Mendengar perkataan Amel, Shilla semakin memanyunkan bibirnya. "Gak usah sombong juga kali, cuma di masakin sama Ka Raffa juga." Menanggapi balasan Shilla, wanita itu mengangguk kepalanya dengan wajah mengejek. "Bukan sombong, cuma ngasih tau aja. Ya udah, bagus deh kalau kamu gak cemburu," lontar Amel. Shilla yang baru melihat tanda merah di leher Amel hanya menyeringai. "Gak usah ngeledek gitu deh, mendingan urusin tuh. Sampe keliatan gitu, mau pamer kah," ujar Shilla. Amel mengeryitkan alisnya karena tak paham. Kala Shilla menunjuk leher sendiri membuat Amel membulatkan mata. "Ini semua gara-gara Mas Suami! Aku pergi aja deh, bikin malu aja," omel Amel. "Apa! Mas Suami, anjir ... gue mau ngakak dulu," sembur Shilla. Mendengar ucapan Shilla, Amel langsung masuk ke mobil dan menutup pintu dengan kencang. Raffa mencium punggung tangan Sekar dan Wulan, lalu berpamitan. Tak lupa mendaratkan jitakan ke kening Shilla lagi. "Apaan sih, Ka! Maen jitak-jitak aja," hardik Shilla.
"Iya dong seneng, tapi seneng lihat istriku cemburu ini." Amel melotot mendengar perkataan suaminya lalu dengan cepat mendaratkan cubitan."Eh, Sayang! Jangan gitu, aku lagi nyetir lho," tegur Raffa. Amel mendengkus kesal mendengar perkataan suaminya. Tetapi ia menurut dan tak menyerang lelaki itu lagi. "Kamu sih! nyebelin banget," sembur Amel. Raffa hanya tersenyum kecil mendengar omelan istrinya. Dengan lembut ia mengusap puncuk kepala wanita tersebut yang kini menjadi pendamping hidupnya. "Kalau gitu maafin, aku ya. Nanti aku usahain selalu membuat kamu bahagia, tapi aku seneng liat kamu cemburu gitu. Berarti kamu cinta dong sama aku," lontar Raffa. Amel menoleh memandang suaminya dengan wajah cemberut. Raffa yang melihat lampu merah langsung berhenti dan dengan gerakan cepat mengecup bibir sang istri. "Mas Suami!" pekik Amel.Raffa yang mendengar itu hanya mengulas senyuman dan mencubit kedua pipi sang istri. Amel mengaduh dan menepis tangan suaminya. "Jangan teriak, nanti
"Kalian ngabisin makanan yang di atas meja ini," tebak Amel. Raffa langsung melirik istrinya lalu ketiga perempuan di hadapannya itu. Ia mengangguk paham dan mengulas senyum tipis."Apa bener kata istriku ini?" tanya Raffa.Shilla menggaruk kepalanya lalu ia cengengesan di hadapan sang Kakak. "Iya, Ka. Hehehe ... kami makan semua di sini begitupun di mejikom," seru Shilla."Maafin kami ya," cicit Sekar.Raffa hanya menggelengkan kepala mendengar itu. Membuat ketiga perempuan tersebut mengembuskan napas melihat lelaki dihadapannya."Aku bakal nanak nasi dulu," seru Shilla. Raffa yang mendengarnya langsung menahan tangan sang adik."Apa kamu tidak paham sama tatapanku," geram Raffa.Lelaki itu melayangkan tatapan tajam, Shilla malah ketakutan."Aku sekalian bantuin kalian beres-beres deh," lontar Shilla.Raffa semakin mencengkram tangan Shilla. Lelaki itu menarik sang adik agar deket, ia langsung berbisik. "Kakak gak masalah, tentang ini. Mendingan sekarang kalian ngertiin Kakak don
