Mayja menyimak baik-baik percakapan Rasel dengan seseorang di dalam telepon. Tadi dia memang hanya menutup pintu ruangan tapi tidak benar-benar pergi. Mayja sengaja tetap berdiam di sana untuk memperoleh informasi jika memungkinkan. Sebagai istrinya, Mayja harus tahu apa yang sedang dialami oleh suami dan siapa suaminya. Kalau dari percakapan barusan, sepertinya benar kalau Rasel terkait dengan kelompok tertentu. Hal ini membuat Mayja teringat ucapan Rasel dulu.“Itu mungkin, tapi yang aku harap kamu tau … aku bukan orang baik. Apa kamu tetap akan menjalani pernikahan itu?” tanya Rasel.“Mayja, kalau kamu melihatku sekarang, kamu hanya melihat apa yang ingin kutunjukkan padamu, tapi jika kita menikah kamu mungkin mengetahui sesuatu yang belum pernah kamu sangka sebelumnya. Kalau hal itu baik, itu tidak terlalu penting. Tapi bagaimana jika hal itu buruk dan kamu menyesali keputusanmu sekarang?”Kalau dicerna dari ucapan yang pernah Rasel katakan, Mayja mulai paham jika Rasel memang sed
Mayja menyimak baik-baik percakapan Rasel dengan seseorang di dalam telepon. Tadi dia memang hanya menutup pintu ruangan tapi tidak benar-benar pergi. Mayja sengaja tetap berdiam di sana untuk memperoleh informasi jika memungkinkan. Sebagai istrinya, Mayja harus tahu apa yang sedang dialami oleh suami dan siapa suaminya. Kalau dari percakapan barusan, sepertinya benar kalau Rasel terkait dengan kelompok tertentu. Hal ini membuat Mayja teringat ucapan Rasel dulu.“Itu mungkin, tapi yang aku harap kamu tau … aku bukan orang baik. Apa kamu tetap akan menjalani pernikahan itu?” tanya Rasel.“Mayja, kalau kamu melihatku sekarang, kamu hanya melihat apa yang ingin kutunjukkan padamu, tapi jika kita menikah kamu mungkin mengetahui sesuatu yang belum pernah kamu sangka sebelumnya. Kalau hal itu baik, itu tidak terlalu penting. Tapi bagaimana jika hal itu buruk dan kamu menyesali keputusanmu sekarang?”Kalau dicerna dari ucapan yang pernah Rasel katakan, Mayja mulai paham jika Rasel memang seda
Di dalam kamarnya, Mayja membuka dokumen itu dengan tenang. Tadi dia bilang kepada Senja bahwa ada yang harus ia kerjakan dulu sebelum menyusul ke bawah untuk menonton Drama Korea. Meski kecewa, tapi akhirnya Senja memilih menunggu Mayja sambil belajar lebih dulu.“Sandy Gautama. Aku baru tahu kalau dia merupakan bagian dari Keluarga Gautama,” gumam Mayja. Ada banyak sekali informasi tentang Sandy yang ia temukan di sini. Mulai dari kejahatannya, riwayat hidupnya, relasinya, hingga kebenaran bahwa dia adalah pengedar narkoba terbesar di negeri ini. “Aku sama sekali tidak menduga kalau dia orang yang seperti ini. Itu sebabnya beberapa waktu lalu Rasel bertanya pendapatku tentang Sandy. Mungkin dia ingin tahu seberapa banyak pengetahuanku tentang Sandy. Polos sekali aku menjawab bahwa dia orang baik.”Beberapa saat kemudian, Mayja baru sadar. “Tapi, satu-satunya cara agar aku percaya sosok Sandy yang asli memang hanya dengan melihat dokumen ini. Karena aku tidak mungkin mengubah pandang
Karena kondisi Rasel sudah membaik, Mayja akhirnya bisa tenang melihat pria itu tidak lagi perlu berbalut perban. Lima hari lagi sebelum kembali bekerja, Mayja mendadak kembali menemukan kesialan.Wulan dan Tama, ia bertemu mereka lagi.“Wah, senang ya bisa bertemu kalian lagi. Apa kalian sedang … berpura-pura menjadi pasangan lagi karena tahu kami langganan di tempat ini?” tanya Wulan dengan senyum lebar saat melihat Rasel dan Mayja yang baru keluar dari supermarket.Darah Mayja terasa mendidih. Apa mereka berdua tidak bisa melihat kalau Mayja juga sedang berbelanja? Rasanya ingin sekali menghantam wajah wanita itu dengan sayur kangkung yang dia beli. “Kami sedang belanja, kami juga punya ngomong-ngomong,” kata Mayja.Mengabaikan perkataan Mayja barusan, Tama tiba-tiba menyodorkan secarik kertas yang merupakan undangan reuni SMA. Bedanya, tidak semua teman mereka bisa datang, melainkan beberapa teman sekelas saja. “Apa-apaan ini? Aku tidak tertarik untuk datang,” kata Mayja yang lang
