Diana terkejut mendengar bentakan Gala, belum mengeluarkan suara. Ia sudah diomeli oleh pria tersebut, tiba-tiba bola matanya langsung berkaca-kaca. Sedangkan Amel yang lewat lapangan dan melihat hal tersebut, dia segera berlari menarik Diana dalam dekapan. "Lo gila ya bentak cewek! Bahkan suara lo sampe kedengaran ke gue," geram Amel. Gala yang mendengar itu hanya memutarkan bola mata malas. Dia memiringkan kepala menatap sinis Diana, begitupun Amel. Ia sudah tidak menyukai perempuan tersebut, karena diomeli oleh Papanya. "Semenjak main sama lo, kenapa Diana jadi cengeng gini. Dasar!" ejek Gala. Lelaki itu menggibaskan tangannya lalu mulai melakukan kegiatan tadi lagi. Melaksanakan hukuman dari dosen. Peluh bercucuran dari kening, apalagi cuaca sangat teriak."Cowok kaya gitu apa lo masih suka, ayo ikut gue!" geram Amel.Perempuan tersebut meneriak lengan Diana, dia mengajak untuk pergi."Lo suka cowok kasar gitu, kalau gue digituin mah. Udah gue tendang dia," lontar Amel.Diana
Mereka langsung memandang orang yang mencecar. Sedangkan Amel yang mendengar itu menyeringai, ia memiringkan kepala dan menatap sinis perempuan tersebut. Sedangkan Diana melotot dan bangkit, menarik sang teman agar berada di dekatnya."Lo kalau gak tau apa-apa gak usah ikut campur, apalagi nuduh. Emang dia lagi ngebully gue, enggak! Dia berusaha hibur gue," bentak Diana. Sang teman terkejut mendengar bentakan Diana, ia langsung menundukan kepala dan tangannya saling bertautan. Diana yang hendak marah lagi, Amel lekas menghentikan dengan bangkit dari duduk dan memegang bahu Diana. "Jangan gitu, dia cuma solid aja sama lo. Dia cemas dan pengen ngelindungi lo. Mungkin pas gue ketawa dia salah paham," seru Amel. Teman Diana itu langsung memandang Amel dengan tatapan tidak percaya. Lalu setelah istri Raffa mengatakan demikian, dia bergegas pergi meninggalkan mereka berdua. "Tenang aja, sebenarnya Amel baik kok. Jadi lo nggak usah khawatir sama gue," jelas Diana. Diana mengajak temanny
Napas Shilla terengah, ia meluapkan apa yang ada dipikirannya. Amel melihat itu paham, dia langsung menarik sang sahabat sekaligus adik ipar dalam dekapannya."Maaf, maafin gue," bisik Amel pelan. Shilla langsung melepaskan dekapan temannya, ia memandang Amel dengan netra berkaca-kaca. "Gue gak maksud, gue peduli kok sama lo. Sebagai gantinya, gue hari ini bakal nginep di rumah Mama. Kita bakal bergadang bareng," seru Amel.Senyuman mengembang dari bibir Shilla. Perempuan itu menggenggam jemari Amel. Mereka melangkah bersamaan menuju kelas. Sedangkan Raffa, lelaki sedang ketar-ketir karena mendengar kabar adik dan istrinya seperti bertengkar. Lalu ia mengulas senyum kala memandang video mereka tengah bergandengan menuju ruangan."Aku lupa kalau mereka akan selalu cepet berbaikan," ucap lelaki itu.Suami Amel itu kini mulai melakukan pekerjaan setelah memastikan hal tersebut. Shilla sangat cemburuan, bahkan bukan hal pacaran pun ia akan panas hati. "Bos, Bos cewek mesenin ini buat m
