Beranda / CEO / Obsesi Liar CEO / Jangan Mengeluh Sayang

Share

Jangan Mengeluh Sayang

Penulis: Authoring
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Seperti permintaan Grace kemarin, berkedok sedang ada waktu luang, Marvel berjalan santai memasuki gedung agensi dengan sebelah tangan memasuki saku celana. Berbalut kaus hitam dan celana jins ketat dengan beberapa sobekan di sekitarnya, Marvel sama sekali tidak mempedulikan berbagai macam tatapan yang dilemparkan beberapa orang padanya. Ujung sepatunya mengetuk-ngetuk sembari menunggu pintu lift terbuka, birainya juga sesekali bergumam mengikuti lirik lagu yang entah sejak kapan mendadak terapi indah di dalam otaknya. Denting lift membuat kepala Marvel yang tadi menunduk menatap ujung sepatunya terangkat spontan. Niat hati ingin segera melangkah, namun Marvel mendapati dirinya terdiam saat sepasang mata menatap dirinya dengan sorot terkejut. Tidak berniat menyapa, namun Marvel menggeser langkahnya memberi ruang agar Grace bisa keluar dari lift yang ditumpanginya.

"Hai?" sapa Grace saat berhasil keluar dari ruang persegi tersebut dengan beberapa langkah seok.

Tersenyum tip
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Obsesi Liar CEO   Karena Aku Tidak Mau Menyakiti Gadisku

    Marvel mematikan panggilan sepihak. Untuk kali ini, Marvel rela api neraka menerkamnya karena sudah bersikap durhaka pada sang ibu. Tapi, Marvel hanya tidak sanggup mendengar kelanjutannya. Sama sekali tidak sanggup. Menghela napas, Marvel berdecak gusar, kakinya menendang lantai kasar sebagai pelepas emosi."Bajingan," desis Marvel.Tangannya terangkat mengusap belakang kepalanya gusar. Marvel mendadak pening. Kaki Marvel bergerak menuju bar. Pikirannya mendadak penuh kendati hanya satu masalah yang menghinggapinya saat ini. Tapi walau cuma satu, rasa-rasanya teramat mengganggu dan butuh menunggu waktu saja sampai Marvel lepas kendali untuk mengumpati siapa saja yang berlalu di depannya dan menghadiahi beberapa bogeman mentah. Ya, berlebihan, tapi setidaknya begitu penjelasannya. Marvel juga enggan mematik masalah. Pokoknya Marvel emosi. Menduduki belakang tubuhnya kembali ke kursi semula, Marvel enggan merespon saat Gerald mencondongkan tubuhnya sembari bertanya dengan w

  • Obsesi Liar CEO   Milikku Milikmu Saling Memiliki

    Tidak pernah sungkan dan seenaknya tapi tidak pernah memercik amarah. Marvel sering berlaku seenaknya pada Grace. Sering bersikap kurang ajar seperti mengecup bahunya, mengecup bahkan menjilat tengkuknya, atau mungkin mengecup bibirnya. Apa saja. Saat ini mungkin bisa dikatakan hal yang sama. Tanpa izin, tanpa kata, tanpa suara. Hanya sikapnya, pergerakannya. Seakan tiada batas di antara mereka. Dan salahkah Grace merasa nyaman dengan semua itu? Benar, ini terdengar gila, tapi demi Tuhan, Grace tidak pernah merasa terganggu."Sengaja karena aku udah mengklaimmu," jawab Marvel.Menunduk menatap Grace yang kini juga menatapnya. Polos, dan Marvel suka. Grace menyipit."Kamu pikir aku barang?" sinisnya tidak senang.Berniat bangkit lagi tapi, Marvel kembali menahan dengan decakan peringatan."Barangku. Milikku seorang dan aku tak senang berbagi," tekan Marvel.Matanya tenang tapi sorotnya tegas. Sukses membuat Grace mematung. Mendengus. Terbang. Melayang. S