Karena kondisi Rasel sudah membaik, Mayja akhirnya bisa tenang melihat pria itu tidak lagi perlu berbalut perban. Lima hari lagi sebelum kembali bekerja, Mayja mendadak kembali menemukan kesialan.Wulan dan Tama, ia bertemu mereka lagi.“Wah, senang ya bisa bertemu kalian lagi. Apa kalian sedang … berpura-pura menjadi pasangan lagi karena tahu kami langganan di tempat ini?” tanya Wulan dengan senyum lebar saat melihat Rasel dan Mayja yang baru keluar dari supermarket.Darah Mayja terasa mendidih. Apa mereka berdua tidak bisa melihat kalau Mayja juga sedang berbelanja? Rasanya ingin sekali menghantam wajah wanita itu dengan sayur kangkung yang dia beli. “Kami sedang belanja, kami juga punya ngomong-ngomong,” kata Mayja.Mengabaikan perkataan Mayja barusan, Tama tiba-tiba menyodorkan secarik kertas yang merupakan undangan reuni SMA. Bedanya, tidak semua teman mereka bisa datang, melainkan beberapa teman sekelas saja. “Apa-apaan ini? Aku tidak tertarik untuk datang,” kata Mayja yang lang
Mayja menunggu dengan cemas kedatangan ibunya yang dibawa oleh sipir penjaga sel. Sudah lama dia tidak bertemu dengan wanita berdarah dingin yang telah melahirkannya itu. Mungkin karena terakhir kali ibunya itu meminta Mayja agar membunuh ayahnya, Mayja jadi malas untuk bertemu.Setelah dipaksa duduk di hadapan Mayja dengan penghalang kaca, Ranti mendongak. Dia melihat seorang perempuan yang sangat mirip dengannya di masa muda. “Siapa kamu?” tanyanya.Mayja berusaha menahan dirinya yang merasa sesak karena sang ibu bahkan tidak mengingat tentang dirinya sedikit pun. “Mungkin Anda lupa kalau Anda pernah melahirkan seorang putri. Saya adalah putri tersebut.”Ranti tampak berusaha mengingat. Tidak lama kemudian, dia menaikkan kedua alisnya dan mulai duduk dengan benar. “Oh! Mayja, anakku!” ucapnya dengan semangat, meski ekspresinya tidak terlalu sumringah.“Apa saja yang sudah Anda lakukan di dalam penjara sampai lupa kalau Anda memiliki anak di luar sana?” kata Mayja.“Bukankah itu yang
“Rasel, bukankah ini kapal Keluarga Prakarsastra?” tanya Bianca setelah mendapat kiriman CCTV dari Geng Stars yang ada di dekat pelabuhan ibukota.Rasel yang sebelumnya sedang beradu catur dengan Bio langsung menegakkan tubuhnya. Ia berjalan mendekati Bianca lalu menerima tabloid yang dipegang oleh perempuan itu. Alisnya bertaut ketika melihat lambang Prakarsastra dalam kapal yang hendak ditumpangi oleh Gautama.“Tunggu, bukankah ini adalah … timing yang akan Tuan Andriyan atur agar polisi menggrebek pengedaran narkoba mereka? Kenapa ada kapal Prakarsastra?!” Rasel segera menghubungi nomor Andriyan.Tapi Andriyan yang sedang bersenang-senang dengan Devanda sengaja meninggalkan ponsel mereka di dalam mobil. Saat ini Andriyan tengah menemani Devanda berkeliling mall, hal yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Sengaja usai selesai syuting, Devanda meminta Mayja langsung pulang sedangkan Andriyan menjemput Devanda untuk pergi bersama.“Kamu tahu, Iyan? Aku merasa jarang melihat Mayj
“Kapal kita ditemukan di pelabuhan ini?! Apa tindakan polisi selanjutnya?”Andriyan baru sampai di markas. Dia melihat para anggotanya yang terduduk lesu di atas kursi masing-masing. Salah satunya adalah Bianca yang sudah memucat. “Sesuai dugaan. Para polisi mulai mengubah arah mereka. Mereka mulai berpikir bahwa pengedaran narkoba itu difasilitasi oleh Keluarga Prakarsastra,” ucap Bianca.“Sial!” Andriyan menendang tong sampah di belakangnya setelah mendengar itu. Dia gagal lagi mengepung kelompok Gautama. Padahal tidak mudah untuk akhirnya menemukan jadwal penukaran perdagangan mereka. “Apa kalian sudah mencari tahu mengapa Kapal Prakarsastra bisa ada di sana?”Bio mendekat, sebenarnya dia ragu untuk melaporkan temuannya pada Andriyan. “Emm, Tuan Andriyan … ini dugaan, hanya sekedar dugaan, kami menduga bahwa Prakarsastra memang beraliansi dengan Gautama.”Sontak Andriyan mencengkram kerah Bio yang langsung berusaha dicegah Bianca dan Rasel. “TUAN!”“Apa kau bilang?! Jadi kau pikir,
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Tidak! Kumohon! Kumohon jangan!” Mayja terus mencoba membuka ikatan tangannya. Dia tidak bisa mati begitu saja. Rasel pun memintanya untuk tetap hidup. Jadi Mayja tidak boleh mati.“Jika tak bersamaku lagi, ingat warna langit favoritku. Jika memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Jika tiba waktunya nanti, yang tak dipaksa yang kan terjadi. Walau memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Sampai bertemu di lain bumi … sampai bertemu di lain hari ….”Mendadak lagu itu terngiang di dalam telinga Mayja. Lagu ini adalah lagu yang Mayja dengar di dalam mimpinya ketika bertemu Rasel. Apa Rasel ada di sini? Apa Rasel akan membantunya? Pandangan Mayja terus mengedar, sedangkan langkah Sandy semakin maju untuk menjatuhkan mereka bersama.Air mata sudah berlinangan di pipi Mayja. Di saat begini dia paling merindukan Rasel yang tidak akan ragu untuk datang setiap dirinya berada dalam bahaya. Namun Mayja sama sekali tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Ini bod
“Maafkan aku, tapi hasilnya menunjukkan adanya tumor di dalam otakmu, Andriyan. Tumor ini cukup besar dan sudah mencapai stadium akhir. Berdasarkan kondisi tumor yang sudah mencapai stadium akhir dan ukurannya yang cukup besar, prognosisnya memang tidak menggembirakan.”Akhir-akhir ini Andriyan lebih sering melamun jika tidak diajak bicara. Seolah ada banyak hal yang sedang dia pikirkan. Bio yang kini menggantikan posisi Rasel sebagai asisten pribadinya mulai menyadari beberapa keanehan itu.Ia pun meletakkan tangannya di bahu Andriyan. “Ada masalah, Tuan?”“Kapan kita bisa menemukan Sandy?” tanya Andriyan yang pandangannya sama sekali tidak beralih dan masih melamun.“Tuan!”Sontak Andriyan tersentak mendengar teriakan itu. Dia segera menoleh ke arah Bio dengan raut marah. “Kenapa kamu berteriak?!”“Saya hanya khawatir pada Anda yang akhir-akhir ini sering tidak fokus. Padahal baru beberapa waktu lalu saya melaporkan bahwa kami menerima kabar bahwa kini dia berada di Bali. Ada orang
“Takdir sedang berulang. Akan ada konsekuensi dibalik pengulangan peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya.”Konsekuensi, tampaknya itu yang sedang Andriyan hadapi saat ini. Kejadian di kehidupan kali ini memang banyak mirip di kehidupan pertama, tapi bedanya Devanda yang diserang oleh penyakit mematikan. Entah mengapa rasanya Andriyan lebih tenang jika memikirkan bahwa orang yang diberi penyakit adalah Devanda, bukan dirinya. Sehingga Andriyan hanya perlu menemukan Sandy Gautama agar Devanda tidak lagi dalam bahaya.Tubuh Andriyan terjatuh lemas di bangku tunggu rumah sakit. Dari banyaknya orang yang berlalu-lalang, dia merasa seperti hanya dirinya yang memiliki waktu singkat dan terhenti di tempat. Dia tidak bisa memikirkan apa pun. Mengetahui kabar bahwa akan mati ternyata tidak terlalu menyenangkan saat memiliki seseorang yang berharga. Bukankah tangis Devanda akan begitu kencang berhari-hari setelah kepergiannya nanti?Berbagai hal indah yang masih ingin dibagikan Andriyan pada D
“Anak dan wanita? Kalau melihat dari situasi di sekitarnya, kemarin saat diperiksa Moana itu sedang hamil … hah?!” Devanda langsung menutup mulutnya. Tidak percaya jika apa yang dikatakan Andriyan waktu itu memiliki kemungkinan untuk benar. “Ti—tidak mungkin, kan?”Andriyan mengedikkan kedua bahunya sembari bersedekap dada. Sebenarnya dia mendatangi Jonathan atas permintaan istrinya itu. Padahal berbincang dengan pria itu terasa sangat menyebalkan. Meski Andriyan memang merasakan perubahan yang signifikan darinya.Di lain sisi, Devanda merasa tenang karena Jonathan di penjara. Sehingga ancaman terbesarnya dalam kehidupan ketiga ini bisa dia hindari sejauh-jauhnya. Satu-satunya masalah yang harus Devanda tuntaskan hanya tentang Sandy Gautama yang posisinya masih berkeliaran di luar sana. Kapan pun dia bisa mendatangi Mayja lagi. Itu sebabnya Devanda masih belum bisa merasa sepenuhnya tenang.“Siapa pun wanita dan anak yang Jonathan maksud, semoga saja dia baik-baik saja. Karena tidak a