Home / Romansa / Om Sweet Om / Selamat Pagi

Share

Selamat Pagi

Author: Rini Ermaya
last update Last Updated: 2021-06-08 22:30:42

Tania berjalan terjingkat-jingkat menuju dapur. Ada bagian tubuhnya yang terasa perih. Nero memang nakal, dia sudah menyerah, tapi suaminya itu malah mengulangi sekali lagi. Bahkan sebelum tidur, Nero masih menciumnya mesra, seperti tidak puas saja. 

Ovi dan Ijah hanya tersenyum geli melihatnya. Mereka berbisik-bisik berdua karena merasa lucu melihat kelakuan Tania. 

"Hayoo kakinya kenapa?" tanya Ovi menggoda, saat Tania mendekati mereka. 

"Kaki-ku sa-kit ..." Dia membuang muka. 

Wajahnya merona. Sungguh memalukan, kenapa mereka malah melakukannya di saat banyak orang di rumah? Jadinya dia diledek terus. Ini gara-gara perbuatan Nero. Eh, tapi bukannya kemarin malam dia yang masuk ke kamar lelaki itu duluan dan menawarkan diri? Aduh, malunya.

"Kaki mana yang sakit?" Ovi menggoda. Ijah memilih untuk diam dan menyiapkan sarapan.

"Tanteee ..." rengeknya manja. 

Untung saja Nero tidak membuat tanda apa pun y

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Om Sweet Om   Kecewa

    Tania menggeliat di atas kasur, rasanya nyaman sekali tertidur. Sampai dia merasa sesuatu yang berat menindih tubuhnya dan diserang dengan berbagai cumbuan. Siapa ini? "Bangun anak manja. Sudah sore." Nero menangkup pipi istrinya dengan kuat, sehingga bibir Tania terlihat mengerucut ke depan. Lucu, membuatnya tertawa geli. Apalagi matanya masih terpejam, antar sadar dan tidak. Nero kembali menghadiahkan sebuah kecupan lembut, membuat Tania akhirnya membuka mata. Dia tertunduk malu, saat mendapati wajah suaminya sedang menatap mesra. "Aku nggak tau kalau kamu udah pulang?" Dia mengerjapkan mata berkali-kali. "Kamu enak banget tidurnya. Kaya' kebo." Nero mencubit hidungnya gemas. Tangannya mengusap helaian rambut yang terjuntai di pelipis. Aroma harum tubuh istrinya membuatnya menginginkan kemesraan lagi. "Tante mana?" "Di rumah papa. Nginap di sana." "Katanya mau jalan sama aku sore ini." Dia bergerak menyandarkan tubuhnya di head board ranjang. Kepalanya pusing, berdenyut sej

    Last Updated : 2021-06-08
  • Om Sweet Om   Rahasia

    Seharian di rumah sakit membuat mereka kelelahan. Akhirnya, ketika jarum jam menunjukkan angka tiga sore, mereka memutuskan untuk pulang. Bram belum boleh dikunjungi siapapun termasuk keluarganya, sehingga menunggu di sana seperti melakukan sesuatu hal yang sia-sia. Hilir mudik karyawan kantor dan relasi yang berdatangan ke rumah sakit ingin membesuk, membuat mereka benar-benar kewalahan. Bram sendiri masih dalam koma walaupun masa kritisnya sudah lewat. Berbagai macam selang dan alat-alat medis menempel di tubuhnya. "Tolong jelaskan semuanya." Tania menatap Nero dan Ovi bergantian. Saat ini mereka berkumpul di kamar setelah tiba di rumah. Wajahnya tampak lemah dan lelah. Ovi sedari tadi membantu memijit pundaknya yang pegal. Dia sudah kehilangan rasa, semua bercampur aduk jadi satu. Melihat kondisi papanya yang lemah, tangisan tak berujung henti sejak pagi hingga air matanya kering. "Tania, sebenarnya ini berat kalau kita sampaikan ke kamu. Ini permintaan papamu sendiri agar ka