"Mampus lo, maen asal ngomong aja. Lihat kayanya gebetan kasar lo denger deh," ledek Amel.Diana langsung mengerucutkan bibirnya. Ia menutup pintu dan menatap sang teman yang masih memandang dia dan memegang pintu. "Kenapa kamu diam aja, ayo masuk! Eh gak papa kan kalian duduk barengan," seru Diana. Shilla dan teman Diana itu saling pandang. Tatapan benci terpancar dari mata keduanya. Melihat hal tersebut, Amel yang berada di dalam berteriak. "Ayo cepat! Nanti keburu ujan, lihat awannya udah mendung tuh," tutur Amel.Semua langsung bergegas masuk mendengar hal itu. Shilla dan teman Diana duduk saling berjauhan, membuat Amel menghela napas."Ayo gas! Eh jangan lupa ke minimarket dulu, gue pengen beli cemilan buat nanti nginep rumah mertua," celetuk Amel.Diana mengangguk paham, lalu kala mencerna ucapan Amel. Ia langsung menoleh melirik wanita di sampingnya. "Eh, terus gue gimana? Kalau lo mau nginep di rumah mertua," seru Diana.Amel memiringkan kepalanya melirik Diana. "Ya ... e
Sedangkan di tempat lain, Raffa merasa aneh dengan isi chat di kontak istrinya. Tetapi, karena sibuk dia tidak mengecek dan memilih langsung menelepon saja. Dering ponsel Amel berbunyi, membuat yang berada di mobil melirik."Suami gue nelepon," kata Amel. Semua langsung mengangguk lalu menggoda wanita itu sebelum mengangkat telepon. "Sayang, aku kayanya pulang agak malam deh. Kerjaan banyak banget soalnya," seru Raffa. Amel mengangguk kepala, apalagi melihat dari kaca. Shilla tengah memperhatikan."Oh ... kalau gitu aku duluan yang ke rumah Mama, aku tunggu di sana. Nanti biar Diana yang anter aku, ada Shilla juga kok," balas wanita itu. Raffa mengeryitkan alis mendengar jawaban Amel. Apalagi ucapan selanjutnya dan bahkan wanita itu mematikan sambungan telepon. "Ya udah, semangat kerjanya. I love you too, hati-hati nanti pulangnya, makasih udah ngizinin aku tidur bareng Shilla," lanjut Amel. Adik iparnya yang mendengar itu langsung memamerkan senyuman yang menampakkan gigi putih
"Terus maksud lo, gue harus bawa ke rumah lo lagi," lontar Diana. Amel menggeleng lagi membuat Diana gemas. Melihat wajah geram Diana, istri Raffa terkekeh. "Bawa ke rumah lo, lo emang libur kerja di rumah gue. Tapi tetep masih harus anter jemput," terang Amel.bDiana mengangguk kepala mendengar hal itu, tak terasa akhirnya mereka sampai di kediaman teman Diana. Perempuan tersebut langsung turun dan membuka pintu."Ayo cepet sini, kenapa kalian diem di mobil," seru perempuan itu. Mereka mengangguk, sedangkan Diana menepuk kening saat mengingat jika ia tidak membeli sesuatu saat di minimarket. Sibuk membawakan belanjaan Amel yang banyak sekali. Melihat riak bingung di wajah Diana, dia mengulas senyum lalu mengambil tiga bingkisan di bagasi."Ini gue tadi beli, kita bawa saling satu ya," ucap Amel. Diana dan Shilla menoleh, ia juga lupa kalau dirinya memilih bingkisan untuk dibawa buat menjenguk Ibu teman Diana. Mendapatkan Amel yang pengertian, perempuan itu berhamburan memeluk ist
Sarah melotot mendengar ucapan Diana. Perempuan itu segera menaruh nampan di meja, lalu menyerang Diana yang mulai berlari. "Jangan lari lo, Na! Gue gak bakal kasih ampun ya," teriak Sarah. Dia terus mengejar temannya, bahkan sampe keluar kamar sang Ibu. Kini hanya Shilla dan Amel berada di sana, adik iparnya pamit keluar untuk menelepon Wulan memberitahu jika Kakak dan Amel akan menginap."Kalian bukan teman Sarah ya? Tapi semoga aja ini awal pertemanan kalian. Sarah susah bergaul, cuma Diana yang bisa bertahan sama dia,"lontar Ibunya Sarah.Amel mengeryitkan alis mendengar lontaran Ibunya Sarah. Lalu mengangguk saat paham akan ucapan wanita itu. "Tante tau dari mana? Kenapa Tante bicara begitu," balas Amel.Wanita itu terkekeh mendengar pertanyaan Amel. Ia memandang lembut pada istri Raffa. "Liat saat kamu nahan cewek tadi, buat nentang tadi saya ucapin," jelasnya.Amel menggaruk kepala, lalu tertawa kecil. "Hehe ... apa begitu ketara ya, Tan. Padahal aku berusaha biasa aja," u
