proses menuju kedewasaan. Maka dari itu mereka sangat menghargai setiap moment pertemuan tanpa adanya alat komunikasi yang akan menggangu waktu mereka semua. Memang sedari awal mereka berteman tidak diperbolehkan mengeluarkan ponsel agar pertemuan lebih bermakna dengan banyak melakukan hal gila dan menyenangkan. Dengan begitu
Setelah seharian berjemur di bawah teriknya matahari kini saatnya mereka kembali ke kamar hotel untuk menyejukkan tubuh. Jam sudah menunjukkan waktu shalat ashar dan mereka harus segera membersihkan diri untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang hamba. Kali ini mereka beribadah di kamar masing-masing dan setelahnya beristirahat sebentar hingga ba'da maghrib nanti. Anak Onta akan kembali ke negaranya masing-masing setelah sholat isya."Mulai sekarang Aa ganti panggilan jadi, Sayang. Bukan Neng lagi. Panggilan Neng tuh harusnya cuma buat Aa kenapa mereka jadi ikut-ikutan sih?" ujar Naufal tiba-tiba sambil memeluk istrinya manja di atas ranjang.Masih ada waktu satu jam kurang sebelum masuk waktu maghrib, Naufal tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk berkasih mesra dengan istrinya setelah sholat dan sedikit membaca Al- Qur'an. Laki-laki itu kembali cemburu saat mengingat panggilan khusus untuk istrinya dipakai oleh orang lain."Ini ceritanya Aa cemburu lagi?" tanya Oncom ti
Menjalani kehidupan rumah tangga dengan orang yang dicintai dan mencintai kita adalah suatu keindahan yang selalu membuat hati mengucap rasa syukur. Cinta dengan porsi yang pas dan seimbang tanpa berat sebelah adalah kenikmatan yang dijalani oleh Oncom juga Naufal. Wanita itu membalas besarnya cinta sang suami agar rajutan asmara mereka sama tanpa besar sebelah. Walaupun jelas pada awal pernikahan Naufal yang memiliki rasa itu terlebih dahulu sedangkan Oncom hanya mengikuti dengan ucapan rasa syukur karena bisa dicintai oleh laki-laki seperti Naufal yang katanya spek syurga. "Hari minggu Aa ada undangan ke daerah Bogor, Sayang. Nanti Neng ikut ya," ucap Naufal memberitahu istrinya tentang acar yang akan ia hadiri.Setelah pulang bulan madu dari Swiss satu bulan lalu dan dilanjutkan sakit selama empat hari, karena suhu tubuh Naufal yang tidak bersahabat dengan cuaca di sana akhirnya Naufal kembali menerima undangan untuk mengisi ceramah. Hal yang menjadi bahan omongan orang sekitar da
Mungkin ini yang disebut dengan salah satu keindahan menikah. Dulu Oncom paling anti yang namanya berurusan dengan bumbu dapur, tapi sekarang wanita itu sudah famliliar memegangnya. Bahkan tak jarang moment yang Oncom tunggu adalah memasak dengan sang suami yang selalu romantis. Saat dirinya menggoreng ikan ataupun tempe Naufal tidak pernah absen untuk menciptakan kemesraan yang membuatnya melayang. Memeluknya dari belakang adalah agenda wajib bagi laki-laki itu saat istrinya berada di depan kompor. "Tempenya wangi banget sih," ujar Naufal dengan menghirup aroma mawar yang keluar dari rambut Oncom."Yang wangi tempe kenapa yang diciumin rambut, Neng?"Oncom berbalik memandangi wajah suaminya, mengalungkan kedua tangannya pada leher Naufal yang otomatis membuat laki-laki itu menunduk. Keromantisan yang setiap hari terjadi saat mereka berada di dapur, kebahagiaan sederhana yang membuat rumah tangga mereka terasa begitu manis melebihi gula. "Karena Neng lebih wangi dari apa pun di dun
Menikmati masa tua dengan berbincang santai di halaman belakang rumah adalah suatu kenikmatan yang luar biasa setelah lelahnya menjalani hidup masa muda dengan segala usaha. Untuk Abah Yai sendiri hidupnya sudah cukup melanglang buana dari satu daerah ke daerah lain untuk menuntut ilmu yang sekarang ia amalkan dalam dirinya. Sekarang saatnya ia menikmati masa renta bersama istri yang dulu sering ia tinggalkan untuk mengajar dan belajar. "Assalamu'alaikum. Widih! Ini orang tua pacaran aja," ucap Oncom dengan nada nyaring diiringi mencium tangan kedua mertuanya.Mendengar ucapan asal menantunya membuat Abah Yai dan Bu Nyai tertawa ringan. Jika menantu lain mungkin tidak akan berani apalagi dengan status mereka yang tinggi karena ilmunya. Namun, hal itu tidak berlaku untuk Oncom yang memang sebelumnya sudah dekat dengan pasangan paruh baya itu. Sesuai perkataannya Oncom bukan menganggap mereka mertua, melainkan orang tua kandung seperti pada Sutirah dan Sukira.
"Harusnya tangan aku Fal yang kamu gandeng kayak gitu. Apa sih istimewanya sampah itu? Dia bahkan enggak bisa dibandingin sama aku."Campur aduk perasaan yang dirasakan oleh Marsih yang lebih didominasi rasa marah. Sepupunya tidak pantas bersanding dengan wanita tidak jelas seperti Oncom, karena yang pantas bersanding dengan Naufal adalah wanita seperti dirinya yang pintar dalam berbagai bidang juga cantik tidak diragukan. Bukan wanita dengan nama yang tidak jelas seperti Oncom. Marsih mengepalkan tangannya melihat kemesraan yang seharusnya menjadi milik dirinya, seandainya Naufal mengetahui tentang perasaannya mungkin sepupunya itu akan membalas rasa cinta yang ia miliki."Mata kamu buta Fal kalau emang beneran kamu yang yang minta pernikahan itu. Tapi aku tetep enggak percaya karena pastinya enggak mungkin dan aku tetep yakin kalau wanita itu yang minta dengan paksa."Kecamuk dalam hati dan pikirannya terus berlanjut tanpa bisa ia hentikan, rasanya menyesakkan setiap kali melihat pa