Kini Jenna dan Devan tengah makan siang bersama di restauran yang ada di samping kantor, Jenna orang nya sangat asik sekali, dia banyak bercerita ada saja obrolan yang dia lakukan bersama Devan sehingga mereka terlihat lebih dekat dan akrab, padahal mereka baru kenal.Di sela obrolannya Jenna memegang tangan Devan lalu tersenyum, dibawah meja, Jenna pun mengarahkan satu kakinya ke arah kaki Devan, menggodanya dengan menaik turunkan kakinya di kaki Devan.Devan sempat terkejut atas ulah Jenna ini namun dia diam saja saat melihat ke arah Jenna yang tersenyum padanya, Jenna yang melihat Devan hanya diam saja pun tersenyum menyeringai saat lelaki itu tak melihat ke arahnya.Ketika jam makan siang berakhir Devan mengajak Jena untuk kembali ke kantornya Jenna pun mengikuti lelaki itu namun tak berselang lama setelah ia sampai di kantor Devan, Jenna pun berpamitan untuk pulang."Devan, aku pulang dulu ya, aku gak mau ganggu kamu kerja, oiaa ini alamat apartemen aku, jangan lupa nanti malem d
Devan belum pernah melakukan apapun sebelumnya bahkan ini adalah ciuman pertamanya bersama Jenna, Jenna yang lebih agresif dan membimbing Devan.Mereka masih saling bertukar Saliva satu sama lain, Devan hanya diam saja, Jenna menyesap melumat bahkan menghisap lidah pria itu.Jenna langsung membawa Devan masuk kedalam kamar, tanpa melepas tautan mereka, sesampainya di dekat tempat tidur, mereka masih saling berciuman, Jenna mengalungkan kedua tangannya pada leher Devan, tangan itu mulai menjalar ke atas meremas pekan rambut Devan untuk memperdalam ciumannya.Jenna melepas tautan bibir mereka, memberikan oksigen pada Devan untuk bernafas.Hosh ... Hosh ... Hosh ...Lelaki itu meraup banyak oksigen, dia hampir saja kehabisan nafas, Jenna hanya tersenyum menyeringai, dalam hatinya dia merasa senang karena Devan masih lugu.Jenna menyambar lagi bibir Devan penuh keinginan yang menggebu, menjambak rambutnya dengan lembut, tak sampai situ Jenna lalu menuntun tangan Devan untuk memegang bagia
Sudah satu bulan ini Devan dan Jenna menjalin hubungan, Devan merasa sangat bahagia, Devan merasa Jenna wanita yang sempurna wanita yang ia impi-impikan selama ini.Tidak menunggu waktu lama mereka pun bertunangan Jenna pun senang saat Devan melamarnya dan mengajaknya untuk bertunangan.Jeno menerima lamaran Devan Mereka pun akhirnya menggelar pesta pertunangan mereka dengan sangat megah.Jenn adalah wanita yang suka memberi kejutan kepada Devan ia seringkali datang ke kantor Devan untuk memberikan sesuatu kepada tunangannya Devan merasa bahagia dan merasa sangat dicintai oleh jenna.Seperti halnya kali ini Jenna datang ke kantor Devan memberi kejutan kepada lelaki itu. Jenna langsung saja masuk kedalam ruangan Devan."Sayang," sapa Jenna saat di depan pintu. Jenna lalu menutup pintu itu dan berlari ke arah depan lalu duduk di atas pangkuannya.Devan yang melihat kedatangan kekasihnya merasa sangat bahagia apa ag Jenna datang langsung duduk di pangkuannya dan memeluknya."Kau ini," uc
Ravi melihat ke arah Devan, karna sahabatnya itu tak menjawab pertanyaannya, di pandangnya lekat-lekat wajah Devan, dan matanya pun ikut mengarah ke arah Devan memandang, hamparan laut yang luas dengan beberapa gemerlap lampu dari perahu nelayan yang tengah mencari nafkah di malam hari. Pandangan Devan memandang lurus tanpa ekspresi."Dev, Devan, Devan," Ravi memanggil nama Devan namun tak ada sahutan dari lelaki itu. Ravi menjadi khawatir, karena tatapan Devan begitu dingin dan kosong."Devan," sekali lagi Ravi mencoba untuk memanggil sahabatnya, yang tengah melamun, sambil menggoyangkan lengan Devan.Panggilan Ravi akhirnya dapat membubarkan lamunan Devan terlebih lagi, dia menggoyang lengan Devan sontak saja Devan langsung menoleh ke arah Ravi. Devan hanya mendengus kesal pada Ravi, yang tentu saja tak di hiraukan oleh lelaki itu."Hey, apa kau melamun? Kau masih tak bisa lupakan Jenna, masih saja kau mengingat wanita itu?" Ravi tidak habis pikir setelah sekian lama, semenjak keja
Dion yang tak lagi bisa memaksa Hana dan mempertahankan wanita itu di perusahaannya mau tak mau Dion pun menandatangani surat pengunduran diri Hana.Wanita itu benar-benar sulit untuk dirayu dan dibujuk, Dion tak mampu lagi menahan Hana lagi untuk tetap bekerja di perusahaannya.“Terima kasih pak,” ujar Hana, lalu mengambil berkas pengunduran dirinya yang telah di tandatangani oleh Dion.Hana langsung saja keluar dari ruangan Dion, tak ingin berlama-lama dalam ruangan itu, Hana langsung pergi menuju ke ruangan HRD, menyerahkan berkas tersebut channel langsung keluar dari ruangan HRD itu setelah urusannya selesai dan tak ingin berlama-lama di kantor itu.Setelah menyelesaikan semuanya dan langsung keluar dari kantor Dion, Hana merasa senang sekali, bibirnya tak henti-henti tersenyum saat keluar dari kantor Dion, kini Hana berada di luar, Hana ingin memesan taksi online namun ponselnya berbunyi.Hana melihat panggilan di ponselnya tertera nama Aline di sana, tak menunggu waktu lama Ha
Selesai menjawab telepon dari Aline, Hana Lalu memasukkan ponselnya kedalam tas, dia tersenyum ke arah Devan. Hana merasa sedikit canggung saat ini. "Apa itu Aline yang menelepon mu?" Tanya Devan saat Hana sudah memasukkan ponselnya. Dia terus menatap lekat wajah Hana, seolah drinya tak perna bosan memandang wajah itu."Iya, itu Aline, dia memberitahu jika tidak bisa datang kesini, karena ada kerjaan mendadak yang harus dia selesaikan siang ini juga," jawab Hana menjelaskan, dia kini bingung harus melakukan apa, tanpa Aline.Devan tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia seperti tahu maksud Aline yang berkata seperti itu."Maaf Pak Devan berhubung Aline tidak jadi datang, Saya permisi, saya pulang dulu." Hana berpamitan pada Devan sungguh dia tak enak hati, namun tak mungkin juga mereka hanya maka berdua saja di restauran itu.Raut wajah Devan seketika itu pun berubah mendengar penuturan dari Hana wanita itu kini merapikan tasnya dan berdiri dari tempat duduknya, namun sa
Devan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, hingga hanya butuh waktu 15 menit, lelaki itu sampai di kantornya.Sepanjang perjalananan Devan terus saja menduga-duga tentang Hana , peristiwa malam itu dan pernyataan Hana yang mengatakan dirinya sudah menikah selalu terbayang dalam pikiran Devan.Devan memarkirkan asal mobilnya lalu turun, Devan melemparkan kunci ke arah security yang berjaga di depan pintu perusahaannya, security itu dengan Sigap menangkap kunci yang dilempar oleh Devan. Devan langsung saja berjalan tergesa-gesa masuk ke dalam kantornya. Security itu hanya dapat memandang punggung Devan yang kini meninggalkannyaSaat dia tengah mencari keberadaan Aline, Devan berpapasan dengan Ravi, Ravii yang dari kejauhan sudah melihat Devan berjalan masuk ke kantor, langsung menghampirinya, Ravi mempercepat langkahnya karena sepertinya Devan sangat terburu-buru."Hey ada apa? Tadi kau bilang gak mau ke kantor, kenapa sekarang datang kesini?" Tanya Ravi merasa bingung, pasalnya
