Talita tak mengindahkan ucapan Rino. Lekas wanita itu menggiring Lisna ke kamar, sedangkan Rino berdiri bergeming menatap punggung Talita dengan lekat.
"Apa yang kamu sembunyikan?" tanya Rino yang tak paham dengan perubahan Talita.
Sementara itu. Di dalam kamar Lisna. Talita duduk di pinggir kasur dan langsung mengambil buku dongeng. Lisna sudah naik ke ranjang terlebih dahulu. Anak itu terlentang sambil menatap sendu kepada Talita. Tangan Lisna mengusap pipi wanita yang sudah dianggap sebagai ibunya.
"Bundaa, jangan sedih."
"Bunda nggak sedih," jawab Talita tersenyum simpul. Lalu dia pun segera mulai membacakan buku dongeng Cinderella. Mengalihkan pembicaraan Lisna. Talita tak mau jika anak itu merasa bahwa di rumah ini sedang ada perang dingin.
Tiga puluh menit berlalu. Talita melirik ke arah Lisna yang sudah tertidur pulas. Lalu dia beringsut pelan-pelan turun dari ranjang. Kemudian Talita beranjak dari kamar tersebut.
Jantungnya se
"Soal hubungan kita. Apakah aku ini masih istrimu?" tanya Talita sambil menatap sendu manik mata Rino yang kini sedang melihat ke arahnya. Mobil mendadak berhenti.Rino diam membisu. Lalu kembali menyetir mobil. Talita merasa diabaikan oleh Rino. Lalu dia pun meminta Rino untuk berhenti. Dia ingin turun dari mobil. Akan tetapi, tak digubris permintaan Talita."Rinoo, apa salahnya kamu jawab?" protes Talita."Sudahlah ngapain bahas hubungan. Kita memang menikah. Tapi, kamu bisa rasakan sendiri. Kalau saya tak pernah mencintaimu.""Oh, begitu," jawab Talita tersenyum getir.Tangan Talita mengusap dadanya sendiri. Jantungnya tak bisa dikontrol sama sekali. Semakin berdetak cepat kala dekat Rino.*Satu bulan berlalu. Hubungan Rino dan Talita semakin jauh. Meskipun, satu atap. Bahkan Rino tak pernah membawa Talita ke acara pesta di kantor maupun dibawa pergi keluar bersama. Rino lebih suka mengajak Lisna keluar. Seperti hari i
Di rumah Rino.Lelaki berhidung bangir itu celingak-celinguk mencari keberadaan Talita. Akan tetapi, tak ada siapa-siapa di sana. Sudah dia periksa sampai ke segala sudut ruangan. Bahkan Rino sampai memanggil nama Talita. Tetap tak ada jawaban.Rino melirik ke arah kamar Lisna. Ternyata anak itu sudah tertidur pulas. Rino memang mencari Talita tadi di jalan, tetapi dia tak menemukan wanita itu. Lalu Rino memutuskan untuk pulang. Berharap jika Talita sudah ada di rumah.Ternyata sudah pukul sebelas malam. Tak tampak hidung Talita di rumah Rino. Tiba-tiba tebersit bayangan di kala dia memperhatikan Talita yang mendadak menghantui pikirannya. Talita yang mendadak kalem dan manis seperti Arunika. Lelaki itu pun tampak gelisah dan bolak-balik berjalan sambil terus menghubungi nomor telepon Talita. Tetap berada di luar jangkauan."Talita kamu di mana?" gumam Rino. Dia terduduk sambil berusaha mengingat-ingat perbincangannya dengan Talita."Apakah u
"Kamu berani sama saya!" bentak Wiro.Talita terhuyung limbung jatuh ke lantai. Dia meringis kesakitan. Wiro menyeringai iblis tatapannya seolah-olah ingin menelaanjangi Talita.Lantas tangannya terulur mencengkram erat lengan Talita. "Malam ini kamu akan menjadi milik saya," bisik Wiro."Lepaasssssin aku!" Talita berontak melawan dengan susah payah. Namun, memang tenaga Wiro lebih kuat. Maka Talita tak bisa melawan. Wanita itu didorong ke kasur sampai Talita meringis menahan sakit.Saking kasarnya Wiro memperlakukan Talita. Terbit senyum jahat dari bibir Wiro. Lelaki mengerlingkan mata dan merayap naik ke ranjang.Sontak Talita beringsut mundur menghindari dengan tatapan sendu dan tampak ketakutan sekali.Wiro mendekati dan tangannya sudah menangkap tangan Talita. "Diam saja. Tinggal nikmati jangan berontak."Tiba-tiba terdengar suara bariton mengetuk pintu. Siapa lagi jika bukan teman Wiro. Maka lelaki tersebut mengurungkan niatnya
"Kamu mau bawa aku ke mana?!" pekik Talita berontak melawan.Wiro terus menarik paksa tangan Talita. Dia tak peduli pekikan Talita. Sampai wanita itu dipaksa masuk ke dalam mobil."Diam, ikut saja. Jangan melawan. Jika tidak anakmu akan jadi korbannya!" sentak Wiro."Jangan macam-macam. Jangan pernah sentuh Lisna." Talita memelotot. Dia pun harus mematuhi perintah Wiro. Akhirnya, Talita duduk tenang di belakang sambil meremas-remas buku-buku jarinya sendiri. Bahkan, dia sudah tak peduli lagi dengan dirinya sendiri yang penting Wiro tak menyakiti Lisna.Perjalanan mereka hampir satu jam. Tiba di tempat tujuan. Talita terbelalak saat turun dari mobil. Gedung pencakar langit di depan mata dan dia pun menelan ludah untuk menilimisir rasa takutnya. Wiro benar-benar mengintimidasinya, sampai Talita diam seribu bahasa saat tangannya digandeng oleh Wiro."Pokoknya kamu patuhi apa yang saya perintahkan."Talita mengangguk pelan dengan raut wajah send
Wiro penyuka wanita cantik yang untuk didekati lalu dijual ke teman-teman kolega kerjanya sebagai bentuk kerja sama agar terhubung dengan baik. Memiliki ketampanan dan kemampuan merayu. Siapa yang tak akan jatuh ke pelukan Wiro kecuali Talita yang tak mudah jatuh termakan rayuan gombal maut Wiro. Begitulah yang dicerna oleh Talita saat mendengar cerita dari wanita yang duduk di depannya. Menceritakan awal pertemuannya dengan Wiro, dengan iming-iming akan dinikahi dan diberi mobil. Akan tetapi, ternyata justru wanita-wanita itu dijebak oleh Wiro untuk dijual."Dasar bedeebah," ucap Talita yang geram mendenga cerita itu."Lalu bagaimana ini? Kita tak bisa kabur dari sini. Teman kita pasti sudah digrepek sama laki-laki tua bangka," kilah salah satu wanita yang sudah memakai baju tidur sexi sesuai permintaan Wiro.Talita tertegun dan dia berusaha berpikir tenang. Agar dapat keluar dari kamar apartemen Wiro. Dia pun tak mau dijual. Suasana menjadi hening.
"Mau tahu banget?" ejek Rino sambil menyetir mobil."Terima kasih, yah. Sudah mau menolongku.""Ini sudah berapa kali kamu bilang seperti itu."Talita pun tersenyum simpul. Pipinya merona memerah seketika itu juga di saat Rino mulai mau berdialog hangat dengannya. Sebagai mengalihkan pembicaraan. Lantas Talita kembali melontarkan tanya tentang cara Rino dapat berhasil masuk ke apartemen Wiro.Ternyata Rino sudah mempunyai jadwal yang di mana Wiro akan melakukan bisnis kotor yang tersambung dengan para wanita. Lelaki itu mendapatkan kabar itu dari salah satu kolega Wiro adalah kolega Rino juga dengan memberikan uang yang nominalnya cukup besar. Makanya, Rino dapat masuk ke acara Wiro di pesta topeng bersama beberapa polisi. Iya, lelaki itu telah melaporkan kehilangan Talita.Mencerna cerita dari Rino. Talita manggut-manggut dan mengulum senyum tipis. Dia tak menyangka bahwa lelaki itu mau menolongnya.Jalanan lengang. Sorot lampu jalanan menj
"Pagi," sapa Rino seraya melempar senyum.Namun, tak diindahkan oleh Talita. Wanita itu sibuk menyiapkan sarapan di atas meja. Lisna sudah duduk manis sembari menonton ponsel."Hari ini lagi ada yang marah?" sindir Rino.Mau marah bagaimana coba? Kalau menjadi posisi Talita, pasti marah karena di saat mau ke puncak kenikmatan. Justru yang disebut oleh Rino nama wanita lain."Hemmmm." Talita berdeham."Siapa, Om?" tanya Lisna sembari mendongak."Itu Bundamu yang cantik," jawab Rino sambil menarik kursi. Dia duduk di samping Lisna."Aku cuma nyuapin nasi goreng. Kamu mau makan nasgor atau roti?" tanya Talita datar."Nggak apa-apa sama nasgor saja," balas Rini sembari mengulum senyum simpul.Lantas Talita langsung menaruh nasi goreng di piring Rino. Lelaki itu menatap nanar Talita."Terima kasih," ucapnya.Namun, Talita tak mengindahkan ucapan Rino. Wanita tersebut kembali menyelesaikan cucian yang
Gisel berlari sekencang mungkin. Dia menghindar dari kejaran orang yang menagih hutang suaminya. Sungguh malang nasib Gisel. Pasca tak bersama lagi dengan Rino dan wanita itu dibawa berobat agar tak depresi memikirkan Rino. Namun sayangnya, saat di tempat penyembuhan Gisel bertemu dengan lelaki yang salah berpura-pura mencintai wanita itu. Padahal hanya ingin menumpang hidup enak di keluarga Gisel.Wanita berhijab itu pun merasa jika suaminya mempunyai niat terselubung menikahinya. Akhirnya, Gisel memutuskan untuk pergi dari rumah dari zona nyaman tak meminta materi dari kedua orangtuanya. Berharap hidup berdua mengontrak akan membuat suami Gisel sadar agar menjadi sosok lelaki dan suami yang tanggung jawab mau bekerja. Ini justru gila judi dan pemain wanita.Ini adalah titik di mana Gisel sudah muak diteror oleh banyak preman yang menagih hutang suaminya. Bahkan, saat ini Gisel dikejar oleh lelaki berusia lima puluh rintenir yang menginginkan Gisel menjadi istri kelim