Selesai menjawab telepon dari Aline, Hana Lalu memasukkan ponselnya kedalam tas, dia tersenyum ke arah Devan. Hana merasa sedikit canggung saat ini. "Apa itu Aline yang menelepon mu?" Tanya Devan saat Hana sudah memasukkan ponselnya. Dia terus menatap lekat wajah Hana, seolah drinya tak perna bosan memandang wajah itu."Iya, itu Aline, dia memberitahu jika tidak bisa datang kesini, karena ada kerjaan mendadak yang harus dia selesaikan siang ini juga," jawab Hana menjelaskan, dia kini bingung harus melakukan apa, tanpa Aline.Devan tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia seperti tahu maksud Aline yang berkata seperti itu."Maaf Pak Devan berhubung Aline tidak jadi datang, Saya permisi, saya pulang dulu." Hana berpamitan pada Devan sungguh dia tak enak hati, namun tak mungkin juga mereka hanya maka berdua saja di restauran itu.Raut wajah Devan seketika itu pun berubah mendengar penuturan dari Hana wanita itu kini merapikan tasnya dan berdiri dari tempat duduknya, namun sa
Devan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, hingga hanya butuh waktu 15 menit, lelaki itu sampai di kantornya.Sepanjang perjalananan Devan terus saja menduga-duga tentang Hana , peristiwa malam itu dan pernyataan Hana yang mengatakan dirinya sudah menikah selalu terbayang dalam pikiran Devan.Devan memarkirkan asal mobilnya lalu turun, Devan melemparkan kunci ke arah security yang berjaga di depan pintu perusahaannya, security itu dengan Sigap menangkap kunci yang dilempar oleh Devan. Devan langsung saja berjalan tergesa-gesa masuk ke dalam kantornya. Security itu hanya dapat memandang punggung Devan yang kini meninggalkannyaSaat dia tengah mencari keberadaan Aline, Devan berpapasan dengan Ravi, Ravii yang dari kejauhan sudah melihat Devan berjalan masuk ke kantor, langsung menghampirinya, Ravi mempercepat langkahnya karena sepertinya Devan sangat terburu-buru."Hey ada apa? Tadi kau bilang gak mau ke kantor, kenapa sekarang datang kesini?" Tanya Ravi merasa bingung, pasalnya
Hana berjalan untuk membuka pintu rumahnya, karena sedari tadi ada orang yang mengetuk pintu rumahnya itu "Ya ada apa, pak?" Setelah Hana membuka pintu dia melihat seseorang tengah membawa buket bunga, ia menggunakan seragam, sepertinya kurir."Maaf Bu, ini ada kiriman buket bunga." Kurir menyodorkan sebuket mawar putih pada Hana, Hana bingung. Dia tak langsung menerima buket itu begitu saja, Hana malah bertanya kembali."Maaf pak, tapi saya tidak memesannya,"" Maaf Bu, Ini ada yang mengirimkannya untuk ibu.""Dari siapa pengirimnya pak?" Hana terus saja bertanya pada sang kurir. Dia Mash tidak merasa yakin akan kiriman bunga itu. Pasalnya Baru kali ini dia mendapatkan kiriman bunga di apartemennya."Saya juga kurang tau Bu, di sini tidak ada nama pengirimnya.""Loh mana mungkin bisa seperti itu pak," ujar Hana karena bunga itu tidak ada nama pengirimnya. Bagaimana bisa tempat pengiriman itu tidak mencatat siapa nama pengirimnya."Maaf Bu, Saya kurang tahu saya hanya seorang kurir y
