"Sabar, Bu. Pak Bayu sudah di tangani. Ibu tidak perlu khawatir." Perawat tersebut maklum pada kondisi mental seorang istri yang demikian panik karena suaminya terkena musibah. Apalagi, berita yang dia dengar sangat parah.
Eliana sudah sampai di depan ruangan Bayu yang ada di dalam ruang bedah. Beberapa luka sobek harus di jahit, agar tidak menganga.
“Mari, Bu. Anda boleh masuk dan menemani suami anda.” Dia tidak melihat siapapun di ruangan itu, selain para tim medis. Eliana mencari orang yang telah menyelamatkan suaminya. Tapi,hanya ruang hampa. Tidak dapat dia menemukan orang itu.
“Ibu, apakah sudah menemukan darah AB?” tanya seorang suster.
“Saya akan mencarinya, Sus.” Eliana menghubungi semua rekannya. Belum juga menemukan darah AB. Kabar Bayu sakit sampai juga di telinga Miranda. Dia akan menggunakan kesempatan ini untuk menarik perhatian Bayu lagi. Namun sayangnya,Stefan saat ini menempel t
Tidak berapa lama, ada seorang laki-laki paruh baya dan perempuan datang menyambangi.“Kamu siapa?” tanya wanita itu.“Saya sahabat Eliana, Nyonya. Saya Irwan.” Irwan menangkupkan kedua tangannya memberikan hormat pada Mamanya Eliana. Sedangkan Eliana, baru saja tersadar dari tidurnya. Dia mengerjapkan matanya, kemudian menoleh ke arah mama dan papanya yang baru datang.“Ma ....” Eliana berlari ke arah mamanya dia menangis dipelukan mamanya.“Kenapa, Sayang? Dia siapa?”“Dia temanku, Ma. Dia yang mendonorkan darah untuk mas Bayu.” Eliana menghapus jejak air matanya.“Oh, terima kasih, sudah menyelamatkan mantuku.” Agung menyalami Irwan. Irwan menambatkan senyum, untuk menyambut tangan Agung mertua Bayu. Lelaki itu mengucapkan banyak terima kasih kepada pemuda itu. Irwan merasa, kebahagiaan Eliana begitu lengkap. Sea
Note : Maaf ya reader, baru bisa up. Semoga suka hari ini. Happy reading!Wanita itu ikut ambulance ke rumah sakit. Sedangkan salah satu petugas, membawa motornya dari belakang. Dalam perjalanan ke rumah sakit, wanita itu terlihat menelpon seseorang.“Halo, Kak Eli. Nilam terlambat sampai rumah sakit. Aku nolongin orang yang kecelakaan tadi.” Rupanya, Nilam adalah adik Bayu . Dia dihubungi Eliana kalau kakanya mengalami kecelakaan. Akan tetapi, dia tidak diperkenankan untuk bilang kepada ibunya Bayu. Bisa gawat, jika ibunya tahu kondisi Bayu. Nilam kuliah di Jakarta juga. Hanya beda lokasi saja.“Oh, iya. Mas Bayu sudah ditangani. Sudah mendapatkan donor juga. Tadi, aku menghubungi kamu secepatnya, karena sudah bingung cari darah bergolongan AB.” Eliana sudah lebih santai dalam berbicara, karena Bayu sudah melewati masa kritis.“Baiklah, kalau begitu, Kak.” Nilam memutuskan samb
“Silakan, Nona. Anda tidak perlu khawatir. Dokter Irwan adalah salah satu dokter di rumahs akit ini. jadi, kami akan berusaha semampu kami.” Nilam menganggukkan kepala. Kemudian, dia melangkah untuk pulang. Sebelum benar-benar pergi, dia menengok Irwan terlebih dahulu. Nilam tersnyum. Lelaki itu memang misterius. Walau dengan mata terpejam, bisa menghipnotisnya. Tapi, sayangnya dia tidak mungkin mengenal lebih jauh. Ini hanya pertemuan kebetulan saja.Nilam berbalik dan menuju ke ruang sekretariat untuk meminta kunci motornya. Setelah kunci motor dia dapat, maka Nilam melajukan motornya ke rumah sakit, yang sudah di berikathukan Eliana kaka iparnya, temtat Bayu dirawat. Nilam senyum-senyum sendiri, membayangkan dokter tampan itu. Ini hal yang sangat aneh. Akan tetapi, tentu sangat mendebarkan juga. Irwan memang memiliki semua yang disukai wanita. Namun, Nilam berbeda. Dia wanita tomboy yang memiliki selera berbeda dari wanita pada umumnya. Dia suka c