    Last Updated : 2021-06-08
  • Om Sweet Om   Semuanya Terungkap

    Ovi melanjutkan kisahnya. Harusnya Tania mendengar semua ini langsung dari mulut suaminya. Hanya saja, ada banyak hal yang akhirnya dia campuri karena salah paham di antara dua orang itu. Bukan maksudnya mendahului Nero. Hanya saja, sikap Tania yang menurutnya sudah keterlaluan, membuatnya harus turun tangan. Dia tidak ingin, rumah tangga yang baru seumur jagung ini retak. Perbedaan usia yang terpaut cukup jauh, memang kadang menimbulkan banyak prasangka. Apalagi Nero tipe lelaki pengalah, yang memilih untuk menerima semua tuduhan daripada menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. "Nero mengikhlaskan Andrea menikah. Dia merasa berhutang budi sama papa kamu karena udah ngasih kerjaan. Apalagi setelah dia lulus kuliah, Mas Bram ngangkat dia jadi staf khusus." Beberapa kali Ovi menarik napas sebelum melanjutkan cerita. "Nero orangnya jujur. Dia cerdas dan pintar. Cuma nasibnya yang kurang beruntung." "Mas belum pernah cerita apa-apa. Aku enggak tau masa lalunya, cuma tau dia rekan k

    Last Updated : 2021-06-08
  • Om Sweet Om   Penggoda

    Nero menarik kain yang menutup tubuhnya. Dingin. Lantai rumah sakit ini benar-benar seperti es yang membuatnya menggigil. Ada selembar kasur tipis sebagai alas tapi tetap saja masih terasa dinginnya. Setelah pulang dari klubnya Raka, dia bergegas ke rumah sakit. Melihat kondisi Bram yang belum ada perubahan sama sekali akhirnya dia memutuskan menginap di sini. Gila! Dia tidur bersama dengan yang lainnya di ruang tunggu khusus untuk keluarga pasien yang dirawat intensif. Di rumah sakit ini, ada disediakan satu ruangan seperti itu. Nero sempat berkenalan dengan seorang ibu yang kemudian berbaik hati meminjamkannya bantal dan kain sarung. Dan di sinilah dia, bercampur baur dengan yang lain. Entah kenapa rasanya malas mau pulang ke rumah. Melihat Tania yang selalu marah membuat hatinya sakit. Sebenarnya dia bisa menginap saja di hotel atau di apartemen, tapi Nero lebih mengkhawatirkan kesehatan Bram, walaupun sebenarnya sudah ditangani dengan cukup baik. Seorang owner sebuah perusa

    Last Updated : 2021-06-08
  • Om Sweet Om   Maaf

    Nero baru selesai mandi saat melihat istrinya memasuki rumah. Jarum jam dinding menunjukkan angka tujuh dan ini sudah malam. "Mas baru pulang? Kemaren tidur di mana?" Tania bertanya. Melihat gelagat sang suami yang tidak seperti biasanya, dia mulai mencurigai sesuatu. Lelaki itu tidak pulang semalaman bahkan tidak memberikan kabar sama sekali.Nero memandang istrinya dengan lekat, berharap dia tidak marah lagi. Bukannya takut, hanya saja memang rasanya tidak nyaman jika selalu bertengkar dengan pasangan."Dari rumah sakit ngeliat papa kamu," jawabnya pendek, tapi matanya mencuri pandang. Menerka dalam hati, apa istrinya masih marah atau tidak.Tania berjalan menuju kamarnya, tak menghiraukan suaminya sama sekali. Melihat wajah istrinya yang cemberut, Nero menahannya."Kamu masih marah?""Tanya aja diri sendiri!" jawabnya kesal. Siapa juga yang tidak akan marah jika diperlakukan suaminya seperti ini.Tung

    Last Updated : 2021-06-08
  • Om Sweet Om   Tergoda

    Dengan langkah pasti Nero berjalan memasuki ruangannya. Sapaan dari para karyawan yang lewat hanya dijawabnya dengan anggukan."Selamat pagi, Pak." Nisa menyambut kedatangan bosnya dengan senyum merekah."Pagi." jawabnya cuek, kemudian membuka pintu.Ruang kerja kerja berukuran lima kali enam meter itu terlihat apik dengan sentuhan interior yang berkelas. Simple tapi nyaman dan sejuk dipandang. Ada sebuah meja kerja lengkap, juga satu set sofa serta buffet yang menyediakan berbagai macam snack untuk para tamu. Tak lupa sebuah kulkas yang berisi berbagai macam minuman dingin.Dulu ada foto Saskia di ruangan itu, tapi setelah kematiannya, Nero tak lagi menyimpannya. Kenangan indah bersama sang almarhumah istri kini tersimpan apik di dalam hati. Tak akan terganti oleh kehadiran Tania, karena mereka mempunyai tempat tersendiri yang tidak bisa dicampur adukkan.Melihat sikap Nero yang dingin, Nisa segera membuka tas. Menyemprotkan sedi

    Last Updated : 2021-06-08
  • Om Sweet Om   Entahlah

    Dering panggilan telepon mengalihkan konsentrasi Nero saat mengerjakan laporan di ruang kerjanya. Nama Tania tertera di layar kacanya."Kenapa, Sayang?""Mas ke sini sekarang. Papa udah siuman."Suara istrinya yang serak di balik telepon membuat Nero segera bergegas menuju rumah sakit, dan membatalkan meeting dengan klien yang cukup penting hari ini. Berulang kali dia meminta maaf agar hubungan bisnis tetap berlanjut. Untunglah mereka mengerti karena sudah bekerja sama cukup lama.Sesampainya di sana, dia melihat Mike berdiri di luar. Si bule' berambut pirang itu menatap sebuah ruangan dari dinding kaca, lalu memberinya kode agar segera masuk secara bergantian. Nero mengambil baju khusus yang harus digunakan jika ingin membesuk pasien di ruang intensif.Dia berjalan mendekati ranjang. Bram terlihat lemah. Kesadaranya sudah mulai pulih. Lelaki paruh baya itu menatap anak dan menantunya secara bergantian. Sedangkan Ovi memilih

    Last Updated : 2021-06-08
  • Om Sweet Om   Kejutan

    Nero menggandeng Tania mesra. Mereka berdua memasuki kantor dengan senyum dan langkah pasti. Beberapa pegawai memberi salam dan hormat. Beberapa yang lain berbisik-bisik membicarakan mereka yang tampak seperti adik kakak atau paman dengan keponakan. Wajah Tania berubah karena tidak biasa dibicarakan begitu. Dia tidak suka."Jangan dengerin. Kita ada rapat direksi hari ini. Kamu siap?" Nero mengeratkan gengamannya."Iya, Mas. Tapi aku bagaimana, ya? Apa aku bisa?" Ada ragu dalam hatinya."Pasti bisa. Sampaikan yang penting aja. Terutama tentang kesehatan papa." Nero tersenyum menatap istrinya.Denting lift berbunyi. Ketika pintunya terbuka, mereka menuju lantai tempat di mana semua ruangan berada. Sebelumnya mereka melewati ruangan Nisa, sekretarisnya. Ada yang ingin Nero sampaikan sebelum meeting dimulai."Nisa!"Ketukan pintu terdengar. Wanita itu tersentak mendengar suara sang pujaan hati memanggilnya. Dengan anggun dia m

    Last Updated : 2021-06-08

Latest chapter

  • Om Sweet Om   Pesta Pernikahan (Ending)

    Dua bulan kemudian.Dua orang itu bergandengan tangan saat memasuki gedung resepsi. Pernikahan sederhana yang diadakan di sebuah daerah pinggiran ibu kota. Kedua pengantin tampak bahagia bersanding di pelaminan. "Tiara cantik ya, Mas." Syifa berbisik di antara suara bising orang-orang yang bercakap. Juga suara musik yang mengalun mengiringi acara. "Akhirnya mereka menikah juga," kata Rizal. Matanya tak lepas menatap panggung di hadapannya. Sementara itu tangannya sibuk memasukkan makanan ke dalam mulut. Rizal dan Syifa memutuskan untuk datang ketika menerima undangan dari Tiara, yang dikirim ke alamat rumah sakit. Jarak yang cukup jauh tak menyurutkan niat mereka untuk pergi untuk menghargai tuan rumah. Syifa bahkan pergi ke butik untuk membeli sebuah dress sebagai hadiah untuk Tiara. Pasien spesial yang sempat membuatnya cemburu dan salah paham kepada Rizal. "Jodoh setiap orang udah tertulis Lauhul Mahfuz. Kita gak tau dipertemukan dengan siapa. Gimana awal bermulanya. apakah ba

  • Om Sweet Om   Dua Ekor Kambing

    "Assalamulaikum warahmatullahi wabarakatuh."Suara MC terdengar menggema memandu acara. Hari ini seluruh keluarga berkumpul di kediaman orang tua Rizal untuk menghadiri acara aqiqah putra mereka."Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah S.W.T atas berkah, rahmat dan karunia-Nya, maka hari ini kita dapat menghadiri acara aqiqah adik Aksa Adyatama bin Muhammad Rizal Pratama. Untuk itu marilah kita ...."Semua orang begitu khidmat mengikuti setiap rangkaian acara, mulai dari pembacaan ayat suci Al Qur'an, sambutan tuan rumah, pencukuran rambut serta doa penutup.Setelah semua selesai, tamu-tamu yang lain mulai berdatangan dan mencicipi hidangan. Rizal memotong dua ekor kambing untuk putranya di usia ke tujuh hari, juga mengundang hampir semua kenalan. Mereka ingin berbagi kebahagiaan dan memperkenalkan sang buah hati.Syifa sendiri sejak siang berada di dalam kamar dan berbaring karena merasa lemas sembari mencoba memejamkan mata."Tamu udah ramai datang, ter

  • Om Sweet Om   Hai, Papa!

    Sedari tadi Rizal merasa gelisah. Mondar mandir di depan ruang tunggu. Entah apa yang terjadi di dalam sana, dia hanya berpasrah diri kepada Tuhan. Lelaki itu ingin mendampingi istrinya, tetapi dilarang masuk. Rizal berulang kali menggosok kedua tangan, kemudian mengusap wajah. Lelaki itu juga sesekali meremas rambut, mirip seperti seseorang yang sedang frustrasi. Sudah satu jam dia menunggu bersama Sofyan. Jika posisinya begini, serba tidak enak rasanya. Ketika terdengar suara teriakan kesakitan dari dalam ruangan, jantung Rizal serasa hendak melompat keluar. Sofyan menegur menantunya agar tetap tenang. "Duduk, Nak," tegur Sofyan sekali lagi. Rizal menoleh tanpa berucap, lalu duduk di sebelah papa mertuanya. Lelaki itu hanya terdiam dan enggan berbicara. Entah kenapa dia dilanda kepanikan luar biasa."Tenang." Sofyan sembari menepuk bahu menantunya."Syifa kesakitan, Pa. Harusnya dia gak usah lahiran normal. Operasi aja.""Doakan, dia sedang berjuang.""Pa--" Rizal merengek seper

  • Om Sweet Om   Kembali Mesra

    "Udah, ah!" Pelan Syifa mendorong bahu bidang milik suaminya. "Udah apa mau lagi?" bisik lelaki itu nakal. "Ih." Syifa mencubit pinggang Rizal, hingga membuat suaminya meringis kesakitan."KDRT. Aku laporin ntar baru tau rasa," goda Rizal."EGP!" Syifa menjawab dengan tak mau kalah. Mereka seperti dulu saat awal menikah, bercanda gara-gara hal kecil. Kadang marah bertengkar hingga beberapa hari."Kalau ngelawan suami, harus ada hukumannya."Rizal mulai melancarkan aksi. Betapa dia sangat merindukan istrinya dan ingin mendekap wanita itu sepanjang malam."Tapi aku gak mau," ucap Syifa dengan wajah masam."Kenapa kamu kabur?""Gak apa-apa," jawab Syifa jutek. "Kenapa kamu marah soal yang dipeluk itu?" pancing Rizal.Syifa membalikkan posisi tubuh sehingga memunggungi suaminya. Wanita itu merasa malu karena telah cemburu buta. Namun, dia tetap tak mau mengakuinya."Sayang." Rizal merengkuh tubuh istrinya dari belakang. "Aku cuma nyamperin mereka pas mau pulang. Sejak awal, Tiara suda

  • Om Sweet Om   Rencana Perjodohan

    "Ibu makan, ya." Si perawat menyodorkan sesuap nasi ke mulut Syifa dengan sabar. "Saya masih kenyang."Tiara menolak karena tak berselera sama sekali. Sudah tiga hari di pulang, ke rumah kontrakan baru yang ditempati bersama dengan ayahnya. Semua biayanya masih ditanggung oleh pihak rumah sakit sampai wanita itu bisa berdiri karena kaki yang satunya bisa diselamatkan. "Nanti Ibu tambah sakit. Gimana mau pulih kalau gak ada nutrisi yang masuk." Mendengar itu, Tiara membuka mulut dengan terpaksa. Jika tidak makan, maka tubuhnya akan lemas. Namun, semua makanan yang masuk ke mulut tak ada rasanya. "Nak." Rahmat menghampiri mereka yang sedang makan di teras depan. Si perawat berinisiatif untuk membawa Syifa keluar, setelah setelah dua hari mengurung diri di kamar.Melihat hal itu, seisi rumah menjadi bingung. Semangat wanita itu tiba-tiba saja hilang entah mengapa. Apalagi Rian memilih pulang untuk mengecek toko miliknya. "Kok ndak habis makannya?" Rahmat mengambil tempat duduk di

  • Om Sweet Om   Hati Seorang Wanita

    "Ibu pergi, Pak."Rizal tersentak saat Iroh mengatakan itu di telepon disertai dengan isak tangis. Hari ini ada rapat akreditasi rumah sakit. Jadi dia tidak mungkin meninggalkannya. Berbagai macam prasangka sempat terlintas di benak Rizal. Hanya saja, dia berusaha tetap tenang dan mengendalikan diri. Istrinya tidak mungkin melakukan hal aneh di luar sana."Tadi Bibik ke pasar. Pas pulang Ibu udah nggak ada."Rizal berusaha menenangkan diri, lalu menelepon papa mertuanya."Syifa barusan sampai. Katanya mau di sini dulu sementara waktu." Rizal bernapas lega saat mendengar jawaban Sofyan. Lelaki itu meminta untuk disambungkan dengan istrinya, tetapi mertuanya itu menolak. "Syifa belum mau ngomong sama kamu. Kalian berantem?" tanya Sofyan. Rizal menceritakan kepada mertuanya tentang kejadian dua hari lalu. Tidak semua dia sampaikan, beberapa disaring agar tak salah paham. Sementara itu, Sofyan dengan sabar mendengarkan dan mengomentari dengan bijak apa yang disampaikan oleh menantunya

  • Om Sweet Om   Waktunya Pulang

    Keesokan harinya.Beberapa orang di ruangan itu tampak sibuk membereskan barang-barang. Sementara wanita yang duduk di kursi roda hanya terdiam menatap kesibukan yang terjadi di depan matanya. Dia ingin membantu, hanya kondisinya tak memungkinkan. "Ini mau dibawa, Bu?" tanya si perawat sambil menunjukkan sebuah handuk kecil yang tergeletak di nakas."Yang kecil-kecil tinggalin aja, Suster."Tiara tak mau mobil nantinya penuh dengan barang yang sudah pasti tidak akan dipakai saat pulang ke rumah. Sebagian bahkan pemberian rumah sakit yang merupakan bagian dari fasilitas selama dirawat di sana.Si perawat dengan cekatan memasukkan dan menyusun rapi semua barang ke dalam tas. Hari ini Tiara diizinkan pulang ke rumah karena kondisi fisiknya sudah pulih. Dokter Fauzan sejak pagi sudah memberikan surat pengantar kepulangannya. "Sudah siap?" tanya Rahmat. "Itu ... Dokter Rizal belum datang," ucap Tiara jujur. Setidaknya dia ingin berterima kasih karena lelaki itu yang membawanya ke rumah s

  • Om Sweet Om   Istri yang Paling Utama

    "Mau ke mana, Dokter?" tanya perawatnya ketika melihat Rizal keluar begitu saja dari ruangan dengan tergesa-gesa. Jarum jam dinding menunjukkan pukul lima sore lewat dua puluh tujuh menit. Jamnya pulang bagi semua karyawan. Namun, biasanya Rizal akan keluar kantor pukul tujuh malam untuk menghindari macet. "Saya harus ke ruangan rawat inap sekarang."Pikiran Rizal berkecamuk. Telepon tadi membuat konsentrasinya buyar. Ponselnya kembali berbunyi. Dia sudah tahu siapa yang menelepon, hanya mengabaikannya. Rizal berbelok arah di bagian tengah gedung ini. Dia tentunya sudah hapal setiap bagian dari rumah sakit. Hanya kali ini, bukan Tiara yang akan dia temui.Pintu kamar pasien itu terbuka. Melihat Rizal datang wanita itu langsung menangis sesegukan. Lelaki itu mendekati bed pasien. Di sana terbaring sosok cantik yang sedang terlelap tidur. Di tangannya terpasang infus yang berbalut perban. "Kok bisa?" Rizal bertanya."Diare. Nggak berhenti dari pagi. Dibawa ke sini." Syifa menjelaska

  • Om Sweet Om   Ibu Hamil yang Manja

    Tiara memandang wajah lelaki yang sedari tadi membantunya makan. Mereka masih canggung satu dengan yang lain. Setelah berjalan-jalan melihat gedung lama rumah sakit ini, mereka kembali ke kamar. Rian hendak berpamitan pulang, tetapi Rahmat menahannya. Lelaki itu malah diminta membantu menyuapkan Tiara makan, karena perawatnya hanya berjaga sampai pukul lima sore. "Enak?" tanya Rian gugup."Ya enaklah. Apalagi disupain sama orang yang disayang," ucap Rahmat menggoda.Tiara menatap ayahnya dengan kesal, tetapi tetap membuka muluit saat Rian kembali menyuapkan. Hingga satu porsi nasi beserta lauknya habis tak bersisa. "Alhamdulillah akhirnya anak ayah makannya banyak. Untung Rian datang ke sini. Bapak kebingungan gimana mau ngurus Tiara sendirian," curhat Rahmat."Saya punya toko sendiri, Pak. Jadi bisa ditinggal. Ada yang bantu ngawasin barang di sana," ucap Rian bangga. Lelaki itu tentu saja ingin menunjukkan kemapanannya sekarang, agar Tiara bisa kembali melihatnya."Kalau gitu Bapa

DMCA.com Protection Status