Waktu berlalu begitu cepat, Raffa membantu sang istri mendaftar kuliah. Ia kini menjadi wali wanita tersebut. "Inget! Kamu jangan nakal," nasehat Raffa.Amel langsung memajukan bibirnya. Ia menatap kesal sang suami. "Apaan sih, Mas Suami! Aku ini bukan anak kecil yang dinasehatin jangan nakal," gerutu Amel.Raffa terkekeh mendengar tutur kata sang istri, ia langsung mengacak-acak rambut. "Kalian ini, mesra-mesraan mulu. Gak tau apa gue ada di sini," omel Shilla.Raffa dan Amel langsung menoleh ke jok belakang. Terlihat perempuan itu memakai atribut yang disuruh. "Kenapa liatin terus, mendingan lo juga harus pake deh. Cepetan!" sembur Shilla."Ayo cepat! Emang mau dimobil terus," sinis Shilla. Gadis itu keluar dari mobil dan Amel langsung bergegas memakai atribut. Raffa menutup mulutnya kala hendak tertawa, sang istri yang menangkap hal itu menatap tajam lelaki tersebut."Mas Suami, nyebelin! Gak usah jemput nanti." Amel keluar dari mobil dengan wajah jutek. Ia menarik lengan Shi
Shilla membelalakan mata kala mendengar perkataan Amel. Perempuan itu langsung menyenggol lengan temannya itu. Membuat Amel mendengkus dan mengomeli adik ipar juga. "Apan sih, La! Jangan rese deh. Mendingan lo makan aja dengan tenang, gak usah nyikut-nyikut segala," cecar Amel. Melihat perempuan itu membuat sang senior pria yang kini duduk memandang keduanya tersenyum miring. "Lo yang apa-apaan, jangan cari masalah, napa!" pinta Shilla.Amel memutarkan bola matanya dengan malas lalu memilih melahap makanannya yang sudah lumayan dingin. Sedangkan lelaki yang duduk di depan perempuan itu hanya memandang Amel. "Gadis ini unik, dari semua gadis mengejarku bahkan yang sudah memiliki suami masih genit selalu caper. Ini cewek malah cuek gini," batin lelaki itu. Sedangkan Shilla yang mengulas senyum kala memandang senior itu. "Ayo makan! Gue gak bakal gangguin kalian," seru lelaki itu. "Makasih senior," balas Shilla. Amel yang mengingat jika sang suami mengirim chat. Ia langsung merog
Raffa yang tengah sibuk membalas pesan sang istri. Ia mendapatkan notifikasi chat dari adiknya. Dengan malas dia membuka dan membaca deretan kata tersebut."Apa-apaan ini! Pasti Shilla cuma jail nih," geram Raffa.Tangan lelaki itu mengepal, ia langsung mengirim chat balasan untuk sang adik. [Mana buktinya! Seneng banget sih jailin, Kakak!] Shilla yang membaca chat dari kakaknya mendengkus. Dengan sembunyi-sembunyi ia memotret Gala dan Amel. Lelaki itu tidak terlihat wajahnya kala di foto. [Send Photo] [Lihat foto yang aku kirim, udah ya! Aku mau lanjut makan jangan ganggu. Udah bagus aku kasih info malah dikatain lagi isengin Kakak, nyebelin banget sih!] Raffa yang menerima pesan tersebut mengepalkan tangannya. Ia bergegas mengirim chat lagi pada sang istri. "Tuan, ini berkas yang anda minta," ucap seseorang. Raffa mendongak mendengar itu, ia hanya mengangguk dan menyuruh agar ditaruh ke atas meja. "Tuan, saya menunggu berkasnya di tanda tangan," serunya lagi.Raffa menghela
Raffa mengantarkan sang istri ke rumah Ibunya. Amel yang mengetahui itu langsung memandang suaminya."Mas kok ke rumah, Ibu. Kenapa gak langsung ke apartemen aja, jadi gak usah ribet-ribet kamu pulang harus jemput aku dulu," seru Amel.Perempuan itu memandang Raffa yang menghentikan laju kendaraan. Mendapatkan jawaban dengan gelengan membuat Amel mempautkan bibirnya. "Mas, emang kenapa sih kalau aku sendirian di apartemen, padahal gak papa lho. Aku, kan cukup nungguin kamu aja di sana," ujar Amel. Raffa memegang wajah istrinya lalu mendaratkan kecupan di kening wanita itu."Oke, nanti kita lanjut bicara nanti malam ya, jaga diri baik-baik, aku pergi kerja lagi," kata Raffa. Amel hanya mengangguk lemah, ia akhirnya keluar dari kendaraan itu. Lalu melambaikan tangan kala mobil sang suami mulai melaju menjauh. Dia langsung mengetuk pintu rumah dan dibukakan oleh Sekar."Eh, Amel. Ayo masuk, Sayang! Ibu kangen banget," cerocos Sekar. Sekar membawa Amel untuk duduk di sofa, ia pun