Akhirnya Devan memutuskan untuk pulang terlebih dahulu, setelah mempertimbangkannya berkali-kali, sesampainya di apartemen lelaki itu langsung membersihkan dirinya, Devan berjalan ke arah kamar mandi, 25 menit kemudian lelaki itu selesai membersihkan diri. Devan berjalan perlahan ke arah lemari dan memilih pakaian untuk di kenakannya.Lelaki itu sempat bingung saat memilih pakaian namun setelah beberapa saat, Devan langsung menemukan pakaian yang pas untuk dirinya.Setelah mengenakan pakaian, Devan lalu mematut dirinya di depan cermin penampilannya sungguh sangat perfect hari ini dia begitu kelihatan gagah dan tampan.Devan lalu keluar dari kamarnya berjalan menuruni anak tangga, Devan pergi ke dapur dan berpamitan dengan Bibi, asisten rumah tangga yang bekerja di rumahnya."Bi, saya pergi dulu sebentar," pamit Devan pada bibi,"Baik tuan."Devan begitu bersemangat, Devan berjalan menuju ke arah pintu namun saat ia membuka pintu, betapa terkejutnya dia, ternyata mamanya sudah berada d
Devan dan Hana saling pandang, “Aku tinggal dulu, aku buka pintu sebentar,” ujar Hana wanita itu langsung berdiri dan berjalan ke arah pintu lalu membuka pintu tersebut. Devan melihat Hana berjalan ke arah pintu, Devan langsung melihat Kendra dan menghampirinya. Setelh pintu itu terbuka, ternyata Aline yang datang.“Aku bawakan makan malam untukmu dan Kendra,” ucap Aline sambil tersenyum kedua tangannya dia naikkan ke atas menunjukkan paper bag yang ada di tangannya. Hana tersenyum malu-malu di hadapan Aline.Aline mengerutkan kedua keningnya merasa bingung dengan sikap Hana wajah sahabatnya itu seperti malu-malu, tidak biasanya dia bersikap aneh seperti ini.“Hay kamu kenapa, ada apa dengan wajahmu itu?” Tanya Aline pada Hana. Aline terus saja menatap ke arah Hana.“Ah, ti-tidak, ayo masuk,” ujar Hana meminta Aline untuk masuk, Sebenarnya dia agak merasa malu, dan gugup karena ada Devan di dalam rumahnya.Hana langsung menutup pintu itu dan berjalan di belakang Aline mengikuti wanita
Pagi-pagi sekali Hana sudah bangun dari tidurnya dia mempersiapkan segala sesuatu yang ia perlukan untuk melamar pekerjaan di perusahaan Devan.Tak lupa sana pun menelepon Feni kembali untuk wanita itu datang ke rumahnya menemani Kendra yang saat ini masih tertidur.Hana melihat Kendra masih begitu lelap dalam tidurnya ia tidak tega membangunkan anak lelakinya tersebut karena langsung bersiap-siap ia kemudian membersihkan diri berjalan ke arah kamar mandi.Hana tak berlama-lama hanya 25 menit dia pun sudah keluar, Hana lalu berjalan ke arah lemari memilih pakaian apa yang pantas untuk ia kenakan hari ini.Hana lalu bersiap-siap kini wanita itu tengah rapi, mengenakan kemeja putih lengan panjang dan rok hitam sebatas lutut, Hana siap untuk berangkat ke kantor Devan melamar pekerjaan disana, semalam saat sebelum pulang Aline sempat berkata padanya akan menjemput Hana.“Hana,besok pagi aku akan menjemputmu, kamu tak usah memesan taksi online, sekalian aku juga akan berangkat bekerja, kit
Kebenaran Yang TerkuakDevan langsung masuk keruang kerjanya, lelaki itu duduk di meja kerja miliknya. Pandangan lelaki itu menerawang jauh ke depan, satu tangannya ia letakkan di dagunya. Devan saat ini tengah melamun tentang Hana dan malam itu, mengingat-ingat kembali saat mereka pertama kali bertemu.Saat di mana Hana memasuki kamar tersebut Devan mengingat kembali semuanya perkataan dia terhadap Hana bagaimana dirinya telah menyakiti Hana saat itu, merendahkannya dan berkata yang dia sendiri sebenarnya tidak tahu kenyataannya seperti apa.Apa yang membuat Hana datang pada malam itu dan menyetujui permintaannya, Devan pun menduga-duga jika Hana saat itu memang membutuhkan uang untuk berobat anaknya Kendra, pasalnya Rosita berkata demikian.Devan pun berpikir jika beberapa bulan yang lalu itu bertepatan dengan saat di mana ia bertemu dengan Hana dan melakukan hal tersebut. Terlebih lagi Rosita bilang jika anak Hana sedang di rumah sakit dalam kondisi kritis. Devan akhirnya sekarang
