Seorang wanita sanggup menyembunyikan segala perasaan dalam hatinya selama bertahun-tahun bahkan menutupi segala aib orang yang dicintainya. Tapi, seorang wanita juga tidak mampu menyembunyikan rasa cemburunya walau hanya sesaat. Ada perasaan takut kehilangan orang yang sangat berarti dalam hidupnya membuatnya sedih dan kecewa.
Seperti itulah yang dirasakan Keira. Dia berpura-pura tersenyum di depan Dean meskipun hanya untuk menutupi rasa kecemburuan juga sedihnya. Bagaimana dia tidak sedih jika orang yang dicintainya memuji wanita lain dihadapannya.Tibalah mereka ke sebuah perumahan mewah yang model rumah tingkat dua dengan warna putih bercampur tosca. Keira jadi penasaran mereka mau ke rumah siapa? Seperti apa bentuk wanita yang begitu membuat Dean memuja-mujinya.“Sayang, ayo turun,” ajak Dean dengan semangat.“Hmm, haruskah aku turun? Aku ga enak nanti mengganggu waktumu dan wanita spesial itu,” ucap Keira masih dengan berpura-Dean menjadi semakin emosi mendengar Yudika menjelek - jelekan Keira lalu melayangkan tinjunya lagi di hidung Yudika membuat cairan kental berwarna merah keluar dari hidung adik iparnya tersebut. "Aduuh Kak. Ampun Kak, maafkan aku. Tolong Kak lebih baik kita bicarakan ini dengan baik - baik," ujar Yudika ketakutan. Dean menatapnya dengan tajam. Jika bukan karena Yudika suami Garcia dia pasti sudah menghajar Yudika lebih parah dari pada ini. Dia menguasai beladiri untuk pertahanan dirinya, hidup sendirian di negeri orang jika tidak memiliki ilmu beladiri taekwondo bisa berbahaya untuk dirinya sendiri. "Baiklah tapi harus tahu hal sebenarnya bukan hanya fitnah." "Baik Kak." Dean dan Yudika berbicara berdua dengan keadaan lebih tenang. Yudikan tidak berani melihat ke arah Dean, hidungnya berdarah dia sumpal dengan tisu. Saat melihat keadaan Yudika sebenarnya Dean ingin tertawa geli. Hidung Yudika yang
Garcia, Keira, dan Yudika terkejut mendengar suara Dean yang berteriak marah membuat Josh yang berada dalam gendongan Garcia menangis. Dean menarik napasnya berusaha untuk mengontrol emosinya sendiri. Dia tidak ingin lepas kendali di depan istri dan adiknya apa lagi ada Josh keponakannya.“Kita pulang.” Dean menarik tangan Keira.Keira menjadi tidak enak sendiri pada Garcia dan Yudika apa lagi Josh menangis kencang ketakutan.“Sayang jangan begitu,” ucap Keira perlahan.“Aku ga mau berlama-lama di rumah orang yang tidak menghargai istriku,” ujar Dean yang masih emosi.“Kakak tolong jangan pergi saat marah begini,” ujar Garcia.“Karena aku marah sebaiknya aku pergi dari pada di sini semakin memperburuk masalah yang ada.”Keira memberi kode pada Garcia dan Yudika agar tidak lagi membujuk Dean.“Yaa sudah kita pulang saja Sayang,” ujar Keira menuruti permintaan Dean.Keira dan
Pernikahan adalah sebuah ikatan atas kesepakatan antara dua insan untuk menjalani kehidupan bersama. Keduanya berkomitmen bersama untuk saling bahu membahu mewujudkan tujuan hidup, memenuhi kebutuhan asasi manusia, serta menyempurnakan kebahagiaan hidup dalam bingkai rumah tangga.Menjaga kehormatan dan harga diri istri merupakan tanggung jawab suami. Jika wanita yang dicintai dihina bahkan direndahkan oleh orang lain atas dasar sebuah fitnah sudah seharusnya suami menjadi orang pertama yang akan menjadi pelindung dan membela harta martabat sang istri.Begitulah yang dirasakan Dean. Dia sangat marah atas apa yang telah dikatakan oleh Cristo. Segala fitnah dan kata-kata tidak pantas diucapkan oleh pria yang tidak bertanggung jawab. Tibalah mereka di club malam yang dimaksud oleh Yudika.“Kak itu club malamnya,” ujar Yudika saat mereka tiba di daerah Jakarta barat.“Aku parkir mobil dan kita masuk ke dalam,” ucap Dean dengan tegas.
