“Apa kamu bertemu Mama kamu lagi?” tanya Sebastian makin penasaran. Cindy menggeleng.
“Lalu Dion? Dion Juliandra apa dia bersama kamu?” Cindy mengangguk.
“Apa Mas Seb kenal Mas Dion?” tanya Cindy lembut. Wajah Sebastian tidak berubah. Ia masih sama datar dan dinginnya. Sebelah jemari Sebastian kemudian memilin rambut Cindy dengan lembut. Ia menahan rasa marahnya pada Dion Juliandra. Pria itu sudah menjebak dan menipu banyak orang termasuk dirinya.
“Iya, aku kenal dia. Dulu namanya Steven, tapi ternyata dia berbohong.” Sebastian menjawab dengan nada sinis. Cindy sampai tertegun mendengar hal tersebut. Cindy masih mengingat Dion dan sikapnya yang sangat baik. Dion membantu Cindy sampai akhirnya mereka berpisah karena ia harus kembali ke Amerika.
“Apa yang dilakukan oleh Mas Dion, Mas?”
Pertanyaan Cindy membuat Sebastian mengeraskan rahangnya. Ia menarik napas panjang tapi sesak dan berat. Se
Baru kali ini Melvin jadi cemas pada keberadaan Cindy. Cindy sudah dua hari pergi dan belum menghubunginya sama sekali. Tidak hanya itu, ponselnya juga tidak aktif. Orang-orang yang sempat datang mencari Cindy juga tidak muncul lagi. Melvin jadi makin curiga tapi tidak bisa bicara pada siapa pun termasuk Keyla.“Kamu nelepon siapa, Mas?” tegur Keyla saat menemukan Melvin ada di ruang makan sendirian dengan ponsel di tangannya. Melvin sedikit terhenyak kaget lalu mendeham.“Cindy,” jawabnya pelan. Kelya langsung mengernyit tak suka.“Hah? mau ngapain kamu?” pekik Keyla marah. Kening Melvin ikut mengernyit melihat sikap Keyla yang aneh.“Kok ngapain? Cindy itu kan istriku, Key!” Melvin menyahut dengan suara mulai meninggi. Keyla masih mencebik sinis lalu membuang mukanya.“Iya, tahu dia istri kamu gak perlu di ulang-ulang juga aku tahu kok. Tapi kan kamu tau kalau dia sedang tugas ke luar kota. Ng
Dengan cepat Cindy berbalik dan kembali ke kamarnya. Ia tidak jadi menanyakan yang diucapkan Sebastian soal Melvin beberapa saat lalu. Jantung Cindy jadi berdetak kencang. Ia tahu kecurigaannya pada Melvin tapi tidak pernah menyangka jika Sebastian malah menemukan buktinya.“Apa benar Mas Melvin selingkuh?” gumam Cindy bermonolog seraya memegang dada dengan sebelah tangannya. Sekarang hati Cindy jadi resah. Ia sudah meninggalkan suaminya sendirian di rumah. Sedangkan Melvin akan dikunjungi oleh perawat bernama Keyla itu setiap hari tanpa Cindy yang bisa mengawasi.“Cinta? Sayangku?”Cindy tersentak saat Sebastian terdengar memanggil dari balik pintu kamar. Cindy berbalik dan membuka pintu dengan wajah tegang tak tersenyum.“Ayo kita keluar, kamu uda siap kan?” Cindy masih tertegun. Ia jadi lupa dengan ajakan makan oleh Sebastian sebelumnya.“Uh ....” Cindy malah makin bengong.“Kamu belum
Sebastian menggandeng Cindy ke sebuah bangunan yang membuat Cindy terpaku. Ia sampai membuka sedikit mulutnya kala melihat megahnya Moulson Enterprise.“Ini ....” gumam Cindy dengan mata berkaca-kaca. Ia tidak ingat apa pun tapi merasakan jika dulunya ia pernah berada dalam situasi yang sama.“Apa kamu masih ingat?” Sebastian berbalik dan sedikit bertanya. Pandangan Cindy lalu jatuh pada pintu kaca berputar di depannya. Beberapa staf masuk lalu lalang. Gerakan mereka seperti melambat dan Cindy masih terpaku. Ia menggeleng tak lama kemudian. Sebastian menarik napas panjang lalu melirik pada Lefrant yang terus mengawasi. Lefrant hanya memipihkan bibir lalu membuang pandangannya ke arah lain.“Ayo.” Sebastian kembali menggandeng Cindy masuk melalui pintu tersebut sama dengan staf-staf sebelumnya.“Mas, kenapa kita ke sini?” tanya Cindy memegang sebelah lengan Sebastian. Sebastian pun berhenti di tengah lobi dan
[Maaf, Pak. Saya gak bisa menyajikan kopi lagi] Cindy menolak dengan wajah menunduk pada Sebastian. Sebastian tampak mengernyit bingung. [Kenapa?] [Saya sudah bukan pegawai di sini lagi.] [Kok kamu masih mengungkit-ungkit soal itu lagi? Kan aku sudah bilang. Kamu tetap bekerja di sini sama aku] sahut Sebastian mulai meninggikan suaranya. . [Pak, saya ... saya gak bisa.] Sebastian berbalik menyamping dan terus menatap Cindy lekat.[Kenapa? Kamu mau bilang kalau kamu mau menikah sama laki-laki yang sudah melamar kamu itu?] [Bukan itu, Pak. Pak Seb sebenarnya gak mencintai saya. Perasaan itu semu.] [Gak mungkin. Yang aku rasakan ini adalah benar, Cindy. Aku memang mencintai kamu.] Cindy menoleh lagi pada Sebastian cepat dan video itu pun dihentikan. Sebastian menarik napas panjang sekaligus menaikkan dagunya dengan sikap angkuh yang kentara.&ldq
Michael Arson langsung menuju Moulson Enterprise begitu mendengar putra keduanya tiba dari Indonesia. Ia tidak mendapatkan kabar dari Sebastian sama sekali setelah ia menikah. Sebastian bahkan hanya menandatangani surat pernikahannya secara jarak jauh. Kali ini, Michael juga mendengar kabar bahwa Sebastian tidak pulang sendirian.Dengan langkah angkuh, Michael merapikan jasnya saat keluar dari kendaraannya. Seorang pengawalnya menutup kembali pintu mobilnya. Michael berjalan diiringi oleh para pengawalnya. Staf yang melihat langsung melaporkan pada staf yang berada di lantai tempat CEO berada. Lefrant yang menerima panggilan tersebut langsung melaporkannya pada Sebastian.“Ngapain Papa kemari!” desis Sebastian kesal pada Lefrant. Lefrant mendengus lalu menggelengkan kepalanya.“Aku gak tahu, Pak ....”“Siapa yang kasih tahu aku di sini?” Sebastian masih menahan desis suaranya pada Lefrant. Matanya melirik pada Cindy yang masih duduk di kursi dengan kepala tertunduk.“Itu gak penting s
Kening Sebastian langsung mengernyit tak percaya mendengar kalimat Michael yang bicara soal Jessica. Sebastian bahkan tidak pernah mengingat Jessica sama sekali. Ia selalu melupakan jika dirinya adalah seorang suami dari seorang wanita yang tidak dikenalnya.“Ngapain dia mencariku? Apa urusannya?”“Kalian kan belum pernah bertemu. Jadi Jessica baru pulang dari studinya di Paris. Dia ingin bertemu dengan suaminya,” jawab Michael dengan angkuh. Sebastian langsung mencebik dan menggeleng tak percaya.“Dia? studi di Paris? Haha ... yang bener saja!” Sebastian mengolok dengan menertawakan ayahnya. Michael tidak suka dengan sikap Sebastian yang mengoloknya.“Kamu gak sopan sekali sama, Papa, Seb! Memangnya kamu pikir siapa kamu?!” sahut Michael mulai membuka ruang perdebatan dengan Sebastian lagi. Sebastian makin bersikap sinis. Ia mendengus kesal, membuang muka dan menggelengkan kepalanya.“Sejak kap
Lefrant terlambat mencegah Cindy masuk ke ruangan CEO. Ia harus menyaksikan Michael berjalan mendekat pada Cindy yang diam tertegun tak tahu apa pun. Ia tidak mengenal Michael dan kebingungan berada di tengah ruangan.“Siapa kamu?” pungkas Michael bertanya dengan nada tak suka. Jika memang Cindy adalah pegawai Moulson, ia ingin wanita itu dipecat.“Aku?”“Pa!” Sebastian memanggil ayahnya. Ia keluar dari mejanya seperti hendak bicara sesuatu. Cindy sampai terperangah kaget mendengar panggilan Sebastian pada pria asing tersebut. Mereka bahkan tidak mirip secara fisik.“Pa ....” sebut Cindy bergumam tak percaya.“Sebaiknya Papa pergi dari ini!” ujar Sebastian lagi melanjutkan mengusir ayahnya dari Moulson. Kening Michael langsung berubah tak suka. Ia tidak mau Sebastian mengusirnya pergi.“Apa? kamu mau mengusir, Papa!?” Sebastian mengangguk. ia harus menyembunyikan identit