Setelah Aline pergi dari ruangan Devan, sekertaris Devan langsung meminta Hana untuk langsung masuk kedalam menemui Devan.Karena sebelumnya Devan berpesan untuk Hana langsung masuk saja. Saat urusannya dengan Aline selesai.Hana menjadi ragu, antara menatap Aline yang pergi dengan wajah sangat kesal, atau masuk kedalam ruangan Devan untuk wawancara, Hana masih saja menatap ke pergian Aline, hingga wanita itu benar-benar hilang dari pandangannya.“Hana Silakan masuk ke dalam kamu sudah ditunggu oleh Pak Devan di dalam, Pak Devan tidak memiliki banyak waktu karena sebentar lagi beliau akan meeting.” Sekretaris Devan meminta Hana untuk masuk karena wanita itu masih saja berdiri di luar.Hana pun akhirnya masuk ke dalam ruangan Devan, Hana Buka pintu itu melihat ke arah Devan yang kini tengah duduk sambil melihat ke arahnya Hana pun langsung menutup pintu itu.Hana menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan, Hana begitu grogi saat ini karena akan di interview. Walaupun i
Hana sungguh takut saat ini, bisa bisa nya Devan bertingkah seperti itu di depan ibunya. Jangan di tanya bagaimana rasa gugup dan takutnya Hana saat ini. Dia terus sajaelihat ke arah Maya.Wanita itu tersenyum memejamkan matanya sambil mengangguk pelan dan tersenyum. Pertanda Jika dia sudah merestui hubungan mereka.Devan masih berlutut sambil melihat ke arah Hana Devan harap-harap cemas. Dia benar-benar takut saat ini. Dia berharap jika Hana akan menerimanya.Hana melihat ke arah Devan, kemudian melihat ke arah Aline, Maya dan juga anaknya. Mereka bertiga tersenyum ke arah Hana.Hana kembali melihat ke arah Devan dan tersenyum sambil mengangguk. “Iya, aku mau Devan. Aku mau jadi istrimu.” Hana akhirnya menerima DevanSetelah usai acara malam itu Devan mengantar Hana pulang kembali ke rumah. Berhubung waktu sudah malam Devan langsung pulang dan meminta Hana untuk beristirahat. Sedangkan Aline dan Bu Maya mereka pulang bersama-sama.
“Tentu saja aku serius, mana pernah aku berbohong padamu,” jawab Aline. “Ya sudah aku hanya ingin menyampaikan itu padamu. Aku harus pulang sekarang.” Aline kemudian langsung melajukan mobilnya, meninggalkan apartemen Hana.Devan yang merasa begitu senang, dia langsung berjalan ke arah kamarnya dan bersiap-siap ingin bertemu dengan Hana.“Aku harus pergi menemuinya dan mengajaknya makan malam.”Devan kemudian menelepon Hana dan mengutarakan niatnya dia mengajak sana untuk makan malam bersama hari ini.Tidak menunggu waktu lama kini Devan sudah terlihat rapi dan siap untuk segera pergi ke rumah Hana. Dengan perasaan yang berbunga-bunga dia keluar dari rumahnya dan melajukan mobilnya ke apartemen Hana.Setelah menerima telepon dari Devan, Hana pun bersiap-siap ingin pergi makan malam dengan lelaki itu dia juga merasa sangat senang sekali.Hana lalu meminta pada Mbak Feni untuk menjaga Kendra terlebih dahulu dan menun