Bayu sudah siuman. Nilam mengajak kakanya tersebut bicara. Nilam sedikiit mengajaknya bercanda agar tidak diliputi dengan ketegangan. Terlihat alat pernapasan juga sudah dilepas dari tubuh Bayu.“Mas, kamu itu mau sok sakti atau bagaimana? Sebenernya apa yang terjadi?” Bayu melirik ke arah adiknya tersebut.“Sok sakti bagaimana? La wong aku juga tidak menyangka jika akan jadi korban. Kerjaanku ‘kan di Jalan Nilam.” Bayu memperbaiki posisi tdurnya dibantu oleh Eliana.“Jantungku terasa ada di ujung mau lepas tau?” Nilam mengubah posisi duduknya lebih dekat dengan Bayu.“Baru mau ‘kan? Belum beneran lepas?” Bayu membalas celoteh adiknya.“Ye, metong dong kalau lepas beneran?” Mereka bercanda hingga malam semakin larut dan suster jaga memperingatkan agar pasien istirahat. Eliana dan Niam kelauar dari ruangan Bay
Esok hari sudah menjelang. Pagi-pagi sekali Eliana sudah mengelap tubuh Bayu. Sambil melakukannya, Eliana berpamitan untuk menjenguk Irwan. Bayu mengijinkannya. Eliana memeluknya sambil mengucapkan terima kasih.“Hutang satu, ya?” Bayu mengedipkan mata.“Kok hutang?” Eliana tidak mengerti yang dimaksud Bayu.“Aku minta bayaran untuk ijinku hari ini.” Eliana belum juga mengerti yang diinginkan suaminya.“Kalau aku sudah sembuh, kamu harus memberikanku service terbaikmu. Aku merindukanmu di ranjang, Sayang.” Eliana membelalakan matanya mendengar kata suaminya. Dia mencubit lengan suaminya tersebut.“Dasar mesum! Aku juga merindukanmu. Mungkin besok kita pulang semoga .... “ Eliana menjeda kaliamatnya.‘Semoga apa?” Bayu memegang kedua pipi Eliana dengan kedua tangannya.
Eliana bertemu dengan Nilam diintu masuk. Kepergiannya mengundang tanya Nilam hingga seutas tanya dilontarkan oleh Nilam kepadanya.“Kak Eli mau pulang?” tanya Nilam.“Aku mau menjenguk sahabatku. Katanya kecelakaan.”“Aku mengenalnya? Pingin kenal juga dong?” Nilam seperti tertarik untuk mengenal seseorang yang akan ditemui Eliana.“Boleh! Lagi pula paling cuma sebentar. Kamu nggak kuliah?” Eliana balik bertanya.“Aku sduah habis kelas. Tinggal buat skripsi saja. Satailah sejenak.” Eliana mengangguk. Kali ini, dia bersama dengan Nilam menemui Irwan. Setidaknya, ada teman saat bertemu dengan Irwan tidak beduaan. Sebab, walau pun sudah mendapat ijin dari suaminya, bisa saja fitnah timbul dari pertemuan itu. Sebab Irwan adalah cinta pertama Eliana.Wanita itu mengendarai mobil mewahnya dengan sangat ha
Irwan melongok untuk melihat rupa Nilam yang berada di belakang Eliana tereksan bersembunyi. Memang benar, wanita dua puluh satu tahun itu bersembunyi karena malu.“Aku tidak bisa melihat kecantikannya, Eli. Dia bersembunyi di belakangku. Selain cantik, dia juga baik. Jika tidak ada dia yang menolongku mungkin aku sudah tidak selamat. Nona, jangan malu! Kau tidak mau kenala denganku?” Irwan mencoba mulai menggodanya. Nilam yang memang sudah ada rasa dengan irwan menjadi terlihat salah tingkah.“Benarkah? Mungkin kalian memang jodoh. Sepertinya aku akan jadi obat nyamuk di sini. Wan, kau baik-baik saja ‘kan?” Eliana mulai serius menanyakan keadaan Irwan.“Lebih baik dari sebelumnya. Apalagi, kau datang membawa bidadari cantik.” Irwan menggeser duduknya supaya Nilam duduk di sebelahnya.“Wow, apa itu bentuk dari rasa suka? Kau menyukai adikku?” Eliana yang sudah mengenal Irwan lebih berani menanyakannya.