Wulan hanya mengangguk sebagai jawaban, ia menatap aneh sang anak. Tetapi masih melahap makanan yang dibuat oleh sang menantu. "Kamu ini gimana sih, Amel capek-capek masak malah dimuntahin gitu," tegur Wulan. Amel yang melihat penderitaan Shilla langsung tertawa. Ia lekas membawa gelas berisi air putih dan mendekati adik iparnya itu."Ini minum."Amel menyodorkan gelas tersebut, Shilla ragu-ragu menerimanya membuat Amel gemas. "Tenang aja, gak gue apa-apain kok," celetuk Amel. Wulan yang melihat itu hanya mengeryitkan alis, ia kebingungan dengan situasi begini. Tetapi Sekar masih saja santai melahap makanan tidak peduli sekitarnya. "Makanya, jangan asal lapor ke suamiku," seru Amel. Wanita itu pergi ke tempat duduknya lagi kala memukul punggung Shilla. "Kalian sebenernya kenapa sih?" tanya Wulan. Amel menggeleng sebagai jawaban. "Gak ada apa-apa kok, Mah. Biasa kami emang suka begini," seloroh Amel.Sekar menatap besannya yang masih kebingungan."Udahlah, gak usah mikirin mer
Beberapa bulan kemudian ...Besok memasuki empat puluh minggu kehamilan Amel. Wanita itu kini mulai kesulitan berjalan, karena perutnya yang lumayan besar. Karena hamil anak kembar, semua belum mengetahui. Hanya Raffa, Amel dan dokter yang memeriksa perempuan tersebut."Kapan yang anak kita lauching, kok belum ada tanda-tanda ya," ucap Amel sendu.Raffa yang mendengar itu mendekati istrinya di sofa. Kini keduanya tengah di ruang kerja lelaki tersebut. Karena Amel memaksa ikut ke kantor."Sabar aja, kalau udah waktunya mereka bakal meluncur kok, mungkin sekarang belum waktunya. Sabar aja, hplnya juga kan besok. Lagian kalau pas hpl belum lahiran kan itu cuma pekiraan manusia aja, nanti kalau udah waktunya kita bakal ngeliat mereka kok. Sekarang kamu berdoa aja, agar lahiran lancar dan sehat buat kalian," tutur lelaki itu.Amel mengulas senyum mendengar hal itu. Ia mengangguk kepala lalu menyandarkan kepalanya pada bahu sang suami."Mas, aku sekarang gendut. Jangan bosen pandangan aku y
Suasana malam kini sangat ramai, yang biasanya hanya suara Amel dan Raffa. Sekarang banyak orang yang berbicara. Shilla langsung menarik Raffa yang terus disamping istrinya."Gantian lah, Ka! Shilla juga pengen elus perut Amel. Pengen nyapa calon keponakan," seru perempuan itu. Raffa hanya menghela napas, lalu mengangguk. Ia pergi ke dapur untuk menyeduhkan susu Ibu hamil. Wulan yang lewat di sana langsung mendekat dan menepuk pundak anaknya. "Allhamdulilah, kamu jadi suami siaga. Mama bangga sama kamu," tutur Wulan. Lelaki itu menoleh dan mengusap senyum, ia berbalik dan memeluk wanita yang melahirkannya. "Makasih, Mah. Kamu udah melamarkan Amel menjadi istriku, Raffa sangat bahagia," ujar lelaki itu.Wulan mengangguk, wanita itu membalas dekapan anaknya. Lalu menepuk punggung lelaki tersebut, mereka langsung melepaskan pelukkan."Kamu harus kurangi porsi kerjamu, jangan terlalu sibuk. Amel sekarang sangat butuh perhatian dan bantuan kamu, apalagi nanti setelah lahiran," tegur Wu