Rosiana merasa bersalah pada Aline. Entah mengapa tiba-tiba saja wanita itu teringat pada Aline.“Kamu benar-benar bodoh Ravi. Apa yang kau lakukan? Kamu menghancurkan masa depanmu sendiri. Dan lihat sekarang kamu harus menikah dengannya.” Rosiana benar-benar merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh Ravi. Dia tidak pernah menyangka jika Ravi akan berbuat segegabah itu. Raffi yang selalu memperhitungkan segala sesuatunya entah apa yang membuatnya menjadi begitu ceroboh dan melakukan kesalahan besar.“Aline, bagaimana dengan gadis itu? Pasti dia sudah mendengar berita ini. Aku harus datang menemuinya dan minta maaf padanya. Harusnya aku mendekatkan mereka sejak dulu.” Rosiana benar-benar menyesal dia tahu akan perasaan Aline pada Ravi anaknya.Rosiana langsung keluar dari ruangan Ravi dan berjalan ke arah ruangan kantor Aline. Dia akan menemui gadis itu sekarang. Rosiana tahu pasti kabar Ini sudah terdengar di telinganya. Paling pasti merasa sedih mendengar berita ini Rosiana berniat
Pagi ini Aline berangkat ke kantor tidak seperti biasanya suasana kantor kali ini sedikit berbeda. Sebagian besar karyawan tengah bergunjing. Aline hanya mengerutkan keningnya sambil melihat ke sisi kanan dan ke kiri sepanjang dia berjalan memasuki lobby kantor.“Ada apa dengan mereka. Kenapa semua orang bergunjing pagi-pagi. Seperti nggak ada kerjaan aja.” Aline berusaha mengabaikan suasana kantor pagi ini dia kemudian langsung masuk ke dalam lift.Aline naik ke lantai 5 tempat kantornya berada. Saat berjalan melewati koridor lagi-lagi setiap karyawan sedang bergosip.Aline hanya berjalan sambil melihat ke arah mereka. Dia kemudian masuk ke dalam kantornya, dan di dalam sana pun semakin gencar semua orang tengah berbisik-bisik.“Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan. Sepertinya topik saat ini begitu menarik hingga seisi kantor membicarakannya.”Jujur saja Aline merasa penasaran Bagaimana bisa dari lantai 1 hingga lantai 5 semua karyawan berbisik dan sibuk bergosip. Bahkan merek
Maya terdiam dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Maya benar-benar syok dengan kabar yang dia terima. Kakinya terasa lemas wanita paruh baya itu langsung terduduk di kursi. Sungguh Maya tidak menyangka jika Diva sampai hamil seperti ini.Setelah menyampaikan kabar dokter langsung masuk kembali, meninggalkan keluarga Diva.Kedua orang tua Diva yang juga syok mendengar kabar itu mereka langsung duduk dan melihat ke arah Maya.“Bagaimana ini mungkin?” Tanya Maya dia melihat dan menatap tajam ke arah kedua orang tua Diva. “Dengan siapa Diva hamil, anak siapa yang dia kandung?” Maya begitu menuntut dia tidak memberikan celah pada kedua orang tua Diva.Orang tua Diva sendiri juga tidak tahu jika anaknya hamil Mereka sendiri juga terkejut mendengar penuturan dokter.“Kami tidak tahu Bu anak kami itu anak baik-baik, itu pasti anak Devan. Kami tidak pernah melihat anak kami dekat dengan satu lelaki pun yang kami tahu satu-satunya lelaki yang
