Cindy menengok ke kanan dan kiri setelah ia melewati pemeriksaan imigrasi. Cindy bahkan hanya membawa satu tas saja yang berisi satu pakaian ganti. Matanya masih bengkak akibat terus menangis tak berhenti. Cindy sudah berada di New York dan ingin segera menemui Sebastian. Cindy mengeluarkan ponsel lalu menghidupkannya. Ia terus berjalan untuk mencari taksi.“Dingin banget,” ucap Cindy memeluk tasnya sambil menggigil. Ia sangat kedinginan sekarang. New York sudah masuk ke musim dingin tetapi Cindy hanya membawa satu jaket saja dan tidak terlalu tebal.“Cindy!” Cindy yang sedang berdiri celingukan hendak memanggil taksi, lantas berbalik. Ia kaget melihat Dion dan Peter datang. Dion langsung menangkap Cindy yang ingin melepaskan diri. Cindy ingin melarikan diri. Beberapa polisi berseragam juga ikut datang mengamankan.“Lepas, Mas! Mas, aku mau ketemu Mas Seb! Lepasin, Mas ....” Cindy seketika menangis saat Dion memeluknya. Peter juga berusaha menenangkan. Sedangkan Cindy berontak dengan
“Maafkan, Mas Dion karena harus melakukan semua itu. Mas gak mau sama sekali melihat Sebastian berhasil membalaskan dendamnya untuk Mas Dion melalui kamu. Dia gak berhak sama sekali mempermainkan hati kamu. itu sebabnya, Mas memilih eksperimen itu untuk menyelamatkan kamu. menyelamatkan kamu dari dia,” ujar Dion dengan nada rendah. Ia duduk berhadapan dengan Cindy di sofa yang sama. Sofa itu seharusnya sangat nyaman untuk duduk bersantai dan mengobrol. Namun, Cindy merasakan punggungnya tegang saat mendengar seluruh penuturan Dion.Sepanjang cerita, Cindy hanya diam saja menatap Dion. sungguh tidak ada satu pun hal yang ia ingat dari kejadian lima tahun lalu tersebut. Semuanya hilang tanpa bekas. Obat itu bekerja dengan baik menghapus masa lalu Cindy dalam ingatannya.“Jadi benar, kalau dulu aku memang mencintai Sebastian Arson?” Cindy bertanya setelah lama ia tidak bicara. Dion masih menyimpan lara itu di matanya. Ia menatap Cindy seperti menyesali tapi juga kecewa.“Mas lebih meliha
Sebastian dengan keras mendorong Jessica setelah ia berani menciumnya di tempat umum. Ia terengah karena kesal tapi Jessica malah makin menantang.“Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu menciumku!” hardik Sebastian tidak terima.“Untuk apa marah? kamu kan bukan perawan! Lagi pula aku bebas memberikan ciuman pada suamiku. Kenapa memangnya?” Jessica semakin menantang Sebastian yang menggeram kesal. Rahangnya mengeras mendengar tantangan Jessica. Semakin lama ia semakin tidak menyukai wanita itu.“Jangan cari aku lagi!” ancam Sebastian dengan menunjuk wajah Jessica. Jessica mendelik keras tapi Sebastian tidak mau peduli. Ia segera pergi meninggalkannya. Jessica masih tidak mau menyerah. Ia mengikuti Sebastian yang buru-buru masuk ke dalam lift. untung saja Jessica tidak sempat ikut masuk juga.“Sialan.” Sebastian memaki kesal sambil membuang muka. Ia mengusap mulutnya lalu mengatur napasnya lagi. Jantungnya nyaris meledak gara-gara ciuman yang diberikan Jessica tiba-tiba tadi. Sebastian sud
