Maya terus saja menatap Hana saat Gadis itu meninggalkan ruangan Devan, hingga gadis itu hilang dari pandangannya. Setelah Hana pergi dari ruangan Devan, Maya langsung menatap ke arah anaknya dengan tajam. Devan melihat itu, namun Devan malah bersikap biasa saja.“Kenapa, kenapa mama menatap ku seperti itu?” Tanya Devan sambil berjalan ke arah kursi kerjanya dan duduk disana. Devan menyibukkan diri dengan membuka laptopnya. Maya terus saja menatap ke arah anaknya itu Maya lalu berjalan dan menarik kursi yang ada di depan meja Devan lalu duduk di hadapan anaknya.“Devan, siapa wanita itu?” Maya kembali bertanya pada Devan tentang Hana. Maya begitu penasaran ingin tahu siapa Hana sebenarnya, mengapa Devan begitu akrab saat mengobrol tadi.“Dia pegawai baru Ma, bukankah tadi sudah aku katakan, aku bahkan memperkenalkannya pada Mama, Mama saja yang tidak mau berkenalan dengannya, jangan terlalu jutek ma, bersikaplah sedikit ramah terhadap orang lain, terlebih lagi jika itu adalah karyawan
Hana merasa begitu senang dengan pekerjaan barunya, tidak dia bisa bisa di terima di perusahaan besar milik Devan dan Ravi, terlebih lagi dia satu ruangan dengan Aline.Saat sana sudah berada di ruangan khusus untuk arsitek, Aline langsung memperkenalkan Hana pada arsitek yang lainnya, Hana senang berada di lingkungan itu karena orang-orangnya begitu ramah, mereka juga terkesan menerima baik kehadiran Hana. Mereka juga saling berkenalan satu lah sama lain dan mengobrol sebentarBerhubung Hana belum mendapat bagian pekerjaannya karena para boss sedang mengadakan meeting, maka Hana membantu Aline menyelesaikan pekerjaannya. Dia hanya menyarankan beberapa ide untuk pekerjaan yang kini tengah di kerjakan oleh Aline.Aline juga merasa senang karena Hana sahabatnya akhirnya mau juga bekerja di perusahaan Devan, dia jadi memiliki teman dekat.Aline dan Hana bekerja sama, menyelesaikan proyeknya, saat mereka tengah asyik mengerjakan pekerjaannya tanpa sengaja Mereka melihat Maya dan Rosita le
Hana, Devan, Ravi, dan Aline kini mereka tengah berada di restauran, tak jauh dari kantor untuk makan siang bersama-sama.Saat tengah makan Ravi terus saja memperhatikan Devan, Devan tampak bahagia sekali saat ini, Devan yang pendiam dan dingin hari ini nampak ikut bercanda dan bercengkrama bersama saat makan.“Devan, kamu terlihat bahagia sekali hari ini,” celetuk Ravi pada lelaki itu. Devan melihat ke arah Ravi sedangkan Hana dan Aline melihat ke arah Devan dan Ravi secara bergantian.“Hemmm, ah tidak aku biasa saja,” ucap Devan, lelaki itu langsung melanjutkan makannya.“Wajahmu itu tak henti-hentinya tersenyum sejak tadi,” Ravi masih saja menggoda Devan.“Mengapa kamu memperhatikanku seperti itu, apa kamu tak memiliki pekerjaan lain,” Devan mulai kesal pada Ravi, namun ia tau jika Ravi hanya bercanda mengatakan hal itu.“Itu karena aku peduli padamu,” ucap Ravi sambil menaik turunkan kedua alisnya.“Kamu ini,” Devan tersenyum melihat tingkah konyol Ravi.“Hey Hana mengapa makanmu