Akhir-akhir ini hubungan Hana dan Devan semakin dekat, mereka sering pergi makan siang bersama. Devan selalu meluangkan waktunya untuk Hana bahkan di hari libur Devan sengaja datang ke rumah Hana dan bermain dengan Kendra.Kali ini Devan benar-benar melakukan apa yang ingin dia lakukan mendekati sana dan menarik simpatinya. Berharap bisa meluluhkan hati wanita itu. Tidak hanya dengan Hana Devan pun mempererat hubungannya dengan Kendra. Devan sudah menganggap Kendra seperti anaknya sendiri. Dia menyayangi anak itu tulus walaupun Kendra bukan darah dagingnya.Tidak hanya itu Devan juga memberi proyek untuk membangun gedung kantor baru yang akan didirikan oleh Devan pada Hana.“Hana tolong bantu aku. Aku ingin kamu menangani proyek, membangun gedung kantor yang akan aku dirikan sebagai perusahaanku nanti.“Kamu ingin mendirikan perusahaan sendiri Devan?” Tanyanya dia begitu senang mendengar kabar yang diberitahukan padanya. Devan hanya menga
Diva langsung ketempat Devan saat sudah mengetahui alamatnya. Dia pergi kesana berusaha untuk mendekati lelaki itu seperti yang di perintahkan oleh Maya. Diva berpakaian seksi berharap Devan bisa terpikat dengannya.“Aku yakin dengan begini dia akan tertarik padaku,” ujarnya dengan penuh percaya diri. Diva lalu turun dari dalam mobilnya dia berjalan ke arah pintu dan membunyikan bel rumah Devan.Devan yang saat itu tengah bersiap hendak keluar mengerutkan kedua kuningnya dia merasa bingung siapa yang datang bertamu ke rumahnya. Tidak ada yang tahu alamat rumahnya kecuali Ravi dan juga ibunya bahkan sampai sekarang Devan tidak memberitahu siapapun dan hanya keluarganya dan orang-orang terdekatnya yang tahu.Dia kan kemudian berjalan ke arah pintu dan membuka pintu itu dia terkejut melihat Diva yang sudah berada di depan pintu sambil tersenyum kepadanya.“Diva?”“Hay, Dev,” Sapa Diva perempuan itu menyiapkan Devan dengan senyum y
Dari arah belakang sedari tadi Ravi mengikutinya ternyata lelaki itu menguntit. Membuntuti mereka. Bahkan dari Devan dan Aline keluar dari kantor. Ravi terus mengikuti mereka. Ravi melihat Devan mengemudikan mobilnya ke arah sekolahan Kendra. Lalu ke arah kantor baru Hana. Tak hanya itu Ravi pun mengikuti mereka hingga sampai ke restoran tempat di mana mereka saat ini sedang makan siang.“Ternyata Devan pergi makan bareng Aline, Hana dan juga Kendra,” gumamnya dalam mobil sambil terus memperhatikan mereka dari jarak jauh. Ravi kemudian mencari ponselnya membuka layar itu dan menekan kamera dia akan foto mereka sebagai bukti.“Ini akan menjadi bukti, aku akan menyerahkan ini pada Tante Maya.” Ravi mau foto mereka dari dalam mobil. Dia mengambil beberapa foto untuk diberikan pada Maya.Ravi kemudian melihat hasil jepretannya dia terus berpikir sendiri di atas mobilnya. “Apa yang harus aku lakukan dengan ini. Apa yang harus aku katakan pada Tante Maya
Ravi terus melihat ke arah Devan. Dia tidak menemukan apapun disana, raut wajah Devan mengatakan yang sebenarnya. “Selamat menikmati.” Ravi hanya berkata seperti itu pada Devan namun dalam hati dia meragukannya. “Apa mungkin Devan punya rencana khusus saat ini?” Mendengar ucapan Ravi. Devan dan Aline langsung pergi meninggalkannya. Ravi masih terus melihat kepergian Devan. “Rasanya tidak mungkin Jika dia begitu senang saat keluar dan menyerahkan posisinya seperti itu pasti ada sesuatu.” Ravi terus berpikir jika Devan memiliki sesuatu yang mungkin sedang direncanakan bersama Aline. “Aku harus mengikutinya.” Ravi pun berniat untuk mengikuti mereka. Devan dan Aline sekarang keluar dari kantor mereka menggunakan mobil Devan. Saat di mobil Devan melihat ke arah Aline. “Aline, coba kamu telepon Hana. Bilang padanya jika kita sudah berada di jalan untuk menjemputnya makan siang.” Karena Devan yang saat ini seda