Micheal berang saat mengetahui Sebastian menolak Jessica sampai menghindarinya. Sekalipun Jessica sampai mengejar Sebastian ke Las Vegas, Sebastian masih kukuh menolak bahkan memperlakukan Jessica dengan buruk. Michael cukup gelagapan menanggapi Ramsey yang menuntut Sebastian.“Aku akan menuntutnya, jika dia tidak segera meminta maaf pada Jessica. Jessica dan Sebastian masih menikah, maka sudah selayaknya putriku dihormati!” tegas Ramsey pada Michael. Michael menarik napas panjang dan kesal.“Iya, aku mengerti. Maafkan aku, aku akan segera mengatasi masalah ini segera.”“Aku menunggu itikad baik anakmu untuk datang dan membujuk Jessica. Jessica sampai sakit gara-gara stres memikirkan suaminya.”Michael menutup sambungan telepon dari Michael tak lama kemudian. ia menggeram kesal dengan perilaku Sebastian.“Kurang ajar anak itu, gak bosan-bosan dia bikin aku sakit kepala!” tukas Michael sambil berusaha menelepon Sebastian.Sementara itu Sebastian tidak tidur semalaman karena menunggu te
Sepanjang perjalanan ke kantor polisi, Dion terus menggenggam tangan Cindy. Cindy memutuskan untuk kembali pada Sebastian dan Dion harus merelakannya. Ia hanya ingin kesehatan Cindy tidak lagi terganggu seperti dulu. tetapi sesungguhnya, Dion ingin menunjukkan pada Cindy, jika saja pilihannya salah.Cindy hanya diam saja sedari tadi. Begitu pula dengan Dion. Cindy merasa jika hatinya merasa tidak enak. Terlebih Dion adalah kakak yang selalu melindungi Cindy. Cindy pun menoleh menatap Dion yang membuang pandangannya ke luar mobil.“Mas, maafkan aku.” Cindy berujar lirih. Dion lalu menoleh pada Cindy dan membelai kepalanya.“Mas selalu menyayangi kamu apa pun yang terjadi. Kamu dan Ayu adalah adikku, kalian akan tetap menjadi bagian terpenting dalam hidupku.” Dion membalas dengan pandangannya yang tulus. Mata Cindy semakin berkaca-kaca kala menatap Dion. Ia telah membuat kakaknya kecewa dan Dion bisa merasakan pergolakan batin yang dirasakan Cindy.“Mas melepaskan kamu sama dia bukan b
Sebastian mencumbu Cindy begitu detektif itu keluar bersama Lefrant. Rasa rindu yang membuncah membuat Sebastian tidak mau menahan dirinya. begitu pula dengan Cindy. Ia begitu merindukan Sebastian. Ciuman panas itu membuat keduanya larut dan terus meluapkan kasih sayang. Gerakan bibir Sebastian membuatnya memperdalam kuluman sampai Cindy meremas kemeja di pundak Sebastian. Sebastian baru melepaskan setelah Cindy sedikit mendongakkan kepalanya. Namun ujung bibir mereka masih menyatu dengan deru napas yang bersatu saling menghangatkan satu sama lain.“Apa yang terjadi, Cintaku? Apa Dion ....”“Kita bicarakan nanti ya, Mas. Biarkan aku menjelaskan sama polisi. Setelah itu, baru kita bicara.” Cindy dengan cepat menjawab. Sebastian tertegun mendengar jawaban tersebut. Bukannya merasa tenang, Sebastian kini merasa gundah. Tetapi ia membiarkan sebelah tangannya ditarik oleh Cindy keluar dari kamar. Keduanya duduk di ruang tamu kamar presidential suite berhadapan dengan detektif yang menangan
“Kenapa Komandan malah mengembalikan Cindy pada psikopat itu?” tukas Peter begitu kesal protes pada Dion yang baru saja pulang mengantarkan Cindy. Dion menarik napas panjang lalu menghelanya perlahan. Sekarang ia harus menghadapi perlawanan dari keputusan yang sudah diambilnya.“Maafkan saya, Peter. Saya hanya bisa mengharapkan agar kita bisa bertemu lagi dengan Cindy setelah dia mengetahui semua kebenarannya. Berikan Cindy waktu, agar dia bisa memutuskan yang terbaik baginya,” jawab Dion tenang. Kening Peter seketika mengernyit. Ia tidak mengerti yang dimaksudkan oleh Dion. Bagaimana Dion bisa tenang setelah mengembalikan Cindy?Peter menggeleng tak mau menerima. Teman baiknya, Jasman mendekat lalu menarik lembut lengannya.“Sebaiknya kita ke dalam saja, yuk. Biar lo lebih tenang,” ucap Jasman sembari sedikit berbisik. Peter mengeraskan rahangnya menatap Dion. Dion masih tidak menjelaskan apa pun. Sampai akhirnya Peter pergi meninggalkannya. Hanya Venus yang datang mendekat dan memeg
“Aku menyesal sudah melakukan hal seperti itu, tapi aku tidak tahu caranya.” Sebastian mulai menceritakan perasaannya. Tangannya terus memegang tangan Cindy lalu menundukkan kepalanya.“Aku tidak lahir dari kehidupan yang normal. Mungkin itu sebabnya mengapa aku terus mencoba agar semua orang menganggap aku ada. Termasuk Papaku.” Kening Cindy sedikit mengernyit meski ia masih terus menyimak.“Aku melakukan itu agar Papaku menganggapku ada.” Sebastian menambahkan. Cindy lalu menaikkan kedua tangannya memegang kedua pipi Sebastian.“Apa Papa kamu yang memerintahkan kamu membunuh Mas Brema?” tanya Cindy dengan lembut.Mata Sebastian datar memandang Cindy. Ia lupa rasanya bersimpati dan empati. Saat Cindy datang, hatinya yang terluka begitu lama seperti menemukan obatnya.“Aku yang memutuskan semuanya. Papa adalah orang yang mendorongku. Dia ingin aku menggantikan Sam. Tapi sesungguhnya aku tidak ak
Tanpa mau pulang ke apartemen mewahnya, Sebastian langsung menuju Moulson begitu ia sampai di Jakarta. Edward sudah menunggu di depan koridor dekat lift. Begitu ia melihat Sebastian, Edward langsung menghampiri.“Pak?”“Mana Cindy?”Sebastian berhenti di depan Edward yang menggeleng dengan wajah tanpa senyuman. Ia melepaskan napas panjang lalu berjalan melewati Edward. Lefrant juga mengikuti Edward yang berjalan setelah Sebastian. mereka sama-sama menuju ruang sekretaris. Tidak ada siapa pun begitu Sebastian masuk. Ia hanya menemukan sepucuk surat dalam amplop di atas meja kerja.Sebastian mengambil surat tersebut lalu membukanya. Wajahnya tampak tegang lalu rahangnya mengeras kala membaca isinya. Sebastian lalu menoleh pada Edward yang ikut masuk.“Kapan dia datang?”“Satu jam yang lalu. Dia langsung pergi setelah memberikan surat itu.” Edward menjawab. Sebastian melepaskan napas berat lalu mengambil ponselnya. Ia mencoba menghubungi nomor Cindi sekali lagi tapi seperti sebelumnya, i
Peter tersenyum kecil melihat Cindy mau duduk dan bicara dengannya. Perjalanan ke Jakarta masih panjang dan Cindy akan kembali pada kehidupannya.“Apa kamu mau makan?” Peter menawarkan sekaligus berbasa-basi. Cindy menggelengkan kepalanya.“Gak, Mas. aku sudah makan.” Peter mengangguk lagi dengan sikap kaku serta saling mengaitkan jemari. Ia tidak tahu harus membicarakan topik apa. sampai Cindy kemudian bicara lebih dulu.“Maafkan aku, Mas.” Peter sedikit terkesiap lalu menoleh pada Cindy. Matanya masih menatap Cindy yang diam melakukan hal yang sama.“Aku sudah membuat kamu terluka dan patah hati. gak seharusnya aku meninggalkan kamu.” Peter semakin tertegun. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain dan saat itu Jasman sedang menatapnya tajam. Jasman tidak bisa mendengar pembicaraan yang terjadi tapi ia tahu jika Peter tidak akan pernah menolak sedikit pun sebuah kesempatan. Peter masih diam tak menjawab. Cindy pun menundukkan pandangannya dan fokus menatap salah satu sudut di depanny
Sepanjang perjalanan panjang menuju Jakarta, Sebastian hanya diam saja. Tidak seperti saat pertama pergi, kali ini Sebastian duduk sendirian. Tiada kehangatan pengantin baru yang pantas dirasakan Sebastian bersama Cindy. Ia bahkan tidak bisa melakukan pernikahan yang sudah direncanakannya dari semenjak di Indonesia.“Pak, sudah waktunya kita transit.” Lefrant memberitahukan pada Sebastian yang masih melamun. Sebastian hanya mengangguk kecil lalu menatap lagi ke arah luar. ia tidak menikmati perjalanan panjang yang sangat melelahkan hati.Sedangkan Lefrant menatap murung pada keadaan Sebastian yang tidak bergerak dari kursinya semenjak beberapa jam lalu. Ia terlihat sangat sedih dan Lefrant tidak tahu harus berbuat seperti apa. ia bahkan tidak tahu caranya bicara pada Sebastian.Lefrant pun membuka room chat dengan Edward di Jakarta. Lefrant sudah menceritakan semuanya. Edward yang sedang mengurus urusan pekerjaan milik Sebastian di Jakarta terpaksa sedikit membagi waktunya untuk memat
Cindy tersenyum saat melihat sosok Kalendra dan Dallas yang sudah lama sekali tidak dilihatnya. Meski tidak bisa mengingat seluruhnya, tetapi Cindy merasa bahagia bertemu kembali dengan dua ponakan yang dulu sempat ia asuh, terutama Dallas.“Aunty pergi ke mana? Aku tidak pernah melihat Aunty lagi,” ujar Kalendra usai melepaskan sedikit pelukannya dari Cindy. Cindy tersenyum lalu membelai pipi Kalendra.“Aunty sedang bersekolah.” Kalendra tersenyum lalu mengangguk. Dallas yang mendekat juga dipeluk Cindy. Cindy bahkan mencium kepala Dallas beberapa kali.“Kamu sudah gede banget!” ucap Cindy dalam bahasa Indonesia. Dallas menyengir.“Aunty bisa bahasa Indonesia?” pekik Dallas menyengir lebar.“Bisa dong, Aunty Cindy kan adik Papa. Tentu saja dia bisa bahasa Indonesia.” Dion menyela dengan senyuman pada Dallas. Dallas kembali memeluk Cindy. Kalendra dan Dallas melepaskan kerinduan mereka pada bibi yang sudah sangat lama tidak mereka temui. Bahkan Dallas sampai melupakan wajah Cindy.Dio
Micheal Arson kini tidak mau lagi kompromi dengan Sebastian soal pernikahannya. Jessica langsung mengadu pada mertuanya itu meminta pertanggung jawabannya. Ia tidak suka jika Sebastian berselingkuh dengan wanita lain sekalipun, pernikahan mereka bukanlah pernikahan yang sesungguhnya.Michael langsung menelepon Sebastian memaksanya untuk segera kembali ke New York. Sebastian yang sedang berada di kamar, rasanya ingin membanting ponsel sekali lagi. ia bahkan belum tidur sama sekali.“Jangan bikin Papa menyeret kamu kemari. Kalau kamu tidak datang, Papa akan benar-benar melakukannya!” Michael mengancam lewat sambungan telepon itu. Sebastian menggeram kesal lalu mematikan panggilan itu begitu saja. Ia sudah tidak lagi memiliki rasa hormat pada ayahnya itu.Sebastian kembali mengurut keningnya. Ia buntu, tak bisa berpikir dengan baik. Tak lama, Lefrant masuk ke kamarnya. Ia baru saja menemui Dion menyerahkan surat-surat milik Cindy.“Kamu dari mana?” hardik Sebastian begitu melihat pengaca
Dion masuk ke kamar Cindy setelah pagi hari. Cindy masih berbaring tengkurap dengan sisa air mata yang mulai mengering di sudut matanya. Dion membiarkan Cindy sendirian semalam agar ia bisa tenang. Pagi ini, mereka akan bicara. perlahan, Dion duduk di sisi ranjang lalu membelai kepala Cindy dengan lembut. mata Cindy pun terbuka perlahan pada Dion yang sedang tersenyum padanya.“Pagi,” sapa Dion dengan senyumannya. Cindy hanya diam dan perlahan bangun. Setelah duduk, Cindy menundukkan wajahnya. Ia tampak kusut karena menangis semalaman. Bahkan pakaiannya belum diganti sama sekali.“Sekarang lebih baik kamu mandi, Mbakmu sudah siapkan air hangat di bathtub. Kamu bisa berendam dan lebih relaks. Setelah segeran, nanti kita sarapan. Setelah itu kamu mau bicara apa pun terserah.” Cindy masih diam menatap Dion yang kemudian mengangguk pelan. Dion pun berdiri hendak keluar kamar. Tangan Cindy tiba-tiba memegang lengannya.“Mas, maafkan aku.” Cindy melirih pelan. Dion melepaskan napas sedikit