Hana berjalan untuk membuka pintu rumahnya, karena sedari tadi ada orang yang mengetuk pintu rumahnya itu "Ya ada apa, pak?" Setelah Hana membuka pintu dia melihat seseorang tengah membawa buket bunga, ia menggunakan seragam, sepertinya kurir."Maaf Bu, ini ada kiriman buket bunga." Kurir menyodorkan sebuket mawar putih pada Hana, Hana bingung. Dia tak langsung menerima buket itu begitu saja, Hana malah bertanya kembali."Maaf pak, tapi saya tidak memesannya,"" Maaf Bu, Ini ada yang mengirimkannya untuk ibu.""Dari siapa pengirimnya pak?" Hana terus saja bertanya pada sang kurir. Dia Mash tidak merasa yakin akan kiriman bunga itu. Pasalnya Baru kali ini dia mendapatkan kiriman bunga di apartemennya."Saya juga kurang tau Bu, di sini tidak ada nama pengirimnya.""Loh mana mungkin bisa seperti itu pak," ujar Hana karena bunga itu tidak ada nama pengirimnya. Bagaimana bisa tempat pengiriman itu tidak mencatat siapa nama pengirimnya."Maaf Bu, Saya kurang tahu saya hanya seorang kurir y
Hana sungguh takut saat ini, bisa bisa nya Devan bertingkah seperti itu di depan ibunya. Jangan di tanya bagaimana rasa gugup dan takutnya Hana saat ini. Dia terus sajaelihat ke arah Maya.Wanita itu tersenyum memejamkan matanya sambil mengangguk pelan dan tersenyum. Pertanda Jika dia sudah merestui hubungan mereka.Devan masih berlutut sambil melihat ke arah Hana Devan harap-harap cemas. Dia benar-benar takut saat ini. Dia berharap jika Hana akan menerimanya.Hana melihat ke arah Devan, kemudian melihat ke arah Aline, Maya dan juga anaknya. Mereka bertiga tersenyum ke arah Hana.Hana kembali melihat ke arah Devan dan tersenyum sambil mengangguk. “Iya, aku mau Devan. Aku mau jadi istrimu.” Hana akhirnya menerima DevanSetelah usai acara malam itu Devan mengantar Hana pulang kembali ke rumah. Berhubung waktu sudah malam Devan langsung pulang dan meminta Hana untuk beristirahat. Sedangkan Aline dan Bu Maya mereka pulang bersama-sama.
“Tentu saja aku serius, mana pernah aku berbohong padamu,” jawab Aline. “Ya sudah aku hanya ingin menyampaikan itu padamu. Aku harus pulang sekarang.” Aline kemudian langsung melajukan mobilnya, meninggalkan apartemen Hana.Devan yang merasa begitu senang, dia langsung berjalan ke arah kamarnya dan bersiap-siap ingin bertemu dengan Hana.“Aku harus pergi menemuinya dan mengajaknya makan malam.”Devan kemudian menelepon Hana dan mengutarakan niatnya dia mengajak sana untuk makan malam bersama hari ini.Tidak menunggu waktu lama kini Devan sudah terlihat rapi dan siap untuk segera pergi ke rumah Hana. Dengan perasaan yang berbunga-bunga dia keluar dari rumahnya dan melajukan mobilnya ke apartemen Hana.Setelah menerima telepon dari Devan, Hana pun bersiap-siap ingin pergi makan malam dengan lelaki itu dia juga merasa sangat senang sekali.Hana lalu meminta pada Mbak Feni untuk menjaga Kendra terlebih dahulu dan menun
