Suara dua kali tembakan itu menggelegar dan mengagetkan semua orang yang ada di situ, tembakan itu mengenai tubuh Athalie yang rapuh. Semua terkejut tidak terkecuali dengan Sean. Peluru itu mengenai bahu kiri dan paha kanan atas Athalie, seketika membuatnya terjatuh dengan darah mengalir deras keluar dari tubuhnya. Grace dan Bastian sangat terkejut, mereka melihat bagaimana Lauren menghalagi peluru itu dan membuatnya jatuh bersimbah darah tepat di depan mata.
"Athalie!" teriak Grace dan Bastian bersamaan.Sama halnya dengan Grace maupun Bastian, Sean pun terkejut ketika dia melihat tubuh Athalie yang sudah tergeletak di hadapannya, dan hal yang paling mengejutkan lainnya adalah ketika Sean melihat bagian tubuh Athalie yang sudah berdarah-darah."Tidak, Athalie!" teriak Sean.Sean melepaskan Grace kemudian berlari dan bersimpuh dia memeluk tubuh Athalie yang sudah terkapar itu. Grace pun mendekati tubuh sahabatnya dia bersimpuh di samping Athalie. Sementara BastiaHari demi hari terus berganti dan Grace masih selalu setia mendampingi Athalie yang kini masih tak kunjung sadar dari keadaan komanya. Sudah sebulan berlalu, namun keadaan Athalie tak kunjung menunjukan kemajuan yang berarti. Grace juga sudah mulai mencoba menata hatinya yang sebenarnya sangat hancur pada saat dia meminta berpisah dalam arti kata yang sesungguhnya pada Marvel. Jika kala itu mereka berpisah karena kesalahpahaman yang di rencanakan oleh Sean, namun kali ini mereka berpisah untuk sebuah rasa yang jauh lebih besar dari pada cinta dalam dirinya, ya tentu saja rasa bersalahnya pada Athalie.Grace berusaha menyibukkan dirinya dengan mengurus Athalie, saat ini hanya kesembuhan Athalie lah yang menjadi prioritas utamanya. Keadaan sang ayah juga sudah membaik, Tuan Jhunmar sudah di perbolehkan pulang, Untuk sementara Ayah dan ibunya masih tinggal di New York dan belum kembali ke Oregon selama masa pemulihan, karena keadaan Tuan Jhunmar yang masih harus sering melakukan p
"Mungkin, aku punya semacam Indra keenam yang bisa melihat dan menebak isi hati dan pikiran seseorang, khusus dirimu.""Benarkah? Kalau begitu kenapa kau tidak membuka praktek saja ... sayang sekali jika kemampuanmu disia-siakan."Awa kemudian menghadapkan tubuhnya pada Grace, sambil meraih bahu sahabatnya itu."Grace seriously? Jika kau masih mencintai Marvel kenapa kau harus menginginkan berpisah darinya. Why, I don't understand?!" Awa hingga saat ini masih tidak mengerti dengan apa yang Grace putuskan."Aku tahu kau merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Athalie, tapi kau tidak harus melepaskan Marvel?!""Kau masih sangat mencintainya 'kan? Aku mohon jangan menyiksa dirimu hanya karena kau merasa bersalah pada Athalie."Grace menundukkan kepalanya sebelum dia menjawab pertanyaan Awa yang membuatnya terasa sesak."Aku ... aku hanya merasa ini tidak adil bagi Athalie ... aku dan Marvel bisa saja bahagia tapi kebahagian yang aku dapatkan itu be
"Satu ... dua ... tiga. .." ucap dokter sebelum menempelkan defibrillator pada dada Athalie.DEG!SEG!Namun, sampai usaha terakhir pun tetap hanya garis lurus yang terlihat di layar EKG, dan tidak menunjukan tanda-tanda jika garis itu akan berubah menjadi sebuah grafik yang menandakan jantung Athalie kembali tak berdetak. Grace membelalakkan matanya, dia tidak percaya jika Athalie akan berakhir seperti ini. Meninggalkan dirinya sebelum Grace mengucapkan banyak permintaan maaf padanya.Para dokter kemudian berhenti melakukan upaya penyelamatannya sepertinya mereka berpikir jika tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Seorang dokter terlihat mengisyaratkan untuk menyudahi semuanya. Grace yang sedari tadi hanya bisa menatap lauren dari balik kaca kemudian berlari masuk kedalam dan memeluk tubuh Athalie dan menangis."Lie, kau tidak bisa meninggalkan aku seperti ini.""Bangun!""Bangun Lie!"Dia mengguncang tubuh Athalie agar sahabatnya itu terbangun. Atmosfir di ru
"Iya, aura wanita hamil memang berbeda. Kau terlihat luar biasa, apalagi besok pada saat kau menggunakan gaun pengantin." Athalie menambahkan."Awa, apa aku boleh memegang perutmu?!" tanya Athalie nampak ragu."Tentu, kenapa tidak boleh. Lakukan saja," ucap Awa sambil menggapai lengan Athalie dan menaruhnya di perutnya.Athalie dengan lembut mengusap perut buncit Awa, dia membayangkan jika saja dia tidak kehilangan bayinya maka dia bisa mengusap perutnya dengan penuh kasih sayang bayi dalam kandungannya seperti sekarang ini. Setitik air mata membasahi wajahnya, dia senang dapat merasakan pergerakan janin di perut Awa."Dia bergerak!" ucap Athalie."Benarkah?!" Grace kemudian ikut memegang perut Awa dan merasakan janin itu bergerak di salam sana."Ini luar biasa Awa, bayimu bergerak sangat aktif di dalam.""Tentu saja dia saat ini sedang merasa senang disapa oleh Aunty Grace dan Aunty Athalie," ucap Awa.Ketiga sahabat itu tertawa bersama karen
"Babe, kau itu bicara apa? Belum tentu mereka di dalam sedang melakukannya.""I know honey. I know. Aku sangat tahu apa yang sekarang ini sedang mereka lakukan. Mereka tidak berbeda dengan kita pada saat setelah pernikahan. Apa kau lupa bagaimana kau tidak bisa menahan hasratmu yang menggebu-gebu itu? Kau ingat bukan bagaimana kau manarik ku ke toilet di sela acara resepsi kita dan melakukannya di sana, kau bahkan ..." Jerald dengan cepat membungkam mulut Awa dengan tangannya, bagaimana bisa istrinya itu begitu blak-blakan menceritakan kegiatan panas mereka."Baiklah aku tahu. Aku tahu. Please Babe, jangan di ceritakan apa kau ingin semua orang nanti akan mendengarnya?""Memangnya kenapa? Lagi pula di sini tidak ada orang. Aku hanya ingin mengatakan jika kau dan Bosmu itu sama saja, aku yakin seratus persen jika saat ini Grace sedang mendapatkan serangan mematikan yang melemahkan seluruh syaraf di tubuhnya," ujar Awa dengan tanpa beban. Awa memang bertubuh kecil dan m
Awa kemudian menuju ke cafetaria yang berada di lobby perusahannya. Dia kemudian memesan satu set menu makan siang dan juga sebuah jus apel. Dia mengambil tempat duduk dan bergabung dengan beberapa rekan kerjanya. Kalau dulu dia akan makan siang bersama Grace meski mereka bekerja di bagian berbeda.Dia duduk dengan beberapa teman yang bekerja di divisi berbeda dengannya, salah satu wanita cantik dihadapannya bernama Alicia. Dia memang tidak terlalu pintar, namun wajahnya cantik tubuhnya juga sangat bagus, tinggi semampai dengan payudara besar dan bokong padat, belum lagi rambutnya panjang dengan model ikal bergelombang, dia seperti boneka barbie di kehidupan nyata, wanita berdarah Russia itu bisa dikatakan mendekati sempurna sebagai seorang wanita. Tapi Awa heran apa yang membuatnya bisa masuk ke perusahaan ini yang memiliki standar tinggi untuk kemampuan seseorang. Jika dipikir-pikir tentu saja dia tidak masuk dengan menggunakan otaknya.Awa bergabung dengan Martinez dan
"Awa, kau sudah siap? Sebentar lagi acarnya akan dimulai."Awa terlihat sangat cantik menggunakan gaun pengantin itu, meskipun gaun dengan model mengembang itu dengan model gaun pengantin seperti itu dapat menyamarkan sedikit perutnya yang agak membuncit."Grace, ya Tuhan aku sangat gugup. Oh ya, bagaimana penampilanku, apakah aku terlihat bagus?!" tanya Awa."Kau sempurna Awa sangat cantik, ya 'kan Nimo?!"Nimo memandangi Awa dengan malu-malu, bocah kecil itu memang sudah mengerti dengan wanita cantik dan dia akan merasa malu jika bertemu dengan wanita cantik."Bagaimana Nimo, apakah Aunty cantik?!" tanya Awa pada Nimo."Aunty, pretty ... beautiful ..." ucap Nimo malu-malu."Benarkah?! Oh, Nim ... bisakah memberikan Aunty pelukan agar Aunty merasa tenang ..." Awa mencoba membungkuk sambil membuka tangannya agar Nimo mau memeluknya, tidak menunggu lama Nimo memberikannya pelukan."Terima kasih Nim, Aunty menyayangimu." Awa mencium pucuk kepala
Sebelum beranjak Grace merapikan seragam nya dan menyisir rambut dengan jari untuk memastikan jika penampilannya masih terjaga ketika bertemu dengan Marvel. Baru saja mengetuk pintu terdengar suara Marvel yang memerintahkan Grace untuk masuk. Saat masuk ke ruangan besar itu, dia melihat Marvel yang sedang berdiri di tembok kaca. Menatap ke arah gedung-gedung lain, tangan kanannya menggenggam segelas minuman."Kemari," panggil Marvel.Grace berjalan ke arah Marvel, memberikan kartu undangan yang segera di baca dengan sangat serius oleh pria itu. Rahangnya tampak mengeras bersamaan dengan kartu undangan yang dia remas habis."Sialan!" teriak Marvel.Dia melempar gelas di genggamannya sembarangan hingga tanpa sengaja mengenai kening Grace hingga melukai keningnya."Aw! Sakit," erang Grace sembari memegangi keningnya."Kenapa kamu masih di sini?!" Marvel seakan tidak merasa bersalah dengan perbuatannya."S-sakit sekali ..." Grace terisak."Keluar
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg