"Mama kira, kamu masih betah istirahat," ucap Nita setelah Sakina cerita lebih detail tentang tempat kerja barunya. "Mama juga kaget, sih, saat kamu bilang via telepon kalau kamu sekarang udah punya kerjaan. Jadi, itu sebabnya kamu jarang ke sini? Selama ini kamu nyari-nyari pekerjaan."Bisa dibilang begitu. Sakina memang banyak memasukkan surat lamarannya pada banyak perusahaan. Anehnya, ia malah diterima di tempat yang sama sekali tidak ia kirimkan surat lamaran."Ya begitulah.""Baiklah, kalau begitu mama paham kalau kamu jarang ke sini," balas Nita. "Oh iya, pria yang kamu bilang sopir itu datang ke sini buat ngasih ponsel kamu yang ketinggalan di mobilnya. Mama mau tanya, maksud kamu apa bilang dia sopir? Dia itu Erzha, kan? Yang sering antar-jemput kamu waktu zaman sekolah dulu?"Sakina sudah mengira, pasti pertanyaan ini akan muncul. "Maaf, aku nggak bermaksud bohong, Ma.""Aku cuma nggak mau mama berharap lebih. Aku nggak pernah bawa pria ke sini, mama pasti salah paham kalau
Sakina bersyukur setelah Nita mengatakan kalau rahasia tentang cinta pertamanya sama sekali tidak bocor pada Erzha. Sakina akan malu sekali jika pria itu sampai tahu.Tentu saja sebenarnya Nita berbohong, ia hanya tidak ingin merusak mood putrinya di hari pertama bekerja. Meski tak bisa dimungkiri, ada penyesalan di hati Nita karena sudah menceritakannya pada Erzha. Sungguh, wanita itu sama sekali tidak tahu kalau Erzha memiliki istri, bahkan Nita sempat menaruh harapan pada pria itu.Saat ini, Sakina sedang membantu melayani para pengunjung rumah makan. Tempat ini memang berada di kawasan yang sangat strategis, ada rumah sakit dan kompleks perkantoran yang membuat tempat ini ramai di jam sarapan dan makan siang. Tempat ini juga sudah lumayan terkenal di kalangan orang-orang yang ingin menu lezat dengan harga terjangkau, sehingga tak heran bisa seramai ini.Sakina sudah terbiasa membantu kegiatan rumah makan jika datang ke sini. Sekarang pun ia menyempatkan membantu dengan mengantarka
Pertanyaan macam apa itu? Sakina tidak menyangka Biru akan menanyakan hal yang paling ingin ia sembunyikan dari siapa pun. Ada apa antara dirinya dengan Erzha?"Enggak ada apa-apa, Mas. Kok nanyanya begitu?" Sakina berusaha tenang dan bersikap biasa saja agar Biru tidak curiga."Lo ngehindarin Erzha, kan?""A-aku? Enggak. Serius, aku nggak menghindar. Mas Biru jangan ngarang.""Kalau nggak, kenapa ekspresi lo kayak lagi ketangkap basah gitu?""Aku ... biasa aja, kok. Aku nggak bohong, Mas." Sakina masih berusaha menyembunyikan kepanikannya. Kenapa Biru bisa mengetahui hal ini? Jangan-jangan Erzha curhat pada Biru dan mengutus pria itu untuk menginterogasinya. Bukankah mereka berdua sahabatan?"Sebelumnya kalian udah saling kenal, kan? Buktinya Erzha nitip salam buat Tante Nita. Tante Nita itu pasti mama lo," tebak Biru. "Gimana ... lo udah menyampaikan salam dari Erzha ke mama lo, kan?""U-udah dong. Masa belum," jawab Sakina cepat. "Kenapa jadi bahas ini, sih? Kenapa juga Mas Biru ma
Hanya orang gila yang menerima tawaran fake relationship dari duda gila seperti Biru. Ya, menurut Sakina Biru sudah tidak waras lagi. Bisa-bisanya pria itu mengajaknya berpura-pura pacaran.Terlepas dari alasan untuk menghindari Erzha, tetap saja Sakina tidak menyangka pikiran Biru bisa sejauh itu. Dasar duda gila, tentu saja Sakina menolak mentah-mentah tawaran konyol itu. Syukurlah ponselnya pun kini sudah kembali dalam genggamannya.Hari ini merupakan hari pertama Sakina bekerja, wanita itu mendapatkan tugas dari Ujang menginput nomor resi di ruang packing. Ya, ada satu kardus berukuran besar berisi resi yang menumpuk. Awalnya Sakina mencoba memindainya, tapi ia gagal saat mengconvert-nya. Untungnya, resi-resi ini terdapat rekapannya yang dicetak pada kertas A4 oleh ekspedisi, sehingga Sakina hanya perlu menyalinnya dari kertas itu ke Ms Excel, tanpa perlu mengotak-atik resi aslinya.Kata Ujang, ini bertujuan agar saat buyer meminta nomor resi, bisa dengan mudah mencarinya dengan C