Rosiana merasa bersalah pada Aline. Entah mengapa tiba-tiba saja wanita itu teringat pada Aline.“Kamu benar-benar bodoh Ravi. Apa yang kau lakukan? Kamu menghancurkan masa depanmu sendiri. Dan lihat sekarang kamu harus menikah dengannya.” Rosiana benar-benar merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh Ravi. Dia tidak pernah menyangka jika Ravi akan berbuat segegabah itu. Raffi yang selalu memperhitungkan segala sesuatunya entah apa yang membuatnya menjadi begitu ceroboh dan melakukan kesalahan besar.“Aline, bagaimana dengan gadis itu? Pasti dia sudah mendengar berita ini. Aku harus datang menemuinya dan minta maaf padanya. Harusnya aku mendekatkan mereka sejak dulu.” Rosiana benar-benar menyesal dia tahu akan perasaan Aline pada Ravi anaknya.Rosiana langsung keluar dari ruangan Ravi dan berjalan ke arah ruangan kantor Aline. Dia akan menemui gadis itu sekarang. Rosiana tahu pasti kabar Ini sudah terdengar di telinganya. Paling pasti merasa sedih mendengar berita ini Rosiana berniat
Pagi ini Aline berangkat ke kantor tidak seperti biasanya suasana kantor kali ini sedikit berbeda. Sebagian besar karyawan tengah bergunjing. Aline hanya mengerutkan keningnya sambil melihat ke sisi kanan dan ke kiri sepanjang dia berjalan memasuki lobby kantor.“Ada apa dengan mereka. Kenapa semua orang bergunjing pagi-pagi. Seperti nggak ada kerjaan aja.” Aline berusaha mengabaikan suasana kantor pagi ini dia kemudian langsung masuk ke dalam lift.Aline naik ke lantai 5 tempat kantornya berada. Saat berjalan melewati koridor lagi-lagi setiap karyawan sedang bergosip.Aline hanya berjalan sambil melihat ke arah mereka. Dia kemudian masuk ke dalam kantornya, dan di dalam sana pun semakin gencar semua orang tengah berbisik-bisik.“Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan. Sepertinya topik saat ini begitu menarik hingga seisi kantor membicarakannya.”Jujur saja Aline merasa penasaran Bagaimana bisa dari lantai 1 hingga lantai 5 semua karyawan berbisik dan sibuk bergosip. Bahkan merek
Maya terdiam dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Maya benar-benar syok dengan kabar yang dia terima. Kakinya terasa lemas wanita paruh baya itu langsung terduduk di kursi. Sungguh Maya tidak menyangka jika Diva sampai hamil seperti ini.Setelah menyampaikan kabar dokter langsung masuk kembali, meninggalkan keluarga Diva.Kedua orang tua Diva yang juga syok mendengar kabar itu mereka langsung duduk dan melihat ke arah Maya.“Bagaimana ini mungkin?” Tanya Maya dia melihat dan menatap tajam ke arah kedua orang tua Diva. “Dengan siapa Diva hamil, anak siapa yang dia kandung?” Maya begitu menuntut dia tidak memberikan celah pada kedua orang tua Diva.Orang tua Diva sendiri juga tidak tahu jika anaknya hamil Mereka sendiri juga terkejut mendengar penuturan dokter.“Kami tidak tahu Bu anak kami itu anak baik-baik, itu pasti anak Devan. Kami tidak pernah melihat anak kami dekat dengan satu lelaki pun yang kami tahu satu-satunya lelaki yang
Akhir-akhir ini hubungan Hana dan Devan semakin dekat, mereka sering pergi makan siang bersama. Devan selalu meluangkan waktunya untuk Hana bahkan di hari libur Devan sengaja datang ke rumah Hana dan bermain dengan Kendra.Kali ini Devan benar-benar melakukan apa yang ingin dia lakukan mendekati sana dan menarik simpatinya. Berharap bisa meluluhkan hati wanita itu. Tidak hanya dengan Hana Devan pun mempererat hubungannya dengan Kendra. Devan sudah menganggap Kendra seperti anaknya sendiri. Dia menyayangi anak itu tulus walaupun Kendra bukan darah dagingnya.Tidak hanya itu Devan juga memberi proyek untuk membangun gedung kantor baru yang akan didirikan oleh Devan pada Hana.“Hana tolong bantu aku. Aku ingin kamu menangani proyek, membangun gedung kantor yang akan aku dirikan sebagai perusahaanku nanti.“Kamu ingin mendirikan perusahaan sendiri Devan?” Tanyanya dia begitu senang mendengar kabar yang diberitahukan padanya. Devan hanya menga
Diva langsung ketempat Devan saat sudah mengetahui alamatnya. Dia pergi kesana berusaha untuk mendekati lelaki itu seperti yang di perintahkan oleh Maya. Diva berpakaian seksi berharap Devan bisa terpikat dengannya.“Aku yakin dengan begini dia akan tertarik padaku,” ujarnya dengan penuh percaya diri. Diva lalu turun dari dalam mobilnya dia berjalan ke arah pintu dan membunyikan bel rumah Devan.Devan yang saat itu tengah bersiap hendak keluar mengerutkan kedua kuningnya dia merasa bingung siapa yang datang bertamu ke rumahnya. Tidak ada yang tahu alamat rumahnya kecuali Ravi dan juga ibunya bahkan sampai sekarang Devan tidak memberitahu siapapun dan hanya keluarganya dan orang-orang terdekatnya yang tahu.Dia kan kemudian berjalan ke arah pintu dan membuka pintu itu dia terkejut melihat Diva yang sudah berada di depan pintu sambil tersenyum kepadanya.“Diva?”“Hay, Dev,” Sapa Diva perempuan itu menyiapkan Devan dengan senyum y
Dari arah belakang sedari tadi Ravi mengikutinya ternyata lelaki itu menguntit. Membuntuti mereka. Bahkan dari Devan dan Aline keluar dari kantor. Ravi terus mengikuti mereka. Ravi melihat Devan mengemudikan mobilnya ke arah sekolahan Kendra. Lalu ke arah kantor baru Hana. Tak hanya itu Ravi pun mengikuti mereka hingga sampai ke restoran tempat di mana mereka saat ini sedang makan siang.“Ternyata Devan pergi makan bareng Aline, Hana dan juga Kendra,” gumamnya dalam mobil sambil terus memperhatikan mereka dari jarak jauh. Ravi kemudian mencari ponselnya membuka layar itu dan menekan kamera dia akan foto mereka sebagai bukti.“Ini akan menjadi bukti, aku akan menyerahkan ini pada Tante Maya.” Ravi mau foto mereka dari dalam mobil. Dia mengambil beberapa foto untuk diberikan pada Maya.Ravi kemudian melihat hasil jepretannya dia terus berpikir sendiri di atas mobilnya. “Apa yang harus aku lakukan dengan ini. Apa yang harus aku katakan pada Tante Maya
Ravi terus melihat ke arah Devan. Dia tidak menemukan apapun disana, raut wajah Devan mengatakan yang sebenarnya. “Selamat menikmati.” Ravi hanya berkata seperti itu pada Devan namun dalam hati dia meragukannya. “Apa mungkin Devan punya rencana khusus saat ini?” Mendengar ucapan Ravi. Devan dan Aline langsung pergi meninggalkannya. Ravi masih terus melihat kepergian Devan. “Rasanya tidak mungkin Jika dia begitu senang saat keluar dan menyerahkan posisinya seperti itu pasti ada sesuatu.” Ravi terus berpikir jika Devan memiliki sesuatu yang mungkin sedang direncanakan bersama Aline. “Aku harus mengikutinya.” Ravi pun berniat untuk mengikuti mereka. Devan dan Aline sekarang keluar dari kantor mereka menggunakan mobil Devan. Saat di mobil Devan melihat ke arah Aline. “Aline, coba kamu telepon Hana. Bilang padanya jika kita sudah berada di jalan untuk menjemputnya makan siang.” Karena Devan yang saat ini seda