Amel membulatkan mata, ia hendak menyerang perempuan itu tapi ditahan Raffa. "Udah, Sayang. Gak perlu urusin orang ginian, biar aku saja. Nanti calon anak kita kenapa-napa lagi," kata lelaki itu.Cewek itu terkekeh, ia bersidekap memandang mereka. Dengan lancarnya ia menghina Amel. "Haduh ... ternyata lo simpenan sugar dady ya, wah ... keliatannya aja polos ternyata," ucapannya terhenti kala karyawan lagi menarik lengannya."Diam! Udah lo gak perlu ngebacot lagi bisa gak."Wanita itu hanya memanyunkan bibirnya, ia memandang lawan jenis yang menatap berang. Sedangkan Raffa langsung merogoh saku, dan memperlihatkan pada perempuan tersebut. "Ini bukti kami udah menikah tahun lalu, jadi ucapan lo itu salah!" sinis Raffa.Suara dingin lelaki itu membuat perempuan tersebut bergidik ngeri. Ia bungkam saat disodorkan bukti oleh Raffa, sedangkan Amel tersenyum sinis. "Amit-amit jabang bayi, jangan sampe anak gue miring sama Tante nyebelin ini," kata Amel.Wanita itu melotot mendengar ucapa
Raffa sampai menjauhkan handphone dari kuping. Karena suara Sekar yang menggelegar, Amel melihat hal tersebut hanya meringis. Raffa menghela napas lalu menempelkan benda itu ke telinga kembali."Kami mau berbagi sedikit buat anak panti Bu. Raffa punya omongan soalnya," jelas Raffa.Sekar terdiam beberapa menit, karena ternyata Raffa yang memegang ponsel tersebut. Lelaki itu menegur dan bicara kalau ia tengah menyetir. "Apa ada pertanyaan lagi, Bu. Raffa lagi nyetir soalnya. Palingan kami menginap lusa ya," ucap lelaki itu.Wanita itu menggeleng lalu memukul keningnya sendiri. Karena sadar jika sang menantu tidak bisa melihat gelengannya. "Enggak, Raf. Boleh handphonenya kasih ke Amel. Ibu mau kasih wejangan buat dia," balas Sekar.Pria tersebut langsung memberikan pada istrinya, lalu Amel dan sang Ibu sangat lama berbincang. Bahkan dia mengerucutkan bibir karena banyak sekali pantangan yang diberikan oleh Sekar."Udah jangan cemberut gitu, Ibu ngebilangi gitu karena sayang sama kamu
Kala tersadar dengan ucapan, Amel langsung mendorong sang suami agar menjauh. Sedangkan Raffa terkekeh mendengar hal tersebut, kini lelaki itu menaik turunkan alis. "Apaan sih, Mas! Genit banget deh, aku tadi lagi ngimpi eh pas buka tidur ternyata ikut ngomong gitu. Gak usah geer deh," papar Amel. Raffa hanya mengangguk kepala tanda mengiyakan tetapi, wajahnya masih saja menggoda. Wanita itu jadi salah tinggal dengan tatapan sang suami, ia mengadahkan tangan. "Mana bubur kacang milikku, kan aku tadi nyuruh beliin terus baru bangunin. Berarti Mas udah beliin dong," pinta perempuan tersebut.Dia langsung memberikan bubur kacang tersebut, Amel menerima dengan senyum sumringah. Ia segera mengambil wadah plastik dan sendok, wanita itu menuangkan ke mangkuk. "Ah ... wanginya menggoda," pekiknya. Sang suami mengulas senyuman memandang Amel, ia terus menatap wanita itu. Membuat perempuan tersebut memalingkan wajah karena salah tingkah."Kamu ini kenapa sih! Lihatin aku terus. Mendingan
Lelaki itu menggeleng mendengar ucapan Amel, membuat wanita tersebut mengeryitkan alis bingung."Terus kamu kenapa natap aku sampe segitunya," sungut perempuan itu. Raffa memegang dagu lalu tangannya mengelus-elus jengot pendek."Katamu hamil kebo, kenapa kamu gak mirip kebo. Aku lagi nyari kemiripan itu dari kamu," jawab Raffa. Mata wanita itu melotot mendengar jawaban sang suami, ia langsung melemparkan tas. Beruntung lelaki tersebut tangkap, Amel bersidekap dan mendengkus kesal. "Punya laki gini amat, maksudnya ... ah sudahlah, kamu juga gak bakal ngerti! Aku udah gak mood buat makan," geram Amel. Perempuan tersebut bangkit lalu mendekati suaminya dan merebut tas yang tadi dilempar. Kala hendak pergi, tangan dicekal oleh Raffa."Kamu harus sarapan, ayo cepat duduk!" perintah lelaki itu. Amel menggeleng menolak perintah suaminya. Ia menarik tangan yang digenggam Raffa, dia langsung bersidekap. "Udah gak berselera lagi makan ini, aku mau bubur kacang ijo Mang Mamat," lontar san