Eliana meninggalkan Nilam sendiri di rumah sakit bersama Irwan. Dia kembali ke rumah sakit tempat suaminya dirawat. Setelah memarkirkan mobilnya, wanita itu latas ke ruangan suaminya. Dia menenteng beberapa buah dan makanan yang dibelinya.“Sayang, sudah lapar belum?” Satu kecupan mendarat di bibir Bayu.“Yang lapar bawah sana. Pulang yuk!” Eliana mencubit lengan Bayu sebagai gantinya perut. Biasanya perut sixpack Bayu yang menjadi incaran cubitannya.“Ih, kebiasaan deh.” Bayu meneruskan ciumannya dengan memegang tengkuk sang istri dan melumat habis bibir seksi itu. Mereka melakukannya beberapa menit. Sampai petugas pembawa makanan melongo menyaksikan live konser ciuman begairah mereka.“Maaf.” Suara itu menghentikan aksi mereka.“Oh, taruh saja, Mbak.” Eliana menoleh dan mengatakan kepada wanita itu.“Ih, kamu si. Kita akan pulang setelah ketemu dokter. Tahan ya? Emang sudah
“Lihatlah Davin melongo,” bisik Rania. Apa ada yang salah? Apakah dia tahu jika belakang gaun ini terdapat banyak peneliti aku tiba-tiba tidak percaya diri.POV Davin“Ada apa?” tanyaku. Penasaran masih juga menggerayangi jiwaku. Aku tahu kekasihku itu hanya meggodaku. Ia memang membuat aku sangat gemas kepadanya. “Dilarang bertanya,” katanya. “Biar aku yang menyetir. Matamu begitu merah, kamu boleh tidur,” ucapnya. Aku tahu ia adalah kekasihku yang super pengertian. Jika tidak begitu, mana mungkin aku tergila-gila padanya. Biar aku lihat lagi, ada apa sebenarnya di matanya? Ia selalu membuatku tidak dapat berpaling darinya.“Tidak,” ucapku. Aku laki-laki, kalau hanya bertahan sebenatar sampai kantor, masa tidak bisa? Ah, Dia keras kepala. Punggungku didorong ke arah kursi penumpang di samping kemudi. Setelah itu ia segera berlari memutar untuk masuk ke ruang kemudi.“Hari ini aku yang akan menjadi sopirmu. Itu kejutan pertamanya.” Ia tersenyum sambil mengenakan sabuk pengaman. Bib
“Maafkan aku, Cinta. Ini yang aku takutkan. Aku lelaki dewasa dan membutuhkan ini.” Aku kembali membungkus tubuhnya dengan selimut walau sejujurnya aku ingin melanjutkan. “Kuharap kamu mengerti. Tolong ….” Aku pergi meninggalkannya yang meringkuk di dalam selimut.***Meyyis***POV Shasha Jam dinding berbentuk kepala kelinci sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi aku segera bersih-bersih untuk melaksanakan salat malam yang tinggal beberapa menit lagi waktunya, menuju ke subuh. Setelah salat malam dan sedikit dzikir mulai terdengar suara azan. Aku melaksanakan salat dua rakaat dan keluar dari kamar untuk sekedar olahraga pagi. Davin sudah siap di taman belakang, melakukan pemanasan tanpa banyak bicara. Aku menyusulnya dan melakukan pemanasan juga. “Mau cobain kita jogging di trek taman depan?” tanyanya.“Yuk, aku ingin membeli sarapan,” ucapku.“Pingin sarapan apa?” tanyanya. “Bubur ayam di tepian itu sepertinya enak.” Davin mengangguk.“Baiklah, sebentar aku ambil dompet dulu.” Lelakiku
