"Ngapain pergi honeymoon, Mas. Kan ini juga sama jalan-jalan, boros tau," seru Amel. Wanita itu menghindari bertatapan pada mata suaminya, Raffa hanya tersenyum miring menanggapi itu. "Sayang ... aku gak nerima penolakan, pokoknya libur semester nanti kita pergi!" Raffa berkata dengan tegas, mendengar perkataan sang suami. Amel mengusap telinganya dan memilih memandang keluar kaca. "Kalian lagi ngomongin apaan sih, kok kayanya serius banget. Pasti lagi ngomong hal penting ya." Tatapan menyelidiki dilemparkan oleh Shilla, ia memandang sejoli itu yang hanya diam saja. Gadis tersebut langsung bersidekap. "Ahh ... tenang aja, sampe di villa nanti aku gak bakal ganggu kalian kok, serius deh ... tapi kalian tadi ngomong apaan," cecar Shilla. Sepasang sejoli itu melirik malas pada Shilla, mereka memilih mengabaikan gadis tersebut. "Ih ... kalian ini nyebelin banget!" gerutu Shilla. Raffa dan Amel tertawa melihat Shilla merengut kesal. Mereka bergandengan tangan, membuat gadis yang b
Raffa memosting foto istrinya dan memberikan sedikit kata-kata, ia langsung memasukan benda pipih itu ke saku. Kala tertangkap basah, wanita tersebut mendekati sang suami. "Sini handphonenya!" pinta Amel. Amel mengadahkan satu tangannya meminta benda pipih tersenyum. Raffa yang paham itu menggeleng, lelaki itu langsung berlari membuat sang istri memekik. "Mas! Awas ya kamu," geram Amel. Wanita itu mengejar suaminya yang sudah berlari menjauh, mereka terlalu bersama bahkan bercanda. Setelah merasa lelah, keduanya terduduk, Amel menyandarkan kepala ke bahu Raffa. Memejamkan mata menikmati semilir angin, istri Raffa memiliki ide dan mengeluarkan ponselnya. "Mas! Ayo kita selfi dulu, buat di post ke IG," lontar Amel. Amel langsung mencari aplikasi kamera dan mulai berpose, ia menatap kesal sang suami. "Mas! Yang mesra dong, nanti aku tag kamu, biar Tante itu ngeliat dan panas hati, kali aja ngeliat ini dia mundur," celetuk Amel. Raffa mengangguk paham, Amel langsung mulai memotre
Raffa langsung merangkul sang istri kala mendengar kata sins yang keluar dari ibu dan anak tersebut. "Emangnya kenapa? Selagi kita senang gak masalah, lagian kita gak ngerepotin kalian kok. Jadi gak perlu ikut campur apapun yang kita lakuin. Mau main permainan anak-anak pun tak masalah, selama ikut bisa melihat senyuman di bibir istriku ini," lontar Raffa. Selepas mengatakan demikian, ia langsung menarik lengan istrinya. Menuju kamar yang memang khusus disiapkan untuk pemilik Villa ini. Setelah masuk ke ruangan dan mengunci pintu, Amel langsung melabuhkan pelukan pada sang suami. "Makasih, Mas. Kamu mau membelaku di depan mereka," ucap Amel pelan. Raffa tersenyum kecil mendengar itu, ia mengelus sayang puncak kepala Amel. Setelah berpelukan, lelaki tersebut memegang pipi istrinya dan melabuhkan kecupan singkat. "Aku mencintaimu, maka dari itu kewajibanku adalah menjaga dan membela kamu. Kecuali kalau kamu salah, aku yang harus menegur kamu, begitupun kamu padaku," ungkap Raffa.
Amel terbangun dari tidurnya, ia bergegas mencuci muka lalu keluar pergi ke dapur. Terlihat semua masih sibuk memasak, sedangkan Kayla diperintahkan mencuci bahan dan buah. "Eh, maaf. Aku ketiduran," ucap Amel pelan. Semua yang mendengar suara Amel menoleh, Wulan dan Sekar mendekati wanita itu lalu mengajak agar membantu memasak. "Gak papa, ayo kamu bantu kita masak," seru Wulan. Amel mengangguk mengiyakan, kala hendak memasak dia dihentikan Mila. "Ngapain kamu, mendingan kamu bantuin Kayla cuci bahan dan buah aja deh, dari pada nanti malah mengacau," seru Mila. Amel yang mendengar itu menoleh, ia memiringkan kepala memandang heran wanita tersebut. "Mengacau gimana, aku niat bantu lho. Lagian pasti kita bakal masak banyak karna banyak orang di sini," balas Amel. Shilla mendekati kakak iparnya lalu merangkul. "Mengacau kaya Ka Kayla, Mel. Dia motong sayuran aja gak bisa," jelas Shilla. Wanita itu mengangguk paham, ia memilih melakukan kegiatannya lagi. "Kalau belum tau kemam
Amel langsung membalikan badan memandang suaminya dengan dahi mengeryit. "Kamu bangun sejak kapan? Nanti deh kasih taunya kalau kita udah makan, udah pada nungguin tuh," seru Amel. Raffa mengangguk menuruti ucapan Amel, ia langsung ke bilik mandi untuk mencuci muka. Sehabis itu menggandeng sang istri buat pergi bersama ke ruang makan. "Mas, ini serius gandengan segala," ucap Amel. Lelaki itu hanya mengangguk, membuat Amel mengembuskan napas. Sesampai di ruangan tersebut mereka langsung mendapatkan ledekan. "Uhuy ... pasangin ini merasa dunia milik berdua, gandengan terus mau nyebrang kali ya," goda Panji. Amel hendak melepaskan gandengan itu tetapi ditahan Raffa. Lelaki itu menampilkan wajah datar, ia menarik kursi dan mempersilakan sang istri untuk duduk. "Jadi keinget pas muda dulu, Papa romantis gitu kan, Mah," celetuk Papa Panji. Yang ditanya menganggukan kepala, seraya memandang suaminya dengan senyuman di bibir. Sedangkan Kayla yang melihat itu hanya mencebik kesal. "Le
"Kamu ini, Raffa ... gak ngertiin banget perasaan Kayla." Mila berceletuk ketus pada Raffa, membuat lelaki itu memandangnya. "Haruskan? Kalau aku ngertiin dia, nanti dia salah paham lagi," bala Raffa santai. Wanita itu berdecak kesal, ia bangkit dan menarik Erika yang sibuk makan. "Ayo pergi!" ajak Mila. Erika hanya merengut, padahal makanan di depannya ini sangat mengugah selera. Dengan pasrah mengikuti perintah Mila. "Kayanya dia masih mengharapkan kamu jadi menantunya deh," celetuk Mamanya Panji. Raffa hanya mengedikan bahu, memilih mengabaikan itu. "Ayo kamu harus makan yang banyak, biar kuat," seru Raffa. Lelaki itu menyuapi sang istri. Sedangkan Shilla hanya menggelengkan kepala melihat pasangan tersebut. "Bucin aja terus, kasian tau yang jomblo ngeliatin kalian sampe ngiler gitu," celetuk Shilla. Panji menatap kesal ke arah Shilla, gadis itu hanya menjulurkan lidah tanda mengejek. "Lo itu, bikin kesel aja sih! Diputusin pacar lo baru tau rasa, sama aja lo juga pasti
Raffa memiringkan badannya agar leluasa memandang paras sang istri. "Kayanya kamu kebelet banget pengen liat ya," goda Raffa.Amel yang mendengar itu memanyunkan bibirnya. Ia kesal karena sang suami sangat suka menggoda. "Kalau kamu gak mau kasih tau juga, ya udah!" ketus Amel. Wanita itu bergegas bangkit tetapi ditahan oleh Raffa. Lelaki tersebut langsung mendekap sang istri. "Jangan marah-marah mulu, nanti cantiknya ilang lho dan jadi cepet tua. Emang mau wajahmu ada keriputnya sekarang," seloroh Raffa.Amel yang mendengar perkataan suaminya mencebik. Ia kesal karena seperti disumpahi."Kamu ini, nyumpahin aku ya biar cepet tua dan kamu bisa bersama tante-tante itu," geram Amel. Perempuan tersebut hendak melepaskan dekapan sang suami tetapi tidak bisa. Karena dari tenaga pasti kala kuat. Mendengar penuturan Amel, Raffa langsung melabuhkan kecupan di area wajah wanita itu."Ihh ... kamu ini, mikirin yang enggak-enggak aja. Mana mungkin aku kepincut dia, aku udah dapetin kamu lho
Amel bersidekap menatap kesal suaminya. Raffa yang mendengar itu mengembuskan napas, tangannya mencari sesuatu di lemari lalu benda itu langsung terbuka. "Astagfirullah ... kamu ngapain," pekik Amel. Wanita itu langsung menjauh. Raffa ingin sekali tertawa melihat wajah terkejut istrinya. Ia langsung memegang tangan Amel membikin dia kaget dan langsung hendak berlari."Kamu mau ngapain Mas! Mau nyakitin aku, biar kamu bisa nikah sama tante-tante itu," bentak Amel. Raffa yang mendengar tuduhan Amel hanya menghela napas. Melepaskan pegangannya membuat wanita itu langsung berlari dan hendak keluar tetapi berhenti mendengar suara sang suami. "Kamu suuzon aja sama suami sendiri, apakah aku seburuk itu." Ucapan Raffa begitu dingin, membuat Amel merasa mengigil. Ia berbalik, menatap paras suaminya."Apakah kamu tidak memberikan sedikitpun kepercayaan padaku, Mel?" tanya Raffa. Amel merasakan jika detak jantungnya semakin cepat, tangannya mengepal. Rasa bersalah hingga kala melihat ria
Beberapa bulan kemudian ...Besok memasuki empat puluh minggu kehamilan Amel. Wanita itu kini mulai kesulitan berjalan, karena perutnya yang lumayan besar. Karena hamil anak kembar, semua belum mengetahui. Hanya Raffa, Amel dan dokter yang memeriksa perempuan tersebut."Kapan yang anak kita lauching, kok belum ada tanda-tanda ya," ucap Amel sendu.Raffa yang mendengar itu mendekati istrinya di sofa. Kini keduanya tengah di ruang kerja lelaki tersebut. Karena Amel memaksa ikut ke kantor."Sabar aja, kalau udah waktunya mereka bakal meluncur kok, mungkin sekarang belum waktunya. Sabar aja, hplnya juga kan besok. Lagian kalau pas hpl belum lahiran kan itu cuma pekiraan manusia aja, nanti kalau udah waktunya kita bakal ngeliat mereka kok. Sekarang kamu berdoa aja, agar lahiran lancar dan sehat buat kalian," tutur lelaki itu.Amel mengulas senyum mendengar hal itu. Ia mengangguk kepala lalu menyandarkan kepalanya pada bahu sang suami."Mas, aku sekarang gendut. Jangan bosen pandangan aku y
Suasana malam kini sangat ramai, yang biasanya hanya suara Amel dan Raffa. Sekarang banyak orang yang berbicara. Shilla langsung menarik Raffa yang terus disamping istrinya."Gantian lah, Ka! Shilla juga pengen elus perut Amel. Pengen nyapa calon keponakan," seru perempuan itu. Raffa hanya menghela napas, lalu mengangguk. Ia pergi ke dapur untuk menyeduhkan susu Ibu hamil. Wulan yang lewat di sana langsung mendekat dan menepuk pundak anaknya. "Allhamdulilah, kamu jadi suami siaga. Mama bangga sama kamu," tutur Wulan. Lelaki itu menoleh dan mengusap senyum, ia berbalik dan memeluk wanita yang melahirkannya. "Makasih, Mah. Kamu udah melamarkan Amel menjadi istriku, Raffa sangat bahagia," ujar lelaki itu.Wulan mengangguk, wanita itu membalas dekapan anaknya. Lalu menepuk punggung lelaki tersebut, mereka langsung melepaskan pelukkan."Kamu harus kurangi porsi kerjamu, jangan terlalu sibuk. Amel sekarang sangat butuh perhatian dan bantuan kamu, apalagi nanti setelah lahiran," tegur Wu
Amel membulatkan mata, ia hendak menyerang perempuan itu tapi ditahan Raffa. "Udah, Sayang. Gak perlu urusin orang ginian, biar aku saja. Nanti calon anak kita kenapa-napa lagi," kata lelaki itu.Cewek itu terkekeh, ia bersidekap memandang mereka. Dengan lancarnya ia menghina Amel. "Haduh ... ternyata lo simpenan sugar dady ya, wah ... keliatannya aja polos ternyata," ucapannya terhenti kala karyawan lagi menarik lengannya."Diam! Udah lo gak perlu ngebacot lagi bisa gak."Wanita itu hanya memanyunkan bibirnya, ia memandang lawan jenis yang menatap berang. Sedangkan Raffa langsung merogoh saku, dan memperlihatkan pada perempuan tersebut. "Ini bukti kami udah menikah tahun lalu, jadi ucapan lo itu salah!" sinis Raffa.Suara dingin lelaki itu membuat perempuan tersebut bergidik ngeri. Ia bungkam saat disodorkan bukti oleh Raffa, sedangkan Amel tersenyum sinis. "Amit-amit jabang bayi, jangan sampe anak gue miring sama Tante nyebelin ini," kata Amel.Wanita itu melotot mendengar ucapa
Raffa sampai menjauhkan handphone dari kuping. Karena suara Sekar yang menggelegar, Amel melihat hal tersebut hanya meringis. Raffa menghela napas lalu menempelkan benda itu ke telinga kembali."Kami mau berbagi sedikit buat anak panti Bu. Raffa punya omongan soalnya," jelas Raffa.Sekar terdiam beberapa menit, karena ternyata Raffa yang memegang ponsel tersebut. Lelaki itu menegur dan bicara kalau ia tengah menyetir. "Apa ada pertanyaan lagi, Bu. Raffa lagi nyetir soalnya. Palingan kami menginap lusa ya," ucap lelaki itu.Wanita itu menggeleng lalu memukul keningnya sendiri. Karena sadar jika sang menantu tidak bisa melihat gelengannya. "Enggak, Raf. Boleh handphonenya kasih ke Amel. Ibu mau kasih wejangan buat dia," balas Sekar.Pria tersebut langsung memberikan pada istrinya, lalu Amel dan sang Ibu sangat lama berbincang. Bahkan dia mengerucutkan bibir karena banyak sekali pantangan yang diberikan oleh Sekar."Udah jangan cemberut gitu, Ibu ngebilangi gitu karena sayang sama kamu
Kala tersadar dengan ucapan, Amel langsung mendorong sang suami agar menjauh. Sedangkan Raffa terkekeh mendengar hal tersebut, kini lelaki itu menaik turunkan alis. "Apaan sih, Mas! Genit banget deh, aku tadi lagi ngimpi eh pas buka tidur ternyata ikut ngomong gitu. Gak usah geer deh," papar Amel. Raffa hanya mengangguk kepala tanda mengiyakan tetapi, wajahnya masih saja menggoda. Wanita itu jadi salah tinggal dengan tatapan sang suami, ia mengadahkan tangan. "Mana bubur kacang milikku, kan aku tadi nyuruh beliin terus baru bangunin. Berarti Mas udah beliin dong," pinta perempuan tersebut.Dia langsung memberikan bubur kacang tersebut, Amel menerima dengan senyum sumringah. Ia segera mengambil wadah plastik dan sendok, wanita itu menuangkan ke mangkuk. "Ah ... wanginya menggoda," pekiknya. Sang suami mengulas senyuman memandang Amel, ia terus menatap wanita itu. Membuat perempuan tersebut memalingkan wajah karena salah tingkah."Kamu ini kenapa sih! Lihatin aku terus. Mendingan
Lelaki itu menggeleng mendengar ucapan Amel, membuat wanita tersebut mengeryitkan alis bingung."Terus kamu kenapa natap aku sampe segitunya," sungut perempuan itu. Raffa memegang dagu lalu tangannya mengelus-elus jengot pendek."Katamu hamil kebo, kenapa kamu gak mirip kebo. Aku lagi nyari kemiripan itu dari kamu," jawab Raffa. Mata wanita itu melotot mendengar jawaban sang suami, ia langsung melemparkan tas. Beruntung lelaki tersebut tangkap, Amel bersidekap dan mendengkus kesal. "Punya laki gini amat, maksudnya ... ah sudahlah, kamu juga gak bakal ngerti! Aku udah gak mood buat makan," geram Amel. Perempuan tersebut bangkit lalu mendekati suaminya dan merebut tas yang tadi dilempar. Kala hendak pergi, tangan dicekal oleh Raffa."Kamu harus sarapan, ayo cepat duduk!" perintah lelaki itu. Amel menggeleng menolak perintah suaminya. Ia menarik tangan yang digenggam Raffa, dia langsung bersidekap. "Udah gak berselera lagi makan ini, aku mau bubur kacang ijo Mang Mamat," lontar san
Wulan dan Sekar dijemput Shilla, perempuan itu sangat senang saat ngetahui ia akan mempunyai keponakan. Kini hanya tinggal mereka, keduanya berbaring di kasur. Raffa mengusap lembut rambut Amel. "Sayang ... maaf ya, acaranya jadi berantakan gara-gara aku pingsan," tutur perempuan itu. Lelaki itu menggeleng lalu membenarkan posisi tiduran sang istri. Ia kini mendekap wanita tersebut, lalu mendaratkan kecupan di pipi Amel. "Gak papa, mereka nanti pasti paham kok. Udah gak usah pikirin apapun yang buat kamu stress, hayu ... mendingan sekarang tidur," ujar lelaki itu. Dia menuruti ucapan suaminya, ia membenarkan posisi tidur agar berhadapan lelaki itu. Lalu menyusupkan wajah ke dada bidang Raffa. Tak lama suara dengkuran terdengar, membuat Raffa mengulas senyum."Kayanya kamu capek banget ya, Sayang," bisik lelaki itu. "Makasih kamu udah mau jadi istri aku, aku sayang banget sama kamu."Setelah mengatakan demikian, lelaki itu ikut terlelap. Waktu pagi tiba, Amel dengan semangat memba
"Kenapa sekarang gak nyoba di cek, kali aja sesuatu harapan. Yang penting kalian sudah berusaha kan, kalau belum waktunya gak papa, kalian bisa terus berdua dan meminta pada sang maha kuasa," lontar dokter tersebut."Aku bawa nih, aku juga lagi mau nyecek, tapi di telepon Nyonya Wulan jadi ke sini dibawa-bawa deh," lanjutnya. Semua langsung memandang Amel, mereka mengangguk menyakinkan wanita itu. "Ya udah," kata Amel pelan. Mereka langsung tersenyum, dokter itu segera merogoh tespack dan memberikan pada Amel. "Ayo bantu Amel, ke kamar mandi, Raf. Kenapa malah diem aja," cecar Wulan. Mendengar perintah Mamanya, lelaki itu langsung mengangguk. Lalu membantu memapah sang istri menuju bilik mandi. Kala sampai dia disuruh keluar oleh Amel. Dia mengangguk paham dan memegang bahu wanita tersebut terlebih dulu. "Kalau hasilnya negatif gak papa, kok. Jangan sedih, kalau udah waktunya di kasih kok," tutur sang suami. Amel mengangguk kepala, Raffa langsung mengelus sayang puncuk kepala s
"Yang!" Raffa memekik, ia menepuk pipi sang istri. Semua orang sangat terkejut, mereka langsung mengerumi Amel. Wulan melihat menantu seperti ini, ia segera menyuruh Raffa membawa ke kamar dan dia menelepon dokter pribadi. "Makasih, Mah. Raffa bawa Amel ke kamar dulu," ucap lelaki itu gemetar.Lelaki itu sangat ketakutan, dia tergesa-gesa membawa istrinya. Sedangkan Sekar segera menyusul menantu dan anaknya. Kala sampai di pintu kamar, ibu mertua pria tersebut membantu untuk membuka benda tersebut. "Ayo cepat letakan hati-hati di kasur, Raf," perintah Sekar. Raffa mengangguk, ia dengan perlahan membaringkan sang istri ke kasur. Lalu Sekar segera menyelimuti perempuan itu, ia ikut naik ke ranjang dan membelai sayang kening anaknya. "Raf, ada minyak kayu putih gak?" tanya Sekar. Lelaki itu terdiam, lalu mengangguk dan segera mencari benda tersebut. Setelah ketemu, dia memberikan pada Sekar. "Ayo Nak, bangun! Jangan buat kami cemas," ujar wanita itu. Aroma minyak kayu putih, memb