“Cindy, Cindy tunggu dulu! Kamu harus mendengar penjelasanku dulu. Hubungan aku dan dia gak seperti yang kamu pikirkan!” pungkas Sebastian membuka jelas masalah yang terjadi. Ia berusaha keras membuat Cindy tidak pergi sama sekali meski sulit. Sebastian tidak mau menyerah. Ia menarik tangan Cindy sebelum ia pergi bersama Dion.“Sudah cukup, Mas. Aku mau pergi!” Cindy membalas dengan menolak Sebastian di depan Dion. Dion belum bicara tapi setidaknya ia sudah mengetahui yang terjadi.“Cindy, kamu gak bisa pergi begitu saja. Kita sudah menikah!”“Gak, aku bukan istri kamu. Bukan aku, tapi perempuan tadi!” sahut Cindy dengan nada tinggi. Seketika Dion membesarkan matanya. Ia mendelik pada Sebastian yang tidak peduli dengan ekspresi kesal Dion. Ternyata Sebastian sudah memiliki istri selain Cindy. Meski masih harus dikonfirmasi tapi hal itulah yang terjadi.Sebastian tidak peduli dan menarik tangan Cindy. Ia panik karena Cindy akan meninggalkannya. Dion yang melihat tidak membiarkan hal te
“Bagaimana dia bisa berubah seperti itu? Aku gak habis pikir!” pungkas Sebastian begitu ia masuk kamar. Sebastian langsung meluapkan rasa kesal dan marahnya pada sikap Cindy pada Lefrant. Lefrant yang mengikuti di belakang menghela napas panjang.“Aku rasa jika Jessica tidak datang, ini tidak akan terjadi.” Lefrant berujar. Sebastian memutar ke belakang dengan pandangan dingin tidak suka meski yang diucapkan Lefrant adalah kenyataan.“Lef, aku gak mau lagi berurusan dengan Jessica!” Sebastian menggeram kesal. Lefrant menggelengkan kepalanya.“Gak bisa. Gak bisa sekarang ....”“Sampai kapan aku baru bisa menceraikan dia? dia sudah membuat semua rencanaku hancur. Sekarang Cindy sudah tahu kalau aku menikah dengan Jessica. Dia pasti gak mau kembali sama aku!” sahut Sebastian dengan suara meninggi penuh kekesalan. Ia menyugar rambutnya dengan gusar lalu melepaskan napas panjang dan meremas rambut. “Aku tahu sekarang posisi kita terjepit ....” Sebastian langsung menunjuk pada Lefrant.“J
“Sayang, tunggu!” Sebastian berhasil menangkap Cindy di depan lift sebelum ia masuk. Cindy tidak mau melihat ke arah Sebastian dan berusaha melepaskan dirinya. Sebastian tidak menyerah. Ia terus memohon bahkan saat beberapa tamu melihatnya.“Dengerin aku dulu, tolong. Dengerin dulu!”“Untuk apa, Mas? kamu sudah terbukti menipuku!” hardik Cindy sembari menangis. Sebastian menggelengkan kepalanya dan mulai kesal.“Ya kamu harusnya gak langsung percaya sama omongan dia!” balas Sebastian meninggikan suaranya.“Tapi dia istri kamu kan?” Sebastian mencebik kesal dan berkacak pinggang. Cindy menoleh dan melihat Lefrant baru datang. Ia langsung berjalan cepat ke arah Lefrant. Entah kenapa dia malah meminta bantuan Lefrant.“Tolong, Pak. Tolong saya!”Kening Lefrant seketika mengernyit. Ia melihat pada Sebastian yang malah kebingungan. Untuk apa Cindy sampai datang pada Lefrant.“Nona?”“Tolong, Pak. Saya gak mau berada di sini.” Cindy jadi makin menangis sesengukan. Sebastian tidak menyukai a