“Cindy! Cindy!” Sebastian mengejar Cindy yang sudah turun ke lobi. Ia berjalan melintasi lobi tapi tangannya keburu ditarik oleh Sebastian.“Tunggu dulu, kamu mau ke mana?”“Kembali ke hotel,” jawab Cindy dengan wajah murung. Sebastian menghela napas panjang lalu kembali menarik tangan Cindy bersamanya. Cindy mencoba protes tapi Sebastian tidak menjawab.“Mas, lepasin!” Sebastian tak peduli dan langsung membuka pintu mobil lalu menarik Cindy ke dalam. Lefrant tampak berlari dari arah lobi dan masuk ke mobil yang berada di belakang mereka.“Kita ke Madison.” Sebastian memberikan perintah.“Baik, Tuan.” Salah satu pengawal Sebastian menjawab. Sebastian masih menggenggam sebelah tangan Cindy dan tidak melepaskannya, tapi ia membuang pandangannya ke arah luar. Cindy pun hanya bisa menerima dan tidak mau bicara. sampai akhirnya mereka tiba di Madison, sebuah restoran mewah.S
Tanpa mau pulang ke apartemen mewahnya, Sebastian langsung menuju Moulson begitu ia sampai di Jakarta. Edward sudah menunggu di depan koridor dekat lift. Begitu ia melihat Sebastian, Edward langsung menghampiri.“Pak?”“Mana Cindy?”Sebastian berhenti di depan Edward yang menggeleng dengan wajah tanpa senyuman. Ia melepaskan napas panjang lalu berjalan melewati Edward. Lefrant juga mengikuti Edward yang berjalan setelah Sebastian. mereka sama-sama menuju ruang sekretaris. Tidak ada siapa pun begitu Sebastian masuk. Ia hanya menemukan sepucuk surat dalam amplop di atas meja kerja.Sebastian mengambil surat tersebut lalu membukanya. Wajahnya tampak tegang lalu rahangnya mengeras kala membaca isinya. Sebastian lalu menoleh pada Edward yang ikut masuk.“Kapan dia datang?”“Satu jam yang lalu. Dia langsung pergi setelah memberikan surat itu.” Edward menjawab. Sebastian melepaskan napas berat lalu mengambil ponselnya. Ia mencoba menghubungi nomor Cindi sekali lagi tapi seperti sebelumnya, i
Peter tersenyum kecil melihat Cindy mau duduk dan bicara dengannya. Perjalanan ke Jakarta masih panjang dan Cindy akan kembali pada kehidupannya.“Apa kamu mau makan?” Peter menawarkan sekaligus berbasa-basi. Cindy menggelengkan kepalanya.“Gak, Mas. aku sudah makan.” Peter mengangguk lagi dengan sikap kaku serta saling mengaitkan jemari. Ia tidak tahu harus membicarakan topik apa. sampai Cindy kemudian bicara lebih dulu.“Maafkan aku, Mas.” Peter sedikit terkesiap lalu menoleh pada Cindy. Matanya masih menatap Cindy yang diam melakukan hal yang sama.“Aku sudah membuat kamu terluka dan patah hati. gak seharusnya aku meninggalkan kamu.” Peter semakin tertegun. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain dan saat itu Jasman sedang menatapnya tajam. Jasman tidak bisa mendengar pembicaraan yang terjadi tapi ia tahu jika Peter tidak akan pernah menolak sedikit pun sebuah kesempatan. Peter masih diam tak menjawab. Cindy pun menundukkan pandangannya dan fokus menatap salah satu sudut di depanny