  • Obsesi Liar CEO   Aku Gak Suka Ditolak Sayang

    Jaeh melirik ke arah pintu kantor sejenak menimbang-nimbang berapakah waktu yang secara tidak sadar Marvel sediakan untuknya berbincang dengan Grace. Selepasnya, netra coklat Jaeh tanpa sungkan menumbuk langsung pada netra Grace, satu ujung birainya terangkat naik, sorotnya berubah meremehkan."Sudah putus dengan Abang Gerald, ya?" tanyanya lagi seakan menolak untuk berbasa-basi.Kening Grace berlipat tujuh."Abang—-oh? Kamu temannya Gerald?" Grace menyimpulkan.Air mukanya berubah jengah. Entahlah, segalanya berubah menjadi begitu menjengkelkan begitu berkaitan dengan Gerald, terkecuali Marvel tentunya."Seumuran dengan Bradley, bukan? Aku gak berniat skeptis atau apa, tapi apa sopan berbicara informal dengan orang yang dua tahun lebih tua darimu terlebih baru bertemu?"Dengus remeh menjadi jawaban Jaeh akan pertanyaan Grace. Ditatapnya gadis yang kini sudah mengangkat dagu tinggi, menunjukkan kekuasaannya. Sejujurnya Jaeh sedikit terpana melihat

  • Obsesi Liar CEO   Kamu Mau Membuangku?

    Terbiasa menghadapi wanita penggoda di klub malam, Marvel kira dia memiliki tameng yang cukup tebal untuk setiap wanita yang berusaha mendekatinya. Barangkali itu yang Marvel pikirkan, sebelum kedua ujung birainya tertarik menciptakan seutas senyum simpul dengan kaki yang sigap berjalan menuju perempuan yang kini tengah sibuk memilih antara popcorn instan asin maupun manis. Berada di sebuah pusat perbelanjaan sehari-hari di salah satu distrik di Seoul, Marvel dan Grace hampir menghabiskan waktu satu setengah jam untuk mencari kebutuhan yang akan dijejalkan ke teritori dapur Marvel."Asin."Kening Grace berlipat empat, agaknya sedikit tidak setuju."Gimana kalau manis?""Beli satu saja kalau manis," jawab Marvel.Mendorong kereta belanjanya melewati Grace menuju deretan kopi instan yang terletak tidak jauh. Mata Grace melebar bingung. Menoleh menatap Marvel yang memasukkan satu set bungkusan kopi hitam ke dalam kereta dan beralih menatap ke arahnya dengan ali

  • Obsesi Liar CEO   Sayang, Maaf. Tapi Aku Harus Pergi

    Marvel mengecupi kedua mata Grace dengan lembut. Menyadarkan perempuannya yang sibuk termenung sejak lima belas menit yang lalu. Berniat ingin dibuatkan kopi untuk sarapan, Marvel menemukan Grace masih setia bergelut di atas ranjangnya. Menggulung tubuh dengan selimut dengan pandangan kosong ke arah meja nakas berhias mawar merah. Urung menyuarakan keinginannya, Marvel memilih untuk ikut berbaring, menyibak selimut dan ikut menenggelamkan diri. Memaksa Grace agar berbalik ke arahnya, tenggelam dalam dekapnya, dan diberi kecupan-kecupan kecil."Kenapa, hum?" bisik Marvel lembut.Menyejajarkan puncak hidungnya dengan Grace. Perempuan memejamkan matanya lelah. Menghela napas lalu menggeleng kecil. Marvel menarik napas dalam diam. Tangannya yang melingkar pada pinggang Grace ditarik ke atas untuk mengusap bagian belakang kepala Grace. Ditenangkan. Marvel sebenarnya tidak perlu bertanya karena dasarnya dua sudah ahu apa yang tengah berkecimpung di dalam kepala kekasihnya. Apala