Dean kembali ke rumahnya dia yakin Keira sudah menunggunya pulang. Ada perasaan khawatir kalau Keira tahu dia habis menghajar Cristo. Bagi Dean urusan pria harus pria lah yang mengurusnya dan jangan sampai wanita mengetahuinya.Sesampainya di rumah Dean mencari Keira ke dalam kamar, tapi istrinya tidak ada di sana.“Keira ke mana ya?” tanya Dean pada dirinya sendiri.“Apa lagi di belakang yaa.” Dean mencari Keira ke belakang rumah.Dan benar dugaan Dean benar Keira memang berada di belakang rumah bersama Rudi. Dia melihat Keira sedang berbicara berdua dengan Ayahnya. Dia jadi penasaran apa yang dibicarakan Keira dan Rudi lalu berdiri dibalik jendela berusaha untuk mencuri dengar pembicaraan menantu dan mertua.“Terima kasih Keira berkat kamu si Dean menjadi pria yang lebih baik dan bertanggung jawab,” ujar Rudi.“Yaa ampun Ayah. Aku tidak melakukan apapun pada Dean. Pasti dari diri Dean sendiri yang juga mau b
Dengan perlahan Keira membuka pintu kamar lalu berjalan berjinjit menuju ranjang yang ternyata Dean sembunyi dibalik selimut persis yang dikatakan Rudi. Ingin sekali dia tertawa dengan kelakuan suaminya, tapi dia harus menahan gelak tawanya demi menakut-nakuti Dean.“Deeaaaannnn…” Keira berpura-pura memanggil Dean dengan suara yang dibesarkannya seperti orang yang menghantui.“Pergi! Pergilah se.tan yang terkutuk atau aku akan berdoa untuk mengusirmu,” teriak Dean dengan ketakutan.Keira menutup mulutnya. Dia harus tahan dari godaan setan yang seakan menggelitik pinggangnya. Mata Keira terpanah saat melihat selimut yang digunakan Dean bergetar. Dia yakin di dalam selimut suaminya yang terlihat berani pasti meringkuk ketakutan dan gemetaran.“Tolong aku Deaaannnn.” Keira kembali bersuara menakut-nakuti Dean.“Pergilah! Pergi.” Dean berteriak makin kencang.Keira tidak bisa lagi menahan tawanya, dia tertawa terb
3 bulan kemudianTanpa terasa waktu terus berlalu sudah terlewati 3 bulan mereka berumah tangga, tapi Dean merasa resah dan gelisah sendiri. Tinggal 3 hari lagi masa cutinya telah usai dan harus segera kembali ke Miami, Florida. Dia ingin memberitahukan pada Keira tentang rencananya membawa Keira ke tempatnya bekerja. Dean pun berjalan mendekati Keira yang sedang berada di dapur. Istrinya terlihat begitu lihai memainkan pisau dapur memotong - motong cabai sambil bersenandung. “Kei …” panggil Dean. “Iya Sayang,” jawab Keira yang masih fokus dengan pisau dapur. Dean memeluk Keira dari belakang. Tercium aroma sampo mawar dari rambut istrinya membuatnya semakin merapatkan wajahnya di curuk leher Keira. “Dean… aku lagi masak Sayang,” ucap Keira yang merasa geli. “Masak aja aku ‘kan ga mengganggu kamu,” ujar Dean yang masih setia di curuk leher Keira.“Tapi rasanya ga enak Dean.”
Percintaan mereka hari ini benar - benar tidak bisa Keira lupakan malah dia ingin lagi seperti ini. Setelah tersalurkan desiran hasrat dan gairah Dean yang menggunakan handuk yang menutupi pinggulnya duduk di samping kolam renang. Sambil menghisap sebatang rokok dia ingin memberitahukan kalau tinggal beberapa hari lagi harus kembali ke Florida. Dean memang sengaja melakukan percintaan berbeda hari ini dan membuat Keira puas agar istrinya tersebut mau ikut dengannya ke Florida. Jika dia tergesa - gesa menyatakan maksud dan tujuannya pada Keira malah akan berakibat gagal pada rencananya. Di buat puas, diperlakukan secara lembut, dan terakhir diberitahukan maksud juga tujuannya. Bagi Dean wanita harus diperlakukan sebaik mungkin agar semuanya berjalan dengan lancar. Dalam diam Dean memikirkan harus mengatur kata - kata yang pas agar Keira bisa menyetujui untuk ikut dengannya. Dia menatap Keira dengan penuh kasih sayang, dia hanya ingin bersama istrinya unt
Cinta bukanlah mencari pasangan yang sempurna, tapi semua akan sempurna jika bisa menerima segala kekurangan juga kelebihan pasangan kita. Dean merasakan kesal dan marah pada Keira. Dia hanya ingin bersama dengan istrinya, tapi Keira seakan tidak mau mengerti apa yang diinginkannya. Rasa cinta dan sayangnya pada Keira membuatnya sulit untuk berpisah walau hanya sejenak. Dia takut jika kerinduan melanda dan tidak ada Keira disisinya akan membuat segalanya menjadi semakin tidak baik.“Kenapa wanita begitu sulit dimengerti sih? Apa susahnya sih ikut suami?” Dean bertanya pada dirinya sendiri dengan kesal. “Aku hanya ingin bersama Keira, tapi kenapa dia malah tak ingin sama-sama aku.”Mungkin meninggalkan masalah bukanlah hal yang tepat, tapi jika terus bersama hanya akan semakin emosi. Terkadang keinginan tidak sesuai harapan dan terkadang harapan tidak sesuai keinginan.“Lebih baik aku tanya Ayah saja jika seperti ini,” ujar De
Tatapan Vio nanar saat dilihatnya Vanessa yang mengenakan gaun berwarna peach panjang di atas tempat tidur. Air matanya terjatuh saat tubuh Vanessa yang terbujur di sana. Dengan langkah perlahan dia mendekati Vanessa.“Vanes. Vanessa bangun, Vanes,” ucap Vio dengan tak bersemangat.“Bangun Vanes. Bangun!” Vio berteriak sambil menggoncang-goncangkan tubuh Vanessa dengan kencang.“Bangun Vanessa. Ini Kakak datang, jangan tinggalkan aku seperti ini. Vanes, bangun Vanes.” Vio memeluk tubuh Vanessa dengan erat. Air mata terus mengalir di pipinya. Dia sangat sedih kehilangan wanita yang sudah dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri.Pak Ujang melihat hal tersebut mendekati Vanessa. Sejujurnya dia tidak mengetahui permasalahannya hingga membuatnya jadi penasaran dengan apa yang terjadi. “Yaa Tuhan botol obatnya aja sudah kosong semua. Berapa banyak yang kamu telat, Vanes.” Tangan Vio memegang botol obat tidur. “Maaf Bu boleh saya periksa denyut nadi Bu Vanessa.” “Iya Pak.”Pak Ujang m
Tidak semua orang mampu mengatasi masalahnya sendiri dengan berbagai macam sifat, karakter, pemikiran yang berbeda-beda. Apalagi disertai rasa bersalah. Semakin membuat hati dan pikiran menjadi terpuruk.Vanessa menatap langit-langit kamarnya. Dia terlalu lelah dengan permasalahan dalam hidupnya. Tidak ada kesempatan lagi untuk dia memperbaiki semua kesalahan.“Seandainya dulu aku bisa untuk mencegah semuanya. Memiliki keberanian untuk mengatakan hal yang sebenarnya tentu Ettan masih bersamaku. Ettan dan aku bisa hidup bahagia,” ucap Vanessa dengan sangat menyesal. “Tunggu aku, Sayang. Kita akan bertemu lagi. Cinta kita akan abadi.” ucap Vanessa dengan tersenyum lalu menutup matanya. Berharap tak akan pernah bangun lagi untuk selamanya.Pak Syarif, pihak keamanan perumahan Diego Hills segera menuju rumah Vanessa. Dia berkali-kali menekan bel rumah walau tidak ada yang jawaban.“Aduh kumaha ieu? naha teu aya anu kaluar ti imah muka panto?” Syarif berkata dengan bahasa Sunda kebingunga
Di saat harapan sudah mulai sirna dan keinginan untuk menghadapi kenyataan hidup begitu menyakitkan. Terkadang manusia yang memiliki pikiran pendek memilih untuk menyerahkan segalanya. Walau mengetahui bahwa apa yang dilakukannya adalah salah.Vio sangat panik mendengar kata-kata Vanessa sebelum sahabatnya yang sudah seperti saudara baginya sebelum mengakhiri komunikasi mereka. Berkali-kali dia menelpon ponsel Vanessa, tapi sudah tidak aktif. Rasa cemas dan ketakutan melandanya. Dia khawatir Vanessa benar-benar memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya sendiri.“Aku harus segera ke rumah Vanessa,” ucapnya.Dia segera ke rumah Vanessa. Mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.“Semoga aku ga terlambat.”Jalanan Ibu Kota begitu padat. Dia sangat kesal harus selalu berjibaku dengan kemacetan yang seakan tidak pernah berakhir.“Aduuh malah macet sih nih. Ayo dong yang di depan cepetan.” Vio membunyikan klakson mobilnya berkali-kali.Namun, Vio masih berusaha untuk menelpon Vanes
Rasa kecewa dan penyesalan selalu membuat seseorang mengerti dengan keadaan. Walau rasa kecewa mampu membuat sesak di dalam dada, tapi juga tetap harus melanjutkan perjalanan hidup.Vanessa memikirkan semua perkataan Dean. Dia mencoba memancing Lucas agar datang ke rumahnya. Jika Lucas tidak datang semua yang telah direncanakan Dean dan dia akan sia-sia. Dia harus membalaskan dendam Ettan pada Lucas.Sambil memegang ponselnya Vanessa memberanikan diri menghubungi Lucas. Semenjak acara pemakaman Ettan Lucas sangat jarang datang ke rumahnya, dia tahu alasan kenapa sekarang laki-laki tua tersebut tidak menghampirinya lagi sebab sudah memiliki wanita lain. Walau sebenarnya dia tidak peduli karena yang dibutuhkannya dari Lucas hanya uangnya saja.“Kenapa?” tanya Lucas dingin tanpa berbasi-basi pada Vanessa. “Halo Sayang. Lagi di mana Pi?” tanya Vanessa dengan manja.“Kenapa tanya-tanya aku di mana? Ga usah mau tau aku di mana.”“Iih Papi kok gitu sih sama aku. Jangan marah-marah dong Pi.
Keira menatap Dean yang tidur. Dia memperhatikan raut wajah suaminya menyentuh hidungnya yang bangir.“Sampai kapan kamu mau melihat aku terus Kei. Aku tau aku sangat tampan,” ucap Dean dengan suara serak khas orang bangun tidur.“Idiih, siapa juga yang melihat kamu. Aku tuh liat ilermu tuh.” Keira malu sendiri ketahuan menatap Dean.“Aku ga pernah ngiler Sayang.”“Aah masaaa… mana mungkin ga pernah ngiler.”“Iya bener. Aku manusia nyaris sempurna.”“Iya percaya deh. Manusia nyaris sempurna yang hanya takut sama mbak kunti.”“Sayang… jangan suka bercanda tentang makhluk yang tidak boleh dibecandain. Nanti kalau dengar terus muncul gimana?”“Nanti paling panggil Dean… Dean…” Keira berkata sambil menirukan suara bergetar menakut-nakuti Dean.Dean tersenyum. Dia paling tidak kalau Keira membawa-bawa makhluk halus.“Udah akh, aku mau mandi dulu,” ucap Dean kesal.“Iis, pagi-pagi udah baper aja sih Pak,” ujar Keira mencibirkan bibirnya.Dean menarik kepala Keira dan mencium bibirnya. Rasa
Dean merasa masih ada janggal dengan keterangan Vanessa. Dia menggenggam tangan wanita yang mengenakan mini dress warna merah muda.“Bagaimana kamu bisa tau kalau Lucas yang membunuh Ettan? Bagaimana caranya?” tanya Dean.“Aku mendengar perkataannya Lucas saat dia dihubungi salah satu pejabat pemerintahan dan petinggi-petinggi berbagai perusahaan,” jawab Vanessa.“Lalu? Bagaimana caranya membunuh Ettan?” Dean semakin penasaran lagi.“Nah si Lucas itu ga tau menghubungi siapa kayaknya sih orang penting juga sambil marah-marah. Eeh, besoknya aku dengar kabar di televisi kalau Ettan meninggal karena bunuh diri.” Wajah Vanessa terlihat sedih.“Kamu sedih karena Ettan meninggal? Apa aku memiliki hubungan dengan Ettan.”Vanessa terdiam. Dia memang sempat beberapa kali berhubungan intim dengan Ettan di belakang Lucas, tanpa sepengetahuan siapapun. Walau bagaimanapun Ettan bukanlah anaknya dan dia bukan istri Lucas. Dia hanya wanita simpanan Lucas.“Aku… aku… tidak dapat mengatakannya.” Vanes
Vanessa memoleskan lipstik warna merah cabai di bibirnya. Bibirnya yang penuh tampak begitu menggoda, tak ketinggalan pula menaburkan bedak padat yang disapukan di wajahnya agar terlihat tampil cantik mempesona, tanpa satu pun noda yang terlihat.Dia membuka lemari pakaiannya. Sibuk memilih dress yang terbuka, menggoda, dan seksi. Tapi dia menyadari kalau ini hanya makan siang. Akan terlihat terlalu berlebihan jika dia mengenakan gaun panjang berbelahan dada rendah saat makan siang. Akan berbeda kalau makan malam yang tentu akan lebih intim dan romantis.“Aku pakai baju apa yaa.” Matanya terus mencari dress yang sesuai untuk makan siang bersama Dean.Tangannya menyuruh hanger gantungan baju. Sampai tangannya berhenti di salah satu mini dress dengan berkerah sabrina yang memamerkan bahunya yang putih mulus berwarna merah muda. Mini dress tersebut tak hanya memamerkan bahu, tapi juga pahanya dengan tonjolan pantat yang semakin membuat tubuhnya terlihat begitu menggoda.“Aku yakin dress
Suara helaan napas seorang pria terdengar berat. Membuang napasnya dengan kesal dan lelah, lalu menutupkan matanya. Dia hanya ingin lebih lama di Indonesia, tapi keadaan tidak memungkinkan lagi.Dean terus menerus menghela napas sambil menatap layar ponselnya. Laura, sekretarisnya sudah menghubunginya agar segera kembali ke Miami. Sudah banyak pekerjaan yang menunggunya, sedangkan permasalahan Etan belum juga ada titik terang.Nampan berisi roti bakar coklat keju dan kopi susu berada di tangan Keira. Sambil bersenandung dia membawakan sarapan pagi untuk suami tercintanya. Tapi, ada sesuatu yang berbeda. Wajah Dean tampak cemberut.“Dean kenapa ya?” gumam Keira menatap Dean penasaran.Keira mendekati suaminya. “Sayang, sarapan dulu,” ucapnya dengan semangat.Raut wajah Dean yang tadinya cemberut langsung berubah saat mendengar suara Keira. Dia tidak ingin istrinya mengetahui tentang kebimbangannya sendiri.“Kamu kenapa kok wajahnya cemberut tadi?” tanya Keira dengan penasaran.“Aku har
Di saat Keira sibuk dengan pemikirannya sendiri. Dean masuk ke dalam kamar. Tersenyum menatap Keira yang sedang melamun. Aduh… aduh si Keira kok malah melamun gitu sih, apa lagi tuh wajahnya cemberut gitu. Apa jangan - jangan ada masalah lagi nih. Gimana kalau ada masalah lagi yaa. Dean berkata dalam hatinya dengan khawatir, dia takut istrinya akan kembali marah dan meninggalkannya.Dengan perlahan Dean pun mendekati Keira. Walau dia sudah mendekati istrinya, tapi Keira tetap tidak menyadari kehadirannya.“Keira, kamu kenapa Sayang?” tanya Dean penasaran.“Yaa Tuhan, Dean. Kamu ini membuatku kaget aja sih, Sayang.” Keira terkejut sambil mengelus dadanya.“Eh, maaf yaa Sayang. Aku ga bermaksud kayak gitu.”“Untung aja jantungku ga keluar dari tempatnya.”“Tenang aja Sayang kalau keluar nanti aku tangkap.”Keira tertawa mendengar perkataan Dean. Dia menatap Dean dengan serius.“Kamu kenapa kok lihat aku kaya gitu?” tanya Dean.“Hmm, aku mau ngomong sesuatu sama kamu,” ucap Keira dengan