Wulan dan Sekar dijemput Shilla, perempuan itu sangat senang saat ngetahui ia akan mempunyai keponakan. Kini hanya tinggal mereka, keduanya berbaring di kasur. Raffa mengusap lembut rambut Amel. "Sayang ... maaf ya, acaranya jadi berantakan gara-gara aku pingsan," tutur perempuan itu. Lelaki itu menggeleng lalu membenarkan posisi tiduran sang istri. Ia kini mendekap wanita tersebut, lalu mendaratkan kecupan di pipi Amel. "Gak papa, mereka nanti pasti paham kok. Udah gak usah pikirin apapun yang buat kamu stress, hayu ... mendingan sekarang tidur," ujar lelaki itu. Dia menuruti ucapan suaminya, ia membenarkan posisi tidur agar berhadapan lelaki itu. Lalu menyusupkan wajah ke dada bidang Raffa. Tak lama suara dengkuran terdengar, membuat Raffa mengulas senyum."Kayanya kamu capek banget ya, Sayang," bisik lelaki itu. "Makasih kamu udah mau jadi istri aku, aku sayang banget sama kamu."Setelah mengatakan demikian, lelaki itu ikut terlelap. Waktu pagi tiba, Amel dengan semangat memba
"Kenapa sekarang gak nyoba di cek, kali aja sesuatu harapan. Yang penting kalian sudah berusaha kan, kalau belum waktunya gak papa, kalian bisa terus berdua dan meminta pada sang maha kuasa," lontar dokter tersebut."Aku bawa nih, aku juga lagi mau nyecek, tapi di telepon Nyonya Wulan jadi ke sini dibawa-bawa deh," lanjutnya. Semua langsung memandang Amel, mereka mengangguk menyakinkan wanita itu. "Ya udah," kata Amel pelan. Mereka langsung tersenyum, dokter itu segera merogoh tespack dan memberikan pada Amel. "Ayo bantu Amel, ke kamar mandi, Raf. Kenapa malah diem aja," cecar Wulan. Mendengar perintah Mamanya, lelaki itu langsung mengangguk. Lalu membantu memapah sang istri menuju bilik mandi. Kala sampai dia disuruh keluar oleh Amel. Dia mengangguk paham dan memegang bahu wanita tersebut terlebih dulu. "Kalau hasilnya negatif gak papa, kok. Jangan sedih, kalau udah waktunya di kasih kok," tutur sang suami. Amel mengangguk kepala, Raffa langsung mengelus sayang puncuk kepala s
"Yang!" Raffa memekik, ia menepuk pipi sang istri. Semua orang sangat terkejut, mereka langsung mengerumi Amel. Wulan melihat menantu seperti ini, ia segera menyuruh Raffa membawa ke kamar dan dia menelepon dokter pribadi. "Makasih, Mah. Raffa bawa Amel ke kamar dulu," ucap lelaki itu gemetar.Lelaki itu sangat ketakutan, dia tergesa-gesa membawa istrinya. Sedangkan Sekar segera menyusul menantu dan anaknya. Kala sampai di pintu kamar, ibu mertua pria tersebut membantu untuk membuka benda tersebut. "Ayo cepat letakan hati-hati di kasur, Raf," perintah Sekar. Raffa mengangguk, ia dengan perlahan membaringkan sang istri ke kasur. Lalu Sekar segera menyelimuti perempuan itu, ia ikut naik ke ranjang dan membelai sayang kening anaknya. "Raf, ada minyak kayu putih gak?" tanya Sekar. Lelaki itu terdiam, lalu mengangguk dan segera mencari benda tersebut. Setelah ketemu, dia memberikan pada Sekar. "Ayo Nak, bangun! Jangan buat kami cemas," ujar wanita itu. Aroma minyak kayu putih, memb