Sepanjang perjalanan panjang menuju Jakarta, Sebastian hanya diam saja. Tidak seperti saat pertama pergi, kali ini Sebastian duduk sendirian. Tiada kehangatan pengantin baru yang pantas dirasakan Sebastian bersama Cindy. Ia bahkan tidak bisa melakukan pernikahan yang sudah direncanakannya dari semenjak di Indonesia.“Pak, sudah waktunya kita transit.” Lefrant memberitahukan pada Sebastian yang masih melamun. Sebastian hanya mengangguk kecil lalu menatap lagi ke arah luar. ia tidak menikmati perjalanan panjang yang sangat melelahkan hati.Sedangkan Lefrant menatap murung pada keadaan Sebastian yang tidak bergerak dari kursinya semenjak beberapa jam lalu. Ia terlihat sangat sedih dan Lefrant tidak tahu harus berbuat seperti apa. ia bahkan tidak tahu caranya bicara pada Sebastian.Lefrant pun membuka room chat dengan Edward di Jakarta. Lefrant sudah menceritakan semuanya. Edward yang sedang mengurus urusan pekerjaan milik Sebastian di Jakarta terpaksa sedikit membagi waktunya untuk memat
Cindy tersenyum saat melihat sosok Kalendra dan Dallas yang sudah lama sekali tidak dilihatnya. Meski tidak bisa mengingat seluruhnya, tetapi Cindy merasa bahagia bertemu kembali dengan dua ponakan yang dulu sempat ia asuh, terutama Dallas.“Aunty pergi ke mana? Aku tidak pernah melihat Aunty lagi,” ujar Kalendra usai melepaskan sedikit pelukannya dari Cindy. Cindy tersenyum lalu membelai pipi Kalendra.“Aunty sedang bersekolah.” Kalendra tersenyum lalu mengangguk. Dallas yang mendekat juga dipeluk Cindy. Cindy bahkan mencium kepala Dallas beberapa kali.“Kamu sudah gede banget!” ucap Cindy dalam bahasa Indonesia. Dallas menyengir.“Aunty bisa bahasa Indonesia?” pekik Dallas menyengir lebar.“Bisa dong, Aunty Cindy kan adik Papa. Tentu saja dia bisa bahasa Indonesia.” Dion menyela dengan senyuman pada Dallas. Dallas kembali memeluk Cindy. Kalendra dan Dallas melepaskan kerinduan mereka pada bibi yang sudah sangat lama tidak mereka temui. Bahkan Dallas sampai melupakan wajah Cindy.Dio
Micheal Arson kini tidak mau lagi kompromi dengan Sebastian soal pernikahannya. Jessica langsung mengadu pada mertuanya itu meminta pertanggung jawabannya. Ia tidak suka jika Sebastian berselingkuh dengan wanita lain sekalipun, pernikahan mereka bukanlah pernikahan yang sesungguhnya.Michael langsung menelepon Sebastian memaksanya untuk segera kembali ke New York. Sebastian yang sedang berada di kamar, rasanya ingin membanting ponsel sekali lagi. ia bahkan belum tidur sama sekali.“Jangan bikin Papa menyeret kamu kemari. Kalau kamu tidak datang, Papa akan benar-benar melakukannya!” Michael mengancam lewat sambungan telepon itu. Sebastian menggeram kesal lalu mematikan panggilan itu begitu saja. Ia sudah tidak lagi memiliki rasa hormat pada ayahnya itu.Sebastian kembali mengurut keningnya. Ia buntu, tak bisa berpikir dengan baik. Tak lama, Lefrant masuk ke kamarnya. Ia baru saja menemui Dion menyerahkan surat-surat milik Cindy.“Kamu dari mana?” hardik Sebastian begitu melihat pengaca
Dion masuk ke kamar Cindy setelah pagi hari. Cindy masih berbaring tengkurap dengan sisa air mata yang mulai mengering di sudut matanya. Dion membiarkan Cindy sendirian semalam agar ia bisa tenang. Pagi ini, mereka akan bicara. perlahan, Dion duduk di sisi ranjang lalu membelai kepala Cindy dengan lembut. mata Cindy pun terbuka perlahan pada Dion yang sedang tersenyum padanya.“Pagi,” sapa Dion dengan senyumannya. Cindy hanya diam dan perlahan bangun. Setelah duduk, Cindy menundukkan wajahnya. Ia tampak kusut karena menangis semalaman. Bahkan pakaiannya belum diganti sama sekali.“Sekarang lebih baik kamu mandi, Mbakmu sudah siapkan air hangat di bathtub. Kamu bisa berendam dan lebih relaks. Setelah segeran, nanti kita sarapan. Setelah itu kamu mau bicara apa pun terserah.” Cindy masih diam menatap Dion yang kemudian mengangguk pelan. Dion pun berdiri hendak keluar kamar. Tangan Cindy tiba-tiba memegang lengannya.“Mas, maafkan aku.” Cindy melirih pelan. Dion melepaskan napas sedikit
“Cindy, Cindy tunggu dulu! Kamu harus mendengar penjelasanku dulu. Hubungan aku dan dia gak seperti yang kamu pikirkan!” pungkas Sebastian membuka jelas masalah yang terjadi. Ia berusaha keras membuat Cindy tidak pergi sama sekali meski sulit. Sebastian tidak mau menyerah. Ia menarik tangan Cindy sebelum ia pergi bersama Dion.“Sudah cukup, Mas. Aku mau pergi!” Cindy membalas dengan menolak Sebastian di depan Dion. Dion belum bicara tapi setidaknya ia sudah mengetahui yang terjadi.“Cindy, kamu gak bisa pergi begitu saja. Kita sudah menikah!”“Gak, aku bukan istri kamu. Bukan aku, tapi perempuan tadi!” sahut Cindy dengan nada tinggi. Seketika Dion membesarkan matanya. Ia mendelik pada Sebastian yang tidak peduli dengan ekspresi kesal Dion. Ternyata Sebastian sudah memiliki istri selain Cindy. Meski masih harus dikonfirmasi tapi hal itulah yang terjadi.Sebastian tidak peduli dan menarik tangan Cindy. Ia panik karena Cindy akan meninggalkannya. Dion yang melihat tidak membiarkan hal te
“Bagaimana dia bisa berubah seperti itu? Aku gak habis pikir!” pungkas Sebastian begitu ia masuk kamar. Sebastian langsung meluapkan rasa kesal dan marahnya pada sikap Cindy pada Lefrant. Lefrant yang mengikuti di belakang menghela napas panjang.“Aku rasa jika Jessica tidak datang, ini tidak akan terjadi.” Lefrant berujar. Sebastian memutar ke belakang dengan pandangan dingin tidak suka meski yang diucapkan Lefrant adalah kenyataan.“Lef, aku gak mau lagi berurusan dengan Jessica!” Sebastian menggeram kesal. Lefrant menggelengkan kepalanya.“Gak bisa. Gak bisa sekarang ....”“Sampai kapan aku baru bisa menceraikan dia? dia sudah membuat semua rencanaku hancur. Sekarang Cindy sudah tahu kalau aku menikah dengan Jessica. Dia pasti gak mau kembali sama aku!” sahut Sebastian dengan suara meninggi penuh kekesalan. Ia menyugar rambutnya dengan gusar lalu melepaskan napas panjang dan meremas rambut. “Aku tahu sekarang posisi kita terjepit ....” Sebastian langsung menunjuk pada Lefrant.“J
“Sayang, tunggu!” Sebastian berhasil menangkap Cindy di depan lift sebelum ia masuk. Cindy tidak mau melihat ke arah Sebastian dan berusaha melepaskan dirinya. Sebastian tidak menyerah. Ia terus memohon bahkan saat beberapa tamu melihatnya.“Dengerin aku dulu, tolong. Dengerin dulu!”“Untuk apa, Mas? kamu sudah terbukti menipuku!” hardik Cindy sembari menangis. Sebastian menggelengkan kepalanya dan mulai kesal.“Ya kamu harusnya gak langsung percaya sama omongan dia!” balas Sebastian meninggikan suaranya.“Tapi dia istri kamu kan?” Sebastian mencebik kesal dan berkacak pinggang. Cindy menoleh dan melihat Lefrant baru datang. Ia langsung berjalan cepat ke arah Lefrant. Entah kenapa dia malah meminta bantuan Lefrant.“Tolong, Pak. Tolong saya!”Kening Lefrant seketika mengernyit. Ia melihat pada Sebastian yang malah kebingungan. Untuk apa Cindy sampai datang pada Lefrant.“Nona?”“Tolong, Pak. Saya gak mau berada di sini.” Cindy jadi makin menangis sesengukan. Sebastian tidak menyukai a