“Kamu sangat … please jangan seperti ini. Aku bisa mati penasaran.” Aku menggoyangkan telunjukku tanda memberinya kode bahwa dia tidak akan mendapatkan jawabannya sekarang. Ia terlihat kesal, akan tetapi menurut. Sebenarnya, aku sedikit merasa kasihan tetapi juga merasa senang, bisa sekali-kali ngerjain dia.***Meyyis***POV DAVINSetelah pesta usai, kami tentu pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Sasha membuatku jengkel. Apa ia sudah tidak cinta lagi? sepertinya berubah, hal itu menjadi sering uring-uringan karena takut kehilangan dia. Leboh baik aku menghindar saja, biar ia merasa. Kalau tidak merasa juga, berarti memang sudah tidak mencintaiku. Apakah ada orang lain? Tidak mungkin … ia mencintaiku. Aku menghempaskan pikiran jahat yang menguasaiku.Dia memegang tangan, aku tahu itu trik untuk mengelabuhi, lebih baik aku menghempaskan tangannya saja. Tapi aku rindu memeluk tubuhnya, harum tubuhnya terutama bibirnya yang membuatku mabuk
“Kamu mau mengatakannya atau mendapatkan hukuman dariku.” Davin akan menciumku kembali, akan tetapi aku dorong. “Tidak malam ini. Aku tidak akan mengalah padamu. Kalau kamu memberi hukuman, berarti tidak akan aku beritahu apa yang aku persiapkan.” Aku tahu ia sangat kesal. Biarkan saja.***Meyyis***POV Shasha“Kamu memang benar-benar,” tutur Davin. Ia merasa sangat kesal dengan sang keksih, tapi juga gemas.“Oke, kali ini kamu harus kalah, dan harus mengalah aku ….” Kedua lengaku, lepas dari leher Davin, dan berhasil kabur darinya. “Biarkan saja ia kesal. Makanya jadi orang jangan suka ngambil kesimpulan cepat.” Aku menutup pintu kamar dan menguncinya. Suara tutukan sepatu terdengar menjauh dari kamarku. Aku yakin lelakiku itu akan berpikir sepanjang malam dan tidak bisa tidur. Biarkan saja, aku sangat suka menggodanya seperti itu.Esok hari, telah tiba sebelum ayam berkokok. Davin sudah mengetuk pintu kamarku. Aku yang baru saja bangun tidur bahkan belum sempat mencuci wajah, m
Tepuk tangan menggema di taman itu. Setelah sesi tukar cincin, maka selanjutnya mereka berjalan turun dari pelaminan untuk menemui tamu. Aku sudah siap dengan keranjang kalau mawar untuk ditaburi sepanjang jalan. Sampai di ujung karpet, Elsa melempar buket bunga. Kami berdesakan agar mendapatkan buket itu.***Meyyis***POV ShashaSetelah pesta berlangsung aku dan Davin pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Davin menjadi sering uring-uringan. Aku tidak tahu kenapa? Bahkan hari ini dia dua kali marah. Davin memang berbeda dengan orang lain, dia kalau marah lebih suka diam. Ditanya diam dan menghindar. Aku mengingat-ingat salah apa hari ini, tetapi tidak juga menemukan kesalahanku. Kami sudah memasuki mobil untuk pulang ke rumah. Aku bermaksud untuk mengajaknya bicara sekarang, karena kami dalam wilayah santai sehingga akan sangat mudah berbicara dengannya.Aku memegang tangannya, akan tetapi Davin menghempaskan tanganku. Aku memilih untuk t
Aku tahu papa juga terharu melihat putri pertamanya sudah melangkah ke jenjang selanjutnya. Meskipun Papa menginginkan ini, aku yakin sebagai seorang ayah lelaki itu merasa dirampok ketika putrinya akan dinikahi oleh lelaki mana pun. Bisa dibilang, hati dan cintanya akan direbut oleh lelaki lain walaupun dalam konotasi yang berbeda.***Meyyis***POV ShashaPapa adalah orang Jawa tulen. Meskipun sekarang berada di Singapura, ia menghendaki suara gamelan, alih-alih lagu romantic. Maka saat Elsa keluar, walaupun menggunakan gaun bertema internasional, akan tetapi suara gamelan mulai terdengar. Hatiku ikut merasa tersenyum mendengar suara music pentatonic itu. Betapa indahnya, sebuah musik yang menjadi ciri khas Nusantara tersebut yang telah mengakar pada budaya kita.Aku menjadi pengiring pengantin mengikuti langkah pengantin dari belakang. Setelah sampai ke pelaminan, Papa menyerahkan tangan pada Arya yang sudah berdiri di atas pelaminan dengan jas putih yang menawan. Rambutnya tertata
“Aku bawa ke rumah Davin. Di rumahnya akan banyak kesedihan jika ia melihat kamar mama.” Aku tahu karena kekasihku itu sudah bicara sebelumnya. Aku tersenyum dengan interaksi kedua orang itu. Setelah mengetahui yang dibicarakan Arya, aku memilih hengkang dari tempatku mengintip.***Meyyis***POV ShashaIni adalah pernikahan yang diimpikan oleh Elsa setelah banyak rintangan dengan Arya. Hari ini saatnya kedua sejoli itu melangkah ke jenjang selanjutnya, mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Bunga-bunga bernuansa putih sudah menghiasi nuansa taman golf tersebut.Pernikahannya dilakukan di Singapura karena mama dan papa berada di sini. Wanita yang menjadi kakakku dari ibu yang berbeda itu, kini sudah mengenakan gaun putih dengan hiasan kepala yang menjuntai. Dia sangat cantik dan menawan. Lekuk tubuhnya yang indah, tinggi badannya yang menjulang dan semampai membuatnya bak model.“Kak, kamu sangat cantik.” Aku memandang lekat ke mata indah kakakku itu. “Benarkah? Aku masih tidak
Aku ke dapur untuk membuat yang kupikirkan itu. Setelah dua sendok sereal masuk ke gelas, dua sendok susu coklat masuk juga. Air panas segera meluncur untuk menyatukan keduanya. Aroma khas coklat semakin memperparah rasa laparku. Aku mulai meniup makanan itu, menyendoknya mengarahkan ke mulut. Hmmm … ini lebih nikmat. Sesuap demi suap makanan itu tandas meluncur ke perutku. Ini lebih dari cukup.***Meyyis***POV DAVINTeleponku berbunyi. Aku tersenyum saat di layar terlihat Sayangku memanggil. Langsung saja tombol terima aku usap.“Iya, Sayang.” Sapaan terakhir tidak akan pernah lupa agar wanitaku itu merasakan bahwa aku memang sangat menggilainya.“Bagaimana korbannya?” tanyanya. Aku tahu, hanya alasan saja bertanya tentang korban kecelakaan yang sedang kami urus. Akan tetapi aku paham bahwa sebenarnya ia sangat ingin bersamaku.“Kamu kangen sama aku?” Langsung saja aku tembak dengan perkataan begitu agar ia makin berbunga-bunga. Aku yakin saat ini perutnya penuh dengan taman bunga y
“Aku melihat korban penuh darah, Sha. Bagaimana keadaannya. Ia kasihan banget. Seandainya kita satu mobil saat itu, Arya akan lebih tenang memandangku. Aku yang salah.” Aku ingin tertawa rasanya. Bagaimana bisa Arya menyetir sambil memandang Elsa. Pantas saja kecelakaan.***Meyyis***POV Shasha“Kamu kok malah ketawa?” Elsa menghapus air matanya.“Maaf … aku tertawa karena itu lucu, Kak. Arya benar-benar mencintaimu. Aku akan cari tahu untukmu bagaimana keadaan dari korban.” Aku mengelus pundak Elsa. Setelahnya, menelepon Davin untuk mengetahui keadaan sang korban.“Iya, Sayang.” Suara Davin memang selalu bikin baper.“Bagaimana korbannya?” tanyaku.“Kamu kangen sama aku?” ‘Kan? Dia memang selalu begitu. Tapi … sebenarnya kangen juga, sih?“Jangan mengalihkan perhatian. Bagaimana keadaannya. Elsa masih ketakutan.” Davin terdengar tertawa sedikit.“Dia sudah ditangani. Bilang sama kakakmu tenang saja. Arya sedang diintrogasi. Tim legal dari kantornya juga sudah datang untuk membebaska