"Assalamualaikum, Yang. Jam tujuh Mas akan pulang," seru lelaki itu Amel mengedipkan mata,saat Raffa menegurnya. Karena ia malah terus diam, sampai lelaki itu geram karena menunggu sampai enam menit. "Yang ... aku bilang aku bakal pulang jam tujuh, kamu sekarang udah di rumah, kan." ulang lelaki itu lagi. Amel mengangguk kepala, lalu menepuk keningnya sendiri karena harusnya ia menjawab. Bukan menggerakan kepala naik turun. Karena lelaki tersebut tidak akan mengetahui. "Iya, Mas. Aku udah di rumah kok. Dan ... bukannya kamu lembur, kok pulang jam tujuh,"balas Amel spontan. Raffa di sana tersenyum sinis, lelaki itu mendaratkan bokong di kursi. Pintu di ketuk dan pria tersebut memerintahkan untuk masuk. Sedangkan Amel mendengar semuanya. "Bos, ini ada yang harus ditanda tangani," seru Siska. Lelaki itu mengangguk, lalu menggerakan tangan gaya mengusir. Siska menggeleng, membuat Raffa menatapnya kesal lalu segera fokus membaca berkas tersebut. Dan lekas
Beberapa bulan kemudian ...Besok memasuki empat puluh minggu kehamilan Amel. Wanita itu kini mulai kesulitan berjalan, karena perutnya yang lumayan besar. Karena hamil anak kembar, semua belum mengetahui. Hanya Raffa, Amel dan dokter yang memeriksa perempuan tersebut."Kapan yang anak kita lauching, kok belum ada tanda-tanda ya," ucap Amel sendu.Raffa yang mendengar itu mendekati istrinya di sofa. Kini keduanya tengah di ruang kerja lelaki tersebut. Karena Amel memaksa ikut ke kantor."Sabar aja, kalau udah waktunya mereka bakal meluncur kok, mungkin sekarang belum waktunya. Sabar aja, hplnya juga kan besok. Lagian kalau pas hpl belum lahiran kan itu cuma pekiraan manusia aja, nanti kalau udah waktunya kita bakal ngeliat mereka kok. Sekarang kamu berdoa aja, agar lahiran lancar dan sehat buat kalian," tutur lelaki itu.Amel mengulas senyum mendengar hal itu. Ia mengangguk kepala lalu menyandarkan kepalanya pada bahu sang suami."Mas, aku sekarang gendut. Jangan bosen pandangan aku y
Suasana malam kini sangat ramai, yang biasanya hanya suara Amel dan Raffa. Sekarang banyak orang yang berbicara. Shilla langsung menarik Raffa yang terus disamping istrinya."Gantian lah, Ka! Shilla juga pengen elus perut Amel. Pengen nyapa calon keponakan," seru perempuan itu. Raffa hanya menghela napas, lalu mengangguk. Ia pergi ke dapur untuk menyeduhkan susu Ibu hamil. Wulan yang lewat di sana langsung mendekat dan menepuk pundak anaknya. "Allhamdulilah, kamu jadi suami siaga. Mama bangga sama kamu," tutur Wulan. Lelaki itu menoleh dan mengusap senyum, ia berbalik dan memeluk wanita yang melahirkannya. "Makasih, Mah. Kamu udah melamarkan Amel menjadi istriku, Raffa sangat bahagia," ujar lelaki itu.Wulan mengangguk, wanita itu membalas dekapan anaknya. Lalu menepuk punggung lelaki tersebut, mereka langsung melepaskan pelukkan."Kamu harus kurangi porsi kerjamu, jangan terlalu sibuk. Amel sekarang sangat butuh perhatian dan bantuan kamu, apalagi nanti setelah lahiran," tegur Wu
Amel membulatkan mata, ia hendak menyerang perempuan itu tapi ditahan Raffa. "Udah, Sayang. Gak perlu urusin orang ginian, biar aku saja. Nanti calon anak kita kenapa-napa lagi," kata lelaki itu.Cewek itu terkekeh, ia bersidekap memandang mereka. Dengan lancarnya ia menghina Amel. "Haduh ... ternyata lo simpenan sugar dady ya, wah ... keliatannya aja polos ternyata," ucapannya terhenti kala karyawan lagi menarik lengannya."Diam! Udah lo gak perlu ngebacot lagi bisa gak."Wanita itu hanya memanyunkan bibirnya, ia memandang lawan jenis yang menatap berang. Sedangkan Raffa langsung merogoh saku, dan memperlihatkan pada perempuan tersebut. "Ini bukti kami udah menikah tahun lalu, jadi ucapan lo itu salah!" sinis Raffa.Suara dingin lelaki itu membuat perempuan tersebut bergidik ngeri. Ia bungkam saat disodorkan bukti oleh Raffa, sedangkan Amel tersenyum sinis. "Amit-amit jabang bayi, jangan sampe anak gue miring sama Tante nyebelin ini," kata Amel.Wanita itu melotot mendengar ucapa
Raffa sampai menjauhkan handphone dari kuping. Karena suara Sekar yang menggelegar, Amel melihat hal tersebut hanya meringis. Raffa menghela napas lalu menempelkan benda itu ke telinga kembali."Kami mau berbagi sedikit buat anak panti Bu. Raffa punya omongan soalnya," jelas Raffa.Sekar terdiam beberapa menit, karena ternyata Raffa yang memegang ponsel tersebut. Lelaki itu menegur dan bicara kalau ia tengah menyetir. "Apa ada pertanyaan lagi, Bu. Raffa lagi nyetir soalnya. Palingan kami menginap lusa ya," ucap lelaki itu.Wanita itu menggeleng lalu memukul keningnya sendiri. Karena sadar jika sang menantu tidak bisa melihat gelengannya. "Enggak, Raf. Boleh handphonenya kasih ke Amel. Ibu mau kasih wejangan buat dia," balas Sekar.Pria tersebut langsung memberikan pada istrinya, lalu Amel dan sang Ibu sangat lama berbincang. Bahkan dia mengerucutkan bibir karena banyak sekali pantangan yang diberikan oleh Sekar."Udah jangan cemberut gitu, Ibu ngebilangi gitu karena sayang sama kamu
Kala tersadar dengan ucapan, Amel langsung mendorong sang suami agar menjauh. Sedangkan Raffa terkekeh mendengar hal tersebut, kini lelaki itu menaik turunkan alis. "Apaan sih, Mas! Genit banget deh, aku tadi lagi ngimpi eh pas buka tidur ternyata ikut ngomong gitu. Gak usah geer deh," papar Amel. Raffa hanya mengangguk kepala tanda mengiyakan tetapi, wajahnya masih saja menggoda. Wanita itu jadi salah tinggal dengan tatapan sang suami, ia mengadahkan tangan. "Mana bubur kacang milikku, kan aku tadi nyuruh beliin terus baru bangunin. Berarti Mas udah beliin dong," pinta perempuan tersebut.Dia langsung memberikan bubur kacang tersebut, Amel menerima dengan senyum sumringah. Ia segera mengambil wadah plastik dan sendok, wanita itu menuangkan ke mangkuk. "Ah ... wanginya menggoda," pekiknya. Sang suami mengulas senyuman memandang Amel, ia terus menatap wanita itu. Membuat perempuan tersebut memalingkan wajah karena salah tingkah."Kamu ini kenapa sih! Lihatin aku terus. Mendingan
Lelaki itu menggeleng mendengar ucapan Amel, membuat wanita tersebut mengeryitkan alis bingung."Terus kamu kenapa natap aku sampe segitunya," sungut perempuan itu. Raffa memegang dagu lalu tangannya mengelus-elus jengot pendek."Katamu hamil kebo, kenapa kamu gak mirip kebo. Aku lagi nyari kemiripan itu dari kamu," jawab Raffa. Mata wanita itu melotot mendengar jawaban sang suami, ia langsung melemparkan tas. Beruntung lelaki tersebut tangkap, Amel bersidekap dan mendengkus kesal. "Punya laki gini amat, maksudnya ... ah sudahlah, kamu juga gak bakal ngerti! Aku udah gak mood buat makan," geram Amel. Perempuan tersebut bangkit lalu mendekati suaminya dan merebut tas yang tadi dilempar. Kala hendak pergi, tangan dicekal oleh Raffa."Kamu harus sarapan, ayo cepat duduk!" perintah lelaki itu. Amel menggeleng menolak perintah suaminya. Ia menarik tangan yang digenggam Raffa, dia langsung bersidekap. "Udah gak berselera lagi makan ini, aku mau bubur kacang ijo Mang Mamat," lontar san
Wulan dan Sekar dijemput Shilla, perempuan itu sangat senang saat ngetahui ia akan mempunyai keponakan. Kini hanya tinggal mereka, keduanya berbaring di kasur. Raffa mengusap lembut rambut Amel. "Sayang ... maaf ya, acaranya jadi berantakan gara-gara aku pingsan," tutur perempuan itu. Lelaki itu menggeleng lalu membenarkan posisi tiduran sang istri. Ia kini mendekap wanita tersebut, lalu mendaratkan kecupan di pipi Amel. "Gak papa, mereka nanti pasti paham kok. Udah gak usah pikirin apapun yang buat kamu stress, hayu ... mendingan sekarang tidur," ujar lelaki itu. Dia menuruti ucapan suaminya, ia membenarkan posisi tidur agar berhadapan lelaki itu. Lalu menyusupkan wajah ke dada bidang Raffa. Tak lama suara dengkuran terdengar, membuat Raffa mengulas senyum."Kayanya kamu capek banget ya, Sayang," bisik lelaki itu. "Makasih kamu udah mau jadi istri aku, aku sayang banget sama kamu."Setelah mengatakan demikian, lelaki itu ikut terlelap. Waktu pagi tiba, Amel dengan semangat memba
"Kenapa sekarang gak nyoba di cek, kali aja sesuatu harapan. Yang penting kalian sudah berusaha kan, kalau belum waktunya gak papa, kalian bisa terus berdua dan meminta pada sang maha kuasa," lontar dokter tersebut."Aku bawa nih, aku juga lagi mau nyecek, tapi di telepon Nyonya Wulan jadi ke sini dibawa-bawa deh," lanjutnya. Semua langsung memandang Amel, mereka mengangguk menyakinkan wanita itu. "Ya udah," kata Amel pelan. Mereka langsung tersenyum, dokter itu segera merogoh tespack dan memberikan pada Amel. "Ayo bantu Amel, ke kamar mandi, Raf. Kenapa malah diem aja," cecar Wulan. Mendengar perintah Mamanya, lelaki itu langsung mengangguk. Lalu membantu memapah sang istri menuju bilik mandi. Kala sampai dia disuruh keluar oleh Amel. Dia mengangguk paham dan memegang bahu wanita tersebut terlebih dulu. "Kalau hasilnya negatif gak papa, kok. Jangan sedih, kalau udah waktunya di kasih kok," tutur sang suami. Amel mengangguk kepala, Raffa langsung mengelus sayang puncuk kepala s
"Yang!" Raffa memekik, ia menepuk pipi sang istri. Semua orang sangat terkejut, mereka langsung mengerumi Amel. Wulan melihat menantu seperti ini, ia segera menyuruh Raffa membawa ke kamar dan dia menelepon dokter pribadi. "Makasih, Mah. Raffa bawa Amel ke kamar dulu," ucap lelaki itu gemetar.Lelaki itu sangat ketakutan, dia tergesa-gesa membawa istrinya. Sedangkan Sekar segera menyusul menantu dan anaknya. Kala sampai di pintu kamar, ibu mertua pria tersebut membantu untuk membuka benda tersebut. "Ayo cepat letakan hati-hati di kasur, Raf," perintah Sekar. Raffa mengangguk, ia dengan perlahan membaringkan sang istri ke kasur. Lalu Sekar segera menyelimuti perempuan itu, ia ikut naik ke ranjang dan membelai sayang kening anaknya. "Raf, ada minyak kayu putih gak?" tanya Sekar. Lelaki itu terdiam, lalu mengangguk dan segera mencari benda tersebut. Setelah ketemu, dia memberikan pada Sekar. "Ayo Nak, bangun! Jangan buat kami cemas," ujar wanita itu. Aroma minyak kayu putih, memb