Devan kini telah sampai di rumahnya, lelaki itu lalu memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah, lalu keluar dari dalam mobilnya.Devan langsung berjalan masuk ke dalam rumah dia terlihat bahagia sekali wajahnya berseri-seri dan bubirnyantaknhenti-hentinya tersenyum.Devan berjalan ke arah dapur, “sore Bi, bi hari ini tolong masak yang enak buat ku,” ucap Devan, lelaki itu membuka lemari pendingin lalu mengambil sebotol minuman dingin lalu meminumnya.“Baik tuan,” ucap bibi mematuhi perintah tuannya, Bibi pun merasa heran karena melihat Devan saat ini tengah terlihat bahagia sekali, namun bibi pun juga ikut merasa senang karena tuannya bisa kembali tersenyum seperti dulu.Devan saat ini memang telah merasa bahagia karena Hana sudah bekerja di kantornya, mereka akan selalu bertemu setiap harinya.Deva langsung berjalan ke arah kamarnya sesamanya di kamar lelaki itu langsung masuk ke dalam kamar mandi, ia akan membersihkan dirinya.Ini Devan tengah selesai mandi lelaki itu keluar dari ka
Keesokan paginya Hana berangkat pagi-pagi sekali ke kantor, sesampainya Hana di kantor Hana melihat Aline dan Devan tengah mengobrol bersama.“Sedang apa mereka berdua di sana,” batin Hana wanita itu berjalan dengan perlahan kearah ruang kerjanya.“Selamat pagi,” sapa Hana pada Aline dan Devan. Saat dirinya sudah berada di dekat mereka,“Pagi,” ujar Devan sambil tersenyum ke arah Hana. Aline tersenyum ke arah Hana, Hana langsung berjalan masuk kedalam ruang kerjanya, dan langsung duduk di meja kerjanya. Hana mulai membuka laptopnya.Nanti jika Hana ikut, saya pun akan ikut pak,” ucap Aline pada Devan. Mendengar namanya disebut Hana langsung mengalihkan pandangannya ke arah Aline dan Devan.Aline dan Devan menyadari jika Hana menatap ke arah mereka, Aline langsung melihat ke arah Devan.“Pak Devan mengundang kita, dan beberapa teman lainnya untuk ke ranch miliknya,” ucap Aline menjelaskan pada Hana. Hana hanya diam saja dan terus melihat ke arah mereka.“Kau juga bisa mengajak Kendra
“Aku hanya ingin merasakan masakan di kantin kantor sesekali, merasakan bagaimana rasa masakan untuk para karyawan,” Ravi menjawab sindiran Devan. Ravi melirik ke arah Devan yang kini tengah berdiri di depan meja makannya.Devan lalu ikut duduk menarik kursi yang ada di samping Hana, dan dia juga memesan makanan di kantin kantor itu. Ravi dan Hana melihat Devan menarik kursi lalu duduk di samping Hana.“Kenapa kau ikutan duduk di sini Devan?” Ravi sungguh tak habis fikir dengan tindakan Ravi, kenapa dia malah ikut duduk bahkan memesan makanan di kantin itu.“Aku hanya ingin merasakan masakan di kantin ini merasakan bagaimana rasa masakan untuk para karyawan ku,” Devan menjawab persis seperti jawaban yang di katakan oleh Ravi, Hana hanya diam saja melihat interaksi antara mereka berdua. Wanita itu tak berniat untuk ikut campur didalamnya, Hana melanjutkan makan dan menghabiskan makanannya.Mendapat jawaban seperti itu, Ravi hanya menatap saja ke arah Devan, sesekali dia juga menatap ke
Keesokan harinya, Aline kini tengah bersiap untuk pergi memenuhi undangan Devan, wanita itu akan pergi ke ranch milik Devan hari ini.Saat Aline tiba di ranch milik Devan, dia langsung masuk, ternyata disana sudah ada Ravi, Devan dan karyawan lainnya, Aline langsung menyapa mereka semua yang ada di sana.Hana melihat keseluruh lapangan itu, dia tersenyum, tempat inilah yang ia desain, hasil dari pekerjaannya Devan benar-benar membangun tempat itu persis seperti yang di desai Aline. Aline merasa senang melihatnya. Bahkan Devan tak hanya mengundang dirinya Devan pun mengundang karyawannya yang lain bukan hanya mengundang Aline dan Hana ke tempat tersebut. Ravi yang melihat Aline telah datang langsung saja menghampiri wanita itu.“Aline apa kau datang sendiri kesini? Dimana Hana apa dia tidak ikut denganmu?” Ravi langsung menanyakan Hana pada Aline.Aline melihat ke arah Ravi lalu tersenyum kepadanya. “Kemarin saya sudah bilang, pada Hana dan mengajaknya juga, namun dia tak mau ikut,” ja
Devan kini menggendong Kendra, anak itu tidak keberatan sama sekali untuk bersama Devan, dia malah merasa senang, karena Devan begitu baik padanya. Kendra melihat Aline yang sedang duduk dengan mamanya. Kendra berniat untuk menghampiri Aline disana.“Om Devan, Kendra mau turun sebentar, Kendra mau peluk Tante Aline, apa Kendra boleh ketempat tante Aline om?” ujar Kendra meminta izin pada Devan, saat melihat Aline yang tengah duduk sambil melihat ke arah dirinya. Kendra terus saj memandang ke arah Aline.Devan tersenyum mendengar permintaan Kendra, dia lalu menurunkan Kendra, Kendra langsung berlari ke arah Aline menghampiri wanita itu.“Tante Aline,” Kendra langsung memeluk Aline saat anak itu sudah berada di dekatnya. Kendra senang bisa bertemu dnegan Aline di tempat itu.Melihat Kendra hati Aline pun menjadi luluh wanita itu begitu menyayangi Kendra dari dulu, “Kendra,” Aline lalu memeluk bocah kecil itu. Kendra merasa senang sekali ada Aline di tepat itu juga, benar kata mamanya.“
Hana sungguh takut saat ini, bisa bisa nya Devan bertingkah seperti itu di depan ibunya. Jangan di tanya bagaimana rasa gugup dan takutnya Hana saat ini. Dia terus sajaelihat ke arah Maya.Wanita itu tersenyum memejamkan matanya sambil mengangguk pelan dan tersenyum. Pertanda Jika dia sudah merestui hubungan mereka.Devan masih berlutut sambil melihat ke arah Hana Devan harap-harap cemas. Dia benar-benar takut saat ini. Dia berharap jika Hana akan menerimanya.Hana melihat ke arah Devan, kemudian melihat ke arah Aline, Maya dan juga anaknya. Mereka bertiga tersenyum ke arah Hana.Hana kembali melihat ke arah Devan dan tersenyum sambil mengangguk. “Iya, aku mau Devan. Aku mau jadi istrimu.” Hana akhirnya menerima DevanSetelah usai acara malam itu Devan mengantar Hana pulang kembali ke rumah. Berhubung waktu sudah malam Devan langsung pulang dan meminta Hana untuk beristirahat. Sedangkan Aline dan Bu Maya mereka pulang bersama-sama.
“Tentu saja aku serius, mana pernah aku berbohong padamu,” jawab Aline. “Ya sudah aku hanya ingin menyampaikan itu padamu. Aku harus pulang sekarang.” Aline kemudian langsung melajukan mobilnya, meninggalkan apartemen Hana.Devan yang merasa begitu senang, dia langsung berjalan ke arah kamarnya dan bersiap-siap ingin bertemu dengan Hana.“Aku harus pergi menemuinya dan mengajaknya makan malam.”Devan kemudian menelepon Hana dan mengutarakan niatnya dia mengajak sana untuk makan malam bersama hari ini.Tidak menunggu waktu lama kini Devan sudah terlihat rapi dan siap untuk segera pergi ke rumah Hana. Dengan perasaan yang berbunga-bunga dia keluar dari rumahnya dan melajukan mobilnya ke apartemen Hana.Setelah menerima telepon dari Devan, Hana pun bersiap-siap ingin pergi makan malam dengan lelaki itu dia juga merasa sangat senang sekali.Hana lalu meminta pada Mbak Feni untuk menjaga Kendra terlebih dahulu dan menun
Rosiana merasa bersalah pada Aline. Entah mengapa tiba-tiba saja wanita itu teringat pada Aline.“Kamu benar-benar bodoh Ravi. Apa yang kau lakukan? Kamu menghancurkan masa depanmu sendiri. Dan lihat sekarang kamu harus menikah dengannya.” Rosiana benar-benar merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh Ravi. Dia tidak pernah menyangka jika Ravi akan berbuat segegabah itu. Raffi yang selalu memperhitungkan segala sesuatunya entah apa yang membuatnya menjadi begitu ceroboh dan melakukan kesalahan besar.“Aline, bagaimana dengan gadis itu? Pasti dia sudah mendengar berita ini. Aku harus datang menemuinya dan minta maaf padanya. Harusnya aku mendekatkan mereka sejak dulu.” Rosiana benar-benar menyesal dia tahu akan perasaan Aline pada Ravi anaknya.Rosiana langsung keluar dari ruangan Ravi dan berjalan ke arah ruangan kantor Aline. Dia akan menemui gadis itu sekarang. Rosiana tahu pasti kabar Ini sudah terdengar di telinganya. Paling pasti merasa sedih mendengar berita ini Rosiana berniat
Pagi ini Aline berangkat ke kantor tidak seperti biasanya suasana kantor kali ini sedikit berbeda. Sebagian besar karyawan tengah bergunjing. Aline hanya mengerutkan keningnya sambil melihat ke sisi kanan dan ke kiri sepanjang dia berjalan memasuki lobby kantor.“Ada apa dengan mereka. Kenapa semua orang bergunjing pagi-pagi. Seperti nggak ada kerjaan aja.” Aline berusaha mengabaikan suasana kantor pagi ini dia kemudian langsung masuk ke dalam lift.Aline naik ke lantai 5 tempat kantornya berada. Saat berjalan melewati koridor lagi-lagi setiap karyawan sedang bergosip.Aline hanya berjalan sambil melihat ke arah mereka. Dia kemudian masuk ke dalam kantornya, dan di dalam sana pun semakin gencar semua orang tengah berbisik-bisik.“Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan. Sepertinya topik saat ini begitu menarik hingga seisi kantor membicarakannya.”Jujur saja Aline merasa penasaran Bagaimana bisa dari lantai 1 hingga lantai 5 semua karyawan berbisik dan sibuk bergosip. Bahkan merek
Maya terdiam dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Maya benar-benar syok dengan kabar yang dia terima. Kakinya terasa lemas wanita paruh baya itu langsung terduduk di kursi. Sungguh Maya tidak menyangka jika Diva sampai hamil seperti ini.Setelah menyampaikan kabar dokter langsung masuk kembali, meninggalkan keluarga Diva.Kedua orang tua Diva yang juga syok mendengar kabar itu mereka langsung duduk dan melihat ke arah Maya.“Bagaimana ini mungkin?” Tanya Maya dia melihat dan menatap tajam ke arah kedua orang tua Diva. “Dengan siapa Diva hamil, anak siapa yang dia kandung?” Maya begitu menuntut dia tidak memberikan celah pada kedua orang tua Diva.Orang tua Diva sendiri juga tidak tahu jika anaknya hamil Mereka sendiri juga terkejut mendengar penuturan dokter.“Kami tidak tahu Bu anak kami itu anak baik-baik, itu pasti anak Devan. Kami tidak pernah melihat anak kami dekat dengan satu lelaki pun yang kami tahu satu-satunya lelaki yang
Akhir-akhir ini hubungan Hana dan Devan semakin dekat, mereka sering pergi makan siang bersama. Devan selalu meluangkan waktunya untuk Hana bahkan di hari libur Devan sengaja datang ke rumah Hana dan bermain dengan Kendra.Kali ini Devan benar-benar melakukan apa yang ingin dia lakukan mendekati sana dan menarik simpatinya. Berharap bisa meluluhkan hati wanita itu. Tidak hanya dengan Hana Devan pun mempererat hubungannya dengan Kendra. Devan sudah menganggap Kendra seperti anaknya sendiri. Dia menyayangi anak itu tulus walaupun Kendra bukan darah dagingnya.Tidak hanya itu Devan juga memberi proyek untuk membangun gedung kantor baru yang akan didirikan oleh Devan pada Hana.“Hana tolong bantu aku. Aku ingin kamu menangani proyek, membangun gedung kantor yang akan aku dirikan sebagai perusahaanku nanti.“Kamu ingin mendirikan perusahaan sendiri Devan?” Tanyanya dia begitu senang mendengar kabar yang diberitahukan padanya. Devan hanya menga
Diva langsung ketempat Devan saat sudah mengetahui alamatnya. Dia pergi kesana berusaha untuk mendekati lelaki itu seperti yang di perintahkan oleh Maya. Diva berpakaian seksi berharap Devan bisa terpikat dengannya.“Aku yakin dengan begini dia akan tertarik padaku,” ujarnya dengan penuh percaya diri. Diva lalu turun dari dalam mobilnya dia berjalan ke arah pintu dan membunyikan bel rumah Devan.Devan yang saat itu tengah bersiap hendak keluar mengerutkan kedua kuningnya dia merasa bingung siapa yang datang bertamu ke rumahnya. Tidak ada yang tahu alamat rumahnya kecuali Ravi dan juga ibunya bahkan sampai sekarang Devan tidak memberitahu siapapun dan hanya keluarganya dan orang-orang terdekatnya yang tahu.Dia kan kemudian berjalan ke arah pintu dan membuka pintu itu dia terkejut melihat Diva yang sudah berada di depan pintu sambil tersenyum kepadanya.“Diva?”“Hay, Dev,” Sapa Diva perempuan itu menyiapkan Devan dengan senyum y
Dari arah belakang sedari tadi Ravi mengikutinya ternyata lelaki itu menguntit. Membuntuti mereka. Bahkan dari Devan dan Aline keluar dari kantor. Ravi terus mengikuti mereka. Ravi melihat Devan mengemudikan mobilnya ke arah sekolahan Kendra. Lalu ke arah kantor baru Hana. Tak hanya itu Ravi pun mengikuti mereka hingga sampai ke restoran tempat di mana mereka saat ini sedang makan siang.“Ternyata Devan pergi makan bareng Aline, Hana dan juga Kendra,” gumamnya dalam mobil sambil terus memperhatikan mereka dari jarak jauh. Ravi kemudian mencari ponselnya membuka layar itu dan menekan kamera dia akan foto mereka sebagai bukti.“Ini akan menjadi bukti, aku akan menyerahkan ini pada Tante Maya.” Ravi mau foto mereka dari dalam mobil. Dia mengambil beberapa foto untuk diberikan pada Maya.Ravi kemudian melihat hasil jepretannya dia terus berpikir sendiri di atas mobilnya. “Apa yang harus aku lakukan dengan ini. Apa yang harus aku katakan pada Tante Maya
Ravi terus melihat ke arah Devan. Dia tidak menemukan apapun disana, raut wajah Devan mengatakan yang sebenarnya. “Selamat menikmati.” Ravi hanya berkata seperti itu pada Devan namun dalam hati dia meragukannya. “Apa mungkin Devan punya rencana khusus saat ini?” Mendengar ucapan Ravi. Devan dan Aline langsung pergi meninggalkannya. Ravi masih terus melihat kepergian Devan. “Rasanya tidak mungkin Jika dia begitu senang saat keluar dan menyerahkan posisinya seperti itu pasti ada sesuatu.” Ravi terus berpikir jika Devan memiliki sesuatu yang mungkin sedang direncanakan bersama Aline. “Aku harus mengikutinya.” Ravi pun berniat untuk mengikuti mereka. Devan dan Aline sekarang keluar dari kantor mereka menggunakan mobil Devan. Saat di mobil Devan melihat ke arah Aline. “Aline, coba kamu telepon Hana. Bilang padanya jika kita sudah berada di jalan untuk menjemputnya makan siang.” Karena Devan yang saat ini seda