Hari ini genap seminggu Sakina bekerja di Aluna. Sebagian pekerjaannya adalah membantu Ujang yang kewalahan jika harus melakukan semua pekerjaannya sendiri. Sakina juga mulai beradaptasi dengan suasana di tempat kerja barunya ini.Selama itu pula semuanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, sampai-sampai tidak ada waktu untuk bergosip. Padahal, Sakina sangat tidak sabar ingin mendengar cerita Ujang dan Sutaryo.Bagaimana tidak, Ujang yang memang pandai dalam urusan marketing itu berhasil membuat Sakina penasaran dengan ceritanya yang menggebu-gebu. Ujang membuat kesan gosipnya sangat seru sehingga Sakina ingin mendengar lebih detail, terutama tentang Erzha dan Biru. Sakina beranggapan, Jika ia tahu tentang dua pria itu, akan lebih mudah ia menghindari mereka.Tentang Erzha ... Sakina sama sekali tidak pernah melihat pria itu. Itulah yang membuatnya tidak pusing menghindar selama seminggu ini. Kata Ujang, Erzha sedang menemani putri tercintanya liburan ke luar negeri.Benar-benar
Sakina yang tidak tahan lagi akhirnya bangun dari duduknya, wajahnya butuh guyuran air agar pikirannya kembali jernih. Sampai detik ini, Sakina tidak habis pikir dengan jalan pikiran Biru. Apa mungkin pria itu memang disuruh oleh Erzha untuk mengetesnya? Hanya itu satu-satunya kemungkinan yang bagi Sakina masuk akal."Kayaknya Mas Biru perlu ke dokter jiwa." Setelah mengatakan itu, Sakina berjalan cepat ke kamar mandi. Ia sesekali menoleh ke belakang untuk berjaga-jaga siapa tahu Biru mengikutinya.Sampai di kamar mandi, ia menutup pintunya cukup keras saking kesalnya. Ini sudah seminggu berlalu, Sakina pikir Biru tidak akan menyinggungnya lagi. Namun, rupanya pria itu masih berusaha mengajaknya menjalani fake relationship. Apa-apaan ini?!Sakina memutar wastafel, lalu membasuh mukanya berkali-kali. Saat hendak mengambil creamy wash-nya pada rak kamar mandi, Sakina tersadar akan sesuatu. Seketika itu juga ia panik."Enggak, jangan tiga kali!" ucap Sakina seraya berjalan ke arah pintu.
"Sebenarnya ... lo akan tahu jawabannya kalau ikut gue. Ayo!"Itu adalah ucapan Biru dua jam yang lalu, sebelum mengajak Sakina ke rumah megah dan mewah ini. Sakina tidak tahu apa tujuan Biru mengajaknya ke sini. Awalnya, perasaan Sakina tidak enak karena mengira ini rumah orangtua Biru, ia bahkan sudah bersiap untuk kabur. Namun, faktanya ini rumah milik salah satu kerabat Biru. Sakina sendiri tidak tahu pasti detail hubungan mereka sebenarnya.Sakina melirik jam di tangan kirinya, waktu menunjukkan pukul 16.00. Tepat dua jam yang lalu Sakina meninggalkan kantor bersama Biru menuju ke rumah ini. Sekarang sudah sore, kemungkinan Erzha sudah datang ke kantor. Sedangkan Ujang dan Sutaryo juga sepertinya sudah kembali untuk menyambut Erzha. Namun, Sakina merasa sepertinya Biru akan mengajaknya berlama-lama di tempat ini sehingga tidak bisa bergabung bersama mereka di kantor.Ponsel Sakina berdering tanda ada pesan masuk, Sakina hanya melihat melalui notifikasi atas dengan menggeser layar
"Kamu nggak akan menyesal kalau ikut. Justru sebaliknya, kamu bakalan menyesal kalau nggak ke sana sama aku. Erzha juga hadir." Itulah kalimat yang Biru bisikkan pada Sakina tadi sore. "Ini kesempatan emas buat bikin Erzha berhenti deketin kamu," tambah Biru. Kalimat terakhirnya sungguh membuat Sakina terkejut. Masih terngiang di telinga Sakina ucapan Biru. Namun, setelah dipikirkan lagi, tentu saja Erzha pasti hadir. Elina ada di sini, sudah pasti pria itu akan mendampingi sang istri. Hanya saja, entah kenapa sampai sekarang Sakina belum juga melihat Erzha, padahal Elina sudah ada di sini sejak tadi dan saat ini wanita itu sedang mendengarkan ocehan Isabella. Sungguh, Elina tidak bisa berkata-kata setelah mendengar penjelasan Isabella dengan gaya layaknya presenter acara gosip. Sedangkan Sakina hanya bisa berpura-pura tersenyum, ia yakin ini mengejutkan bagi orang-orang. Sakina saja masih antara percaya dan tidak percaya tentang hubungan konyol ini, apa lagi orang lain? "Kenapa ngg