  • Obsesi Liar CEO   Pergilah Sama Gerald Dan Jangan Menemuiku Lagi

    Grace memejamkan mata saat seteguk jus kiwi mengalir mulus pada tenggorokannya. Berdesis tipis merasakan dingin yang menggerogoti perutnya sesaat. Kepulan asap dari ramyeon yang baru saja ia buat membelai wajahnya dengan lembut. Aromanya seperti menjajah seluruh bagian hidung hingga menarik deru geram dari arah perutnya. Lapar. Belum mengecap makanan seharian penuh dengan diri yang sibuk menatapi layar ponsel yang tak kunjung menerima pesan ataupun panggilan dari sang kekasih. Entah sudah berapa kali Grace mengirimkan pesan kepada Marvel, sekedar ungkapan rasa rindu atau memang bertanya tentang kondisi pria itu. Hanya pertanyaan monoton, seperti apakah Marvel sudah makan atau apakah Marvel beristirahat dengan cukup. Grace tidak tahu apa yang terjadi selain alasan masuk akal yang dikatakan Marvel pada saat yang bersangkutan pergi mengunjungi rumah orang tuanya. Ada urusan penting, diajak bekerja dengan ayahnya untuk mengurusi anak perusahaan yang kini sudah diatasnamakan Gerald. Enta

  • Obsesi Liar CEO   Jangan Berani Mengaturku, Sialan!

    Matahari baru saja memanjati tangga langit tertinggi. Sinarnya cukup terang hingga menciptakan pantulan berwarna pelangi di beberapa sisi kaca. Pribadi itu menghela napas, tangannya meraih segelas kopi di dekatnya lantas disesap pelan. Dering ponsel tidak digugah walau telinganya berderik samar. Dibiarkan begitu saja dengan birai yang sibuk mengecap cairan kopi hingga suasana kembali hening digantikan oleh deru mesin pendingin. Suasana hatinya sedang tidak baik, dibalik polesan make-up, lingkaran hitam pada matanya memijak teritori begitu setia. Hingga pada akhirnya untuk kesekian kalinya ponselnya kembali berdering."Batalkan semua rapat hari ini!" titahnya tegas.Sekretarisnya yang nyaris mengucapkan sepatah kata sapaan itu memilih bungkam dan tanpa panjang lebar mengikuti perintahnya. Pribadi itu berdecak. Tubuhnya dilempar pada kursi kerjanya pasrah. Sulit menata rambut, kini surai hitam pekat menyentuh pinggang itu dibiarkan berantakan bahkan nyaris menutupi wajahnya.

  • Obsesi Liar CEO   Siksa Aku, Puaskan Hasratmu

    Grace memperkuat ikatan rambutnya sebelum membuka pintu mobil mengikuti Xella yang berjalan duluan memasuki kampus. Sedikit tergopoh, Grace berhasil menyamai langkahnya agar seiras dengan Xella. Sesekali juga turut merapikan posisi tas kecilnya yang bergerak liar akibat lariannya."Gimana pipi lu? Masih ngilu?" tanya Xella sembari menempelkan jempolnya pada mesin absen.Selepas data kehadirannya terdaftar, dia segera bergeser memberi kesempatan untuk Grace. Meringis pelan, Grace tersenyum kecil saat datanya ikut terdaftar lantas berkedik singkat pada Xella."Udah lebih baik. Walau sedikit sulit bagi gue untuk buka mulut terlalu lebar."Xella berdecak dan melangkah menuju meja BAAK diikuti Grace."Robek, ya, bagian dalam pipi lo?" tanyanya dengan kernyitan pada hidung.Barangkali membayangkan rasa sakit yang dirasakan Grace. Yang ditanya hanya bergumam dan meletakkan tasnya pada meja BAAK, berhadapan langsung dengan Xella yang sudah masuk ke dalam.

Bab terbaru

  • Obsesi Liar CEO   Batalkan Semua Rapat Hari Ini

    "Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha

  • Obsesi Liar CEO   TIDAK!!

    Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku

  • Obsesi Liar CEO   Harus Menjadi Milikku

    "Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.

  • Obsesi Liar CEO   King Of Diamond

    Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun

  • Obsesi Liar CEO   Pesonaku Memang Luar Biasa

    Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.

  • Obsesi Liar CEO   Kok Belum Tidur?

    Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan

  • Obsesi Liar CEO   Setengah Jam Mungkin Ada

    la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.

  • Obsesi Liar CEO   Capek Ya?

    "Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe

  • Obsesi Liar CEO   Kenapa Bandel?

    "Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg

DMCA.com Protection Status