"Apa gak apa-apa kita tinggalin di dalam mobil?" tanya Xella kepada Grace sembari mengikuti langkah Grace di salah satu supermarket terlengkap di Jakarta.
"Nesdhel?" tanya Grace yang sedang berjalan sembari mendorong troli belanja yang sama sekali belum terisi.Xella menganggukkan kepalanya. Nesdhel sampai saat ini masih menjadi supir Grace dan terkadang Grace merasa kasihan kepadanya yang selalu siap siaga mengantarnya kemanapun tanpa protes— walaupun itu memanglah pekerjaannya. Tapi tidak! Pekerjaan Nesdhel lebih dari sekedar supir. Katakan hal ini adalah pekerjaan sampingan Nesdhel. Karena dia satu-satunya orang yang dipercayai bundanya. Sebenarnya ... Grace bisa berbelanja seorang diri, tapi entah mengapa Marvel tiba-tiba menyarankan Grace untuk berbelanja bersama Xella ketika dia mengirimkan pesan yang berisi Pin dari Blackcardnya yang disusul dengan saran yang terdengar seperti perintah itu. Tanpa ditanya, Grace mengiyakan permintaannya itu. Setelah beberapa ka"Jam berapa kamu akan berangkat?" Marvel akhirnya mengeluarkan kata-kata yang akhirnya membuat Grace mengembuskan napas dengan lega."Jam 4," jawabnya singkat, masih berdiri di bibir pintu kamar."Dalam rangka apa?" tanya Marvel sembari mengibaskan rambutnya ke belakang yang tadi jatuh menutupi dahi.'Untuk menenangkan diri dari serangan jantung yang hampir menyerangku karena kelakuan gilamu!' teriak hati kecil Grace dengan geramnya."Berlibur," jawab Grace dengan nada yang pelan sembari memberanikan diri untuk melangkahkan kaki dengan pelan dari pijakannya.Dia tidak ingin membangkitkan sisi gila Marvel."Kamu berangkat sendiri?" tanya Marvel tanpa ekspresi.Grace menganggukkan kepalanya."Nesdhel akan mengantarku," jawab Grace.Marvel memperhatikan Grace yang sedang berjalan melaluinya dari ujung kaki sampai kepala. Grace yang mengenakan rok mini dan kaus ketat berwarna magenta. Rok yang Marvel anggap terlalu pendek untuk dikenakan dala
ace."LO NANTANGIN GUE?!" Grace berucap dengan lantangnya.Marvel menatap Grace dengan tatapan marahnya dan dengan langsung menambah laju mobilnya sehingga membuat Grace dengan spontan memegang tepian kursi mobil."APA YANG LO LAKUIN?" teriak Grace yang masih memegang erat kursi mobil itu."Marvel!" Grace kembali berteriak.Jantungnya berdegup dengan kencang. Dia berharap ada polisi yang melihat apa yang dilakukan Marvel agar memberhentikan mobil yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi ini. Marvel pun tidak memperdulikan teriakan-teriakan Grace itu. Dia masih terus menambah laju mobilnya. Gracemelepaskan tangannya dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya itu. Dia hanya bisa menangis karena rasa kesal yang dia rasakan saat ini. Benar-benar ada yang salah dengan Marvel. Beberapa saat kemudian mobil itu berhenti. Grace dengan perlahan menurunkan tangannya dan melihat lokasi mereka saat ini. Tempat yang terlihat sangat familiar. Karena ternyata mereka seka
Marvel dan temannya yang lain tengah disibukan dengan promosi pakaian mereka. Tema comeback kali ini benar-benar sangat berbeda dari pada tema-tema mereka sebelumnya. Semua orang tidak menyangka bahwa Pink adalah tema album tahun ini. Dari konsep Video klipnya, konsep outfitnya, dan juga tema press conference untuk albumnya. Hal yang membuat Grace merasa sangat betah, karena warna pink memiliki energy yang sangat besar baginya untuk menjalani hari."Kamu harus terlihat lebih ramah kepada penggemar-penggemarmu," ucap Grace kepada Marvel yang saat ini tengah berbaring di atas sofa di dalam studionya, menjadikan kamar Grace sebagai tempat ternyaman baginya untuk menyandarkan kepalanya."Tidak ada yang bisa lihat aku senyum sebanyak itu," protes Marvel kepada Grace yang merasa bahwa dia sudah cukup memberikan senyuman terbaiknya kepada seratus penggemar yang datang untuk fansign terakhir mereka di comeback album MOST beberapa jam lalu.Marvel kemudian menghembuskan nafasn
Dengan langsung Grace mendapati banyak komentar yang ditinggalkan Marvellovers. Berusaha sekeras mungkin untuk membacanya tetapi setiap postingan yang dia baca pasti akan tertutup dengan komentar-komentar baru dari penggemar.'Jadi kayak ini rasanya,' batin Grace.***Hanya dalam beberapa hari, apartment Marvel disulap Grace menjadi lebih berwarna. Bed sheet berwarna gelapnya kini berubah warna menjadi merah muda. Pemandangan di kamar mandi Marvel juga sudah dipenuhi dengan skincare dan parfum milik Grace. Perempuan juga tidak lupa meletakan beberapa bunga hias di dalam vas di setiap meja sudut ruangan apartment itu. Grace memang tidak mengiyakan ajakan Marvel untuk tinggal bersama, tetapi Grace tahu pasti bahwa dia akan banyak menghabiskan waktu di apartment Marvel sejak dia menerima statusnya sebagai tunangan Marvel. Karenanya, tadi pagi Grace memutuskan untuk pulang ke rumahnya untuk mengambil barang-barang yang dibutuhkannya seperti seprai, mengingat bahwa mereka
"Dad, kamu marah?" tanya Grace hati-hati.Marvel masih tidak menjawab."Maaf." Grace mengalah, suaranya pelan, dan dia hanya memainkan kuku.Tidak tahu hal apa yang harus dilakukannya untuk membuat kemarahan Grace menghilang. Namun, hingga mereka sampai di rumah Grace pun, tidak ada pembicaraan yang terjadi. Marvel membisu, membiarkan Grace turun dari mobilnya dan langsung pergi ketika sudah mendapat ucapan selamat malam dari sang kekasih. Situasi berubah menjadi tidak mengenakan dalam sekejap. Grace menyandarkan punggung di kursi taksi yang dipesankan oleh Marvel. Bicara tentang pertengkaran mereka kemarin, sebenarnya sudah reda meski belum ada kata maaf yang diucap Marvel. Ah ya, sebenarnya Marvel sedikit kelimpungan saat tahu bahwa Grace tiba-tiba pulang ke Indonesia. Dia mengira Grace sangat marah sampai akhirnya meninggalkan dia. Pria tampan itu mencak-mencak, mengakibatkan seluruh anggota terkena omelannya. Beruntung Grace cepat menjelaskan bahwa dia mengambil c
Lima menit berlalu lagi. Kegiatan menyanyi Marvel berganti jadi membuka ponsel Grace, memeriksa folder foto dan tersenyum manis melihat wajah cantik sang kekasih yang diabadikan kamera."Llihat apa?"Harum sabun menyergap udara di sekitar Marvel Lelaki kelahiran tahun 1987 itu tersenyum, mendongak dan mengecup bibir yang tepat di atasnya. Grace diam, membiarkan sang kekasih menyalurkan rasa hangat ke tubuhnya yang dingin."Manis." Marvel menjilat bibirnya setelah Grace menjauh."Tadi lihat apa?" Pertanyaan sebelumnya disebutkan lagi oleh Grace."Fotomu.""Hum."Marvel melirik Grace yang duduk di sampingnya. Paha mulus kekasihnya yang tersingkap akibat piyama model bertali di pinggang sangatlah menggoda. Bayangkan jika simpul itu ditarik ... Ah! Cepat-cepat Marvel menjauhkan pikiran kotornya."Dad.""Ya?""Besok kamu sibuk?""Gak. Kenapa?"Hening sejenak sebelum akhirnya Grace berbicara."Besok di sini saja, ya. Samaku.
Marvel bergerak tergesa. Dirapatkannya topi, juga jaket hitam yang dipakai saat beberapa orang yang tak sengaja berpapasan dengannya berkontak mata. Tak peduli dengan tatap keheranan dari orang-orang itu, dia tetap menuju ke tempat kuliah Grace di lantai atas. Ya, dia sengaja meluangkan waktu, pulang lebih dulu dari jadwal seharusnya hanya untuk menemui Grace, si cantik yang baru berulang tahun semalam. Bahkan, di jalan tadi dia sempat membeli hadiah sebagai penebus rasa bersalah karena tidak bisa merayakan hari penting itu akibat jadwal yang terlalu padat. Ngomong-ngomong, ini pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah dua minggu. Di depan kantin kampus, dia menghentikan langkah. Keramaian tempat orang-orang biasa mengisi perut itu sudah berkurang banyak, hanya menyisakan beberapa karyawan yang sibuk membereskan meja. Marvel melirik jam, memaklumi bahwa sekarang adalah waktunya tutup. Ketika baru mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Grace, seorang pegawai lebih dulu menyadari keb
Marvel ikut menoleh ketika ada yang memanggil pacarnya. Tetapi, matanya malah menyipit ketika menyadari si pemanggil ternyata pria bermantel mahal dengan wajah yang tidak bisa dikatakan jelek. Lelaki itu tampan, senyumnya bersahabat, tapi ada raut tegas yang membuatnya lebih berwibawa."Oh, Bapak." Buru-buru Grace berdiri dan menunduk sopan."Tidak disangka kita bertemu di sini," tawanya canggung sambil melirik ke Marvel yang merapikan topi agar wajahnya tak terlihat."Ah ... ya. Aku bosan, jadi kuputuskan untuk menonton."Lelaki itu tersenyum, lantas segera menyilakan Grace untuk kembali duduk, sedangkan dia sendiri duduk di samping perempuan bersurai ikal tersebut. Jadi, posisi si cantik diampit oleh dua pria tampan.Sungguh kemewahan yang tak terkira.Di sisi lain, Marvel justru berdecak sebal. Modus lelaki itu jelas kentara. Dia menyukai Grace, jadi memberikan tiket gratis, lantas dengan alasan tidak sengaja, mereka akan bertemu. Lalu ... ya begitul
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg