“Aku akan menceraikanmu kalau kamu memang ingin bersama orang lain.”Mayja hampir kesulitan bernapas kala mendengarnya. Tubuhnya sudah berpaling dari Rasel, sehingga pria itu tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana ekspresinya sekarang. Sandy berjalan mendekat dan membawa Mayja ke dalam pelukannya. Melihat Mayja yang tidak melawan saat dipeluk Sandy membuat Rasel sangat kecewa.“Tepati janjimu untuk tidak menyakitinya sedikit pun dan membiarkannya pergi,” gumam Mayja.“Tentu saja,” kata Sandy.“Ranti?”Suara dari lantai dua membuat Sandy, Mayja, hingga Rasel mendongak ke atas. Ada seorang pria tua yang tampak terkejut dengan keberadaan Mayja. Pria itu segera berlari menuruni tangga meski tubuhnya sudah kesulitan berjalan dengan benar.“Tuan!” seru beberapa pelayan yang menjaganya. Rasel berdecak kesal karena Mayja jadi harus melihat hal yang tidak diinginkan di rumah ini.“Kenapa kamu membiarkannya keluar kamar?” ucap Sandy pada pelayan.“Maaf, Tuan! Tadi saya masih di kamar mandi u
“Ayo kita pergi,” ucap Jonathan setelah menghidupkan sebuah musik di dalam ruangan itu.Mayja dan Rasel belum benar-benar tidak sadarkan diri. Keduanya masih merasakan rasa sakit di bagian peluru itu dan berusaha bertahan. Rasanya ingin sekali bangkit untuk mencari bantuan, tapi semua orang tampak pergi setelah penembakan yang terjadi.Sekuat tenaga, Mayja meraih tangan Rasel di sampingnya. Ia menoleh, menatap penuh wajah pria yang baru ia sadari begitu dicintainya selama ini. Rasel sendiri tidak yakin bahwa dia akan berhasil bertahan. Tubuhnya mulai lemas dan kehilangan banyak darah.“Ra—Rasel … be—bertahanlah … aku … aku ingin bersa … bersamamu. Aku … aku mencintaimu … kumohon,” ucap Mayja susah payah. Air matanya sudah berlinangan karena tidak bisa menyelamatkan mereka berdua. Dia berharap ucapannya sempat terdengar oleh Rasel. Bahkan jika ini adalah hari terakhir mereka, Mayja berharap dia masih memiliki kesempatan.Rasel mulai kesulitan bernapas. Dia membalas genggaman Mayja deng
“Ayo kita pergi,” ucap Jonathan setelah menghidupkan sebuah musik di dalam ruangan itu.Mayja dan Rasel belum benar-benar tidak sadarkan diri. Keduanya masih merasakan rasa sakit di bagian peluru itu dan berusaha bertahan. Rasanya ingin sekali bangkit untuk mencari bantuan, tapi semua orang tampak pergi setelah penembakan yang terjadi.Sekuat tenaga, Mayja meraih tangan Rasel di sampingnya. Ia menoleh, menatap penuh wajah pria yang baru ia sadari begitu dicintainya selama ini. Rasel sendiri tidak yakin bahwa dia akan berhasil bertahan. Tubuhnya mulai lemas dan kehilangan banyak darah.“Ra—Rasel … be—bertahanlah … aku … aku ingin bersa … bersamamu. Aku … aku mencintaimu … kumohon,” ucap Mayja susah payah. Air matanya sudah berlinangan karena tidak bisa menyelamatkan mereka berdua. Dia berharap ucapannya sempat terdengar oleh Rasel. Bahkan jika ini adalah hari terakhir mereka, Mayja berharap dia masih memiliki kesempatan.Rasel mulai kesulitan bernapas. Dia membalas genggaman Mayja deng
Sepanjang jalan, Devanda melirik Senja dari cermin di atas dasbor beberapa kali. Tidak hanya makan, Devanda berniat untuk pulang juga mengambil beberapa pakaiannya dan memanggil Senorita agar ikut berjaga di rumah sakit bersamanya. Mungkin selama beberapa hari Devanda tidak pulang dan memilih menemani Mayja di rumah sakit saja. Kasihan karena Mayja tidak punya siapa-siapa selain dirinya. Ayahnya entah ke mana dan ibunya ada di penjara.“Pulang ke rumahku sebentar, ya. Aku harus mengambil pakaian dan mengabari pelayan di rumah,” kata Devanda.“Iya, Nyonya.”“Panggil aku kakak saja. Aku seumuran dengan kakakmu. Mulai sekarang, kamu bisa memanggilku begitu dan menganggapku seperti kakak sendiri,” ucap Devanda. Meski masih merasa canggung, Senja mengangguk saja sebagai jawaban.Sesampainya mereka di kediaman, gerbang langsung dibuka oleh pengawal. Mereka menyapa Devanda yang baru datang. Di teras sudah ada Senorita yang menyambut. Aroma masakan wanita itu sudah tercium sampai keluar. Sepe
Delvino menghampiri Anggi yang tampak murung di pinggir lapangan. Sepertinya perempuan itu sengaja membolos di jam pelajarannya. Tapi aneh sekali kalau bakatnya disia-siakan begitu. Delvino harus tahu apa penyebab Anggi tidak masuk kelas tanpa alasan.Kedatangan Delvino tidak disadari Anggi karena perempuan itu tidak bisa mendengar. Namun ketika Delvino sudah mendudukkan diri di sebelahnya, Anggi langsung tersentak. Senyum Delvino yang membuat Anggi semakin gugup untuk menatapnya.Sebuah minuman kaleng dingin Delvino berikan dengan secarik kertas yang menempel di sana. Di atas kertas itu tertulis sebuah kalimat.Kenapa kamu membolos?Anggi memangku minuman itu, lalu mulai menggerakkan tangannya. “(Aku sedang pusing),” ucapnya dari gerakan tangan itu pada Delvino.Sontak Delvino menjawab, “(Apa kamu sakit?)”Anggi menggeleng. “(Di rumah aku tidak bisa tidur karena ada pertikaian besar. Aku selalu ketakutan karena ibu selalu melampiaskan amarahnya padaku)”Delvino jelas tahu apa yang te
Anggi langsung membuka matanya lebar, ketika menyadari bahwa dia baru saja tidak sadarkan diri. Kalau dirinya sampai ditemukan di lapangan atau tempat asing, itu bisa berbahaya dan akan menimbulkan masalah. Namun anehnya hal pertama yang ia lihat adalah wajah Delvino. Apa ini adalah surga?“Kamu sudah sadar!”Anggi mengerti apa yang dikatakan Delvino lewat gerakan bibir pria itu. Sontak Anggi membangunkan tubuhnya yang terbaring. “(Kalau masih pusing, jangan bangun dulu. Kamu tidur lagi saja, tidak pa-pa)”Anggi menggeleng. “(Aku sudah tidak pa-pa)”Delvino menyadari bahwa Anggi mungkin tidak ingin merepotkan siapa pun. Padahal kalau memang perempuan itu sedang lemah, tidak masalah jika dia ingin bersandar pada orang lain. Entah mengapa Delvino ingin menjadi orang yang seperti itu untuk Anggi. Dia ingin Anggi bersandar padanya dan merepotkannya.“(Jangan berpura-pura baik-baik saja. Kalau kamu sakit, katakan sakit. Jangan menahan sesuatu yang kamu sendiri tidak mampu menahannya sendir
Kamilla baru mendengar laporan tentang apa yang baru-baru ini menggemparkan publik. Apalagi peristiwa ini jelas melibatkan Prakarsastra dengan dugaan bahwa Jonathan dan Andriyan terlibat dalam kasus penembakan dua orang oleh Gautama. Segala kejahatan Gautama juga ikut terbongkar, bahkan Sandy yang disebut pemimpin baru organisasi itu telah menjadi buronan yang dikejar oleh para polisi.Jika kasus ini semakin melebar, reputasi Prakarsastra akan memburuk dan akan membuat citra keluarga terhormat dari masyarakat berubah. Bahkan bisa sirna dalam sekejap. Tidak mungkin Kamilla membuat segala perjuangan suaminya dalam memperjuangkan negara ini hingga dihormati banyak orang menjadi sia-sia.“Aku bisa saja membungkam para petinggi kepolisian, tapi … kasus ini sudah melebar ke publik. Tentu saja atensi publik lebih mereka pikirkan daripada lembaran uang. Karena jika kepercayaan masyarakat pada polisi hancur, mereka pun akan hancur,” gumam Kamilla. Sejak pagi dia terus menekan-nekan ujung bolpo
“Maksudku, hentikan penyelidikan kasus ini atau tutupi keberadaan Nathan yang terlihat di CCTV,” titah sang nenek dengan tenang.Tangan Andriyan terkepal. Dia sudah menduga hal ini akan terjadi kala komisaris polisi menghubunginya untuk menunjukkan hasil tangkapan CCTV. “Mengapa saya harus melakukannya?”“Apa?” Kamilla merasa dia mungkin salah dengar. Arhan yang ada di depannya saja sampai tercengang mendengar jawaban Andriyan yang begitu berani. Sepertinya wajar jika dia mengagumi kualitas kakak sepupunya itu dari kecil.Andriyan menegakkan tubuhnya dengan tatapan lurus pada kedua mata Kamilla. “Maaf, saya tidak bisa melakukannya, Nek. Kalau peristiwa ini sampai menodai nama Prakarsastra, saya jamin itu akan tetap membawa pada kebaikan karena kita tidak menutup mata pada kebenaran. Dan jika Jonathan terbukti bersalah sebagai salah satu pelakunya, saya pun tidak akan ragu untuk menjebloskannya ke penjara. Silakan Nenek gunakan orang-orang Nenek untuk menyelesaikan masalah ini dengan k
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Tidak! Kumohon! Kumohon jangan!” Mayja terus mencoba membuka ikatan tangannya. Dia tidak bisa mati begitu saja. Rasel pun memintanya untuk tetap hidup. Jadi Mayja tidak boleh mati.“Jika tak bersamaku lagi, ingat warna langit favoritku. Jika memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Jika tiba waktunya nanti, yang tak dipaksa yang kan terjadi. Walau memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Sampai bertemu di lain bumi … sampai bertemu di lain hari ….”Mendadak lagu itu terngiang di dalam telinga Mayja. Lagu ini adalah lagu yang Mayja dengar di dalam mimpinya ketika bertemu Rasel. Apa Rasel ada di sini? Apa Rasel akan membantunya? Pandangan Mayja terus mengedar, sedangkan langkah Sandy semakin maju untuk menjatuhkan mereka bersama.Air mata sudah berlinangan di pipi Mayja. Di saat begini dia paling merindukan Rasel yang tidak akan ragu untuk datang setiap dirinya berada dalam bahaya. Namun Mayja sama sekali tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Ini bod
“Maafkan aku, tapi hasilnya menunjukkan adanya tumor di dalam otakmu, Andriyan. Tumor ini cukup besar dan sudah mencapai stadium akhir. Berdasarkan kondisi tumor yang sudah mencapai stadium akhir dan ukurannya yang cukup besar, prognosisnya memang tidak menggembirakan.”Akhir-akhir ini Andriyan lebih sering melamun jika tidak diajak bicara. Seolah ada banyak hal yang sedang dia pikirkan. Bio yang kini menggantikan posisi Rasel sebagai asisten pribadinya mulai menyadari beberapa keanehan itu.Ia pun meletakkan tangannya di bahu Andriyan. “Ada masalah, Tuan?”“Kapan kita bisa menemukan Sandy?” tanya Andriyan yang pandangannya sama sekali tidak beralih dan masih melamun.“Tuan!”Sontak Andriyan tersentak mendengar teriakan itu. Dia segera menoleh ke arah Bio dengan raut marah. “Kenapa kamu berteriak?!”“Saya hanya khawatir pada Anda yang akhir-akhir ini sering tidak fokus. Padahal baru beberapa waktu lalu saya melaporkan bahwa kami menerima kabar bahwa kini dia berada di Bali. Ada orang
“Takdir sedang berulang. Akan ada konsekuensi dibalik pengulangan peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya.”Konsekuensi, tampaknya itu yang sedang Andriyan hadapi saat ini. Kejadian di kehidupan kali ini memang banyak mirip di kehidupan pertama, tapi bedanya Devanda yang diserang oleh penyakit mematikan. Entah mengapa rasanya Andriyan lebih tenang jika memikirkan bahwa orang yang diberi penyakit adalah Devanda, bukan dirinya. Sehingga Andriyan hanya perlu menemukan Sandy Gautama agar Devanda tidak lagi dalam bahaya.Tubuh Andriyan terjatuh lemas di bangku tunggu rumah sakit. Dari banyaknya orang yang berlalu-lalang, dia merasa seperti hanya dirinya yang memiliki waktu singkat dan terhenti di tempat. Dia tidak bisa memikirkan apa pun. Mengetahui kabar bahwa akan mati ternyata tidak terlalu menyenangkan saat memiliki seseorang yang berharga. Bukankah tangis Devanda akan begitu kencang berhari-hari setelah kepergiannya nanti?Berbagai hal indah yang masih ingin dibagikan Andriyan pada D
“Anak dan wanita? Kalau melihat dari situasi di sekitarnya, kemarin saat diperiksa Moana itu sedang hamil … hah?!” Devanda langsung menutup mulutnya. Tidak percaya jika apa yang dikatakan Andriyan waktu itu memiliki kemungkinan untuk benar. “Ti—tidak mungkin, kan?”Andriyan mengedikkan kedua bahunya sembari bersedekap dada. Sebenarnya dia mendatangi Jonathan atas permintaan istrinya itu. Padahal berbincang dengan pria itu terasa sangat menyebalkan. Meski Andriyan memang merasakan perubahan yang signifikan darinya.Di lain sisi, Devanda merasa tenang karena Jonathan di penjara. Sehingga ancaman terbesarnya dalam kehidupan ketiga ini bisa dia hindari sejauh-jauhnya. Satu-satunya masalah yang harus Devanda tuntaskan hanya tentang Sandy Gautama yang posisinya masih berkeliaran di luar sana. Kapan pun dia bisa mendatangi Mayja lagi. Itu sebabnya Devanda masih belum bisa merasa sepenuhnya tenang.“Siapa pun wanita dan anak yang Jonathan maksud, semoga saja dia baik-